Airin membuka matanya, seakan ucapan Melia seperti dentuman yang menyadarkan dirinya. Riski dan Risal menatap berulang kali kearah Airin dan Milea.
"Gila, gadis sekarang semua nggak beres," gerutu Risal, lalu menarik tangan Riski untuk pergi ke kamar.
"Kamu kenapa sih, mil," imbuh Airin dengan kesal..
"Dia itu mau menyukaimu, kamu mau dia terus-menerus berharap, biar saja dia tahu kenyataannya," sahut Milea dengan ketus lalu kembali ke kamarnya di lantai 3.
Airin merasa benar-benar malu saat ini tidak menyangka Milea cemburu hingga sampai mengumbar rahasia dirinya, meskipun kelak orang-orang juga akan tahu, tapi saat ini Airin belum siap.
Airin menatap punggung Risal dan Riski yang akan masuk ke kamar. Airin hanya bisa tertunduk dan masuk ke kamarnya.
Airin berbaring di kamar, sambil mengecek beberapa pesan di ponselnya. Wali kelas dan beberapa teman kelas menanyai kabar Airin dan alasan kenapa bolos sekolah hampir 1 minggu. Airin hanya mampu menghela nafas panjang dan tidak memberikan jawaban, Airin masih ingin menutupi aibnya dari teman-teman di sekolah maupun gurunya.
Esok harinya,
Airin bangun kesiangan, pukul 8 pagi matanya baru terbuka. Sampai sholat subuh pun terlalaikan akibat tadi malam begadang dengan anak kos lainnya. Airin bergegas mandi dan memakai seragamnya.
Saat keluar dari kamar, Airin melihat Milea turun dari tangga. Airin yang masih mengingat ucapan Milea masih merasa bingung dengan sifat Milea sebenarnya. Terkadang baik, perhatian namun saat mengalami cemburu buta hanya karena seorang pria bisa sejahat itu kepada Airin.
Airin menunggu langkah Milea lebih dulu keluar dari pagar kos, agar tidak bertemu dulu dengan Milea. Tapi Airin berpikir lagi, meskipun Milea seperti itu, mereka berdua juga satu kerjaan dan Milea juga yang membuat Airin menjadi kasir.
Airin lalu berlari mengejar langkah Milea.
"Mil," sapa Airin.
Milea menoleh sesaat lalu kembali membuang muka, namun langkahnya tetap berhenti menunggu Airin.
"Kamu sudah sarapan, sarapan dulu yuk! Aku lapar nih," ujar Airin, mencoba melupakan hal yang terjadi semalam.
Milea masih diam dan tidak menyahut. Airin lalu memegang tangan kiri Milea untuk membujuk.
"Kamu kenapa sih?" tanya Airin,lalu merangkul tangan Milea. Dan keduanya berjalan perlahan.
"Aku masih sebel aja, kenapa setiap ada orang yang aku suka malah dia menyukai orang lain," sahut Milea lirih.
"Ya sudahlah, yang penting kan aku tidak suka. Lagian, dia juga nggak akan suka lagi denganku. Kan dia tahu aku hamil," balas Airin dengan senyum, mencoba menghibur diri.
"Iya juga," jawab Milea..
Airin menoleh ke arah Milea dan menyadari Milea adalah tipikal gadis manja yang polos. Airin ingin mulai menerima ucapan dari orang lain yang mengatakan dirinya hamil di luar pernikahan, karena memang itu kenyataan yang terjadi di dalam hidupnya. Kelak jika perutnya membesar dan anaknya lahir, hal itu tidak bisa disembunyikan lagi. Asal ucapan itu hanya dirinya saja yang mendengar, orang tuanya tidak mendengar dan tidak terluka dengan aib yang ada pada Airin, Airin akan berusaha baik-baik saja.
1 bulan berlalu meninggalkan rumah dan kehidupan lama,
Seperti teman yang setia lainnya, untuk pertama kalinya Airin menjalani pemeriksaan di Puskesmas dan Milea menemaninya. Sebelumnya Airin menolak untuk ke Puskesmas, dia harap setelah usia kehamilan 9 bulan baru ke Rumah Sakit dan melahirkan, namun Milea setiap hari terus mengomel karena Airin sering mengeluh pusing. Milea menyarankan Airin mendapatkan pemeriksaan agar bisa mendapatkan vitamin dari dokter.
Airin masuk ke dalam ruangan untuk diperiksa, saat ini usia kehamilannya 14 minggu dan gejala yang Airin rasakan dikatakan normal oleh dokter, lalu beberapa vitamin diresepkan untuk Airin konsumsi setiap hari.
"Kamu puas kan," ujar Airin kepada Milea, yang duduk bersama mengantri panggilan untuk mendapatkan vitamin.
Milea tersenyum dan memeluk Airin.
"Jika kamu benar-benar ingin melahirkan anak ini, kamu juga harus pastikan bayinya sehat jangan asal-asalan," sahut Milea.
"Tapi aku sedikit canggung, aku malu," imbuh Airin.
"Banyak ibu muda di kota Bandung, janda muda juga banyak, kenapa malu?" sahut Milea.
"Ya terserahlah,aku cukup bersyukur ada kamu yang mau menemani aku," ucap Airin tersenyum.
"Nanti kita besarkan bayi ini bersama-sama, pasti seru,"
"Tidak, aku juga ingin kamu bahagia dan menikah. Jangan ikuti kehidupanku, aku akan sedih jika kamu hidup sendirian terus," sahut Airin.
"Di Usia 30 tahun, masihkah ada harapan aku menemukan jodoh?" ucap Milea, lalu tertunduk.
"Ada, jodoh itu pasti ada," imbuh Airin.
"Kamu sendiri, bagaimana? Apa tidak ingin mengabari ayah dari bayimu ini? Kasian juga jika seumur hidup anak yang tidak berdosa ini tidak tahu Ayahnya," ujar Milea.
"Em … suatu saat tetap aku akan memberitahukannya, tapi tidak untuk sekarang," sahut Airin lirih.
"Apa pria itu beristri? sampai kamu jauh-jauh menghilang," tanya Milea yang penasaran.
"Tidak, dia teman sekelasku. Aku hanya belum siap membuat dia juga memiliki hidup dan masa depan yang berantakan. Sebentar lagi hari kelulusan, aku tidak bisa merusak masa depannya," jawab Airin.
"Jangan bilang, dia tidak tahu kamu hamil?" ujar Milea, menatap mata Airin.
Airin tertunduk dan menganggukkan kepalanya. Milea lantas langsung memukul kepala Airin dengan kepalan tangannya, karena merasa sikap Airin sangat bodoh. Namun Airin hanya diam, dan tidak menceritakan lagi alasannya kepada Milea, tentang mengapa Airin harus pergi.
Melihat Milea yang hancur karena, kekasihnya pergi dengan wanita lain, membuat Airin bercermin dengan dirinya, Mona juga akan merasa hancur jika Angga meninggalkannya demi Airin yang jelas-jelas merebut cinta yang sebelumnya milik Mona.
Setelah pulang dari puskesmas, keduanya langsung bekerja di toko. Airin masih maju mundur untuk jujur kepada Bu Citra, meskipun Milea sudah berulang kali menyuruhnya. Airin masih takut, jika Bu Citra akan menolak Airin sebagai pegawai jika mengetahui Airin hamil tanpa suami.
"Airin, tolong belikan Ibu beberapa kertas nota dan bolpoin di pasar depan!" ucap Bu Citra memerintah. Airin pun mendekat, namun Milea tiba-tiba menyela.
"Sudah saya saja Bu," ucap Milea.
Bu Citra menatap Milea dan berdecak kesal.
"Kenapa sih, biar Airin juga tahu tempatnya? Kamu di toko saja kalau ada pembeli datang," gertak Bu Citra. Airin mengedipkan matanya kepada Milea agar tidak berdebat dengan masalah sepele.
Airin lalu meraih uang yang diberikan Bu Citra, lalu keluar dari toko dan pergi ke pasar Kosambi lantai 2.
Beberapa kertas nota dan bolpoin sudah terbeli, Airin pun menuruni tangga untuk kembali ke toko. Namun, saat melewati tempat parkir Airin melihat Ibunya Mona keluar dari Mobil, Airin pun akhirnya dengan gugup mencari jalan lain agar tidak bertemu dengan Ibunya Mona yang terlihat akan berbelanja di pasar.
Sett …
"Airin," ucap Mona, menarik tangan Airin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Zolojulo
Lanjut, kak.
Mampir juga ya
2023-07-17
0