Risal dan Airin menoleh kearah Milea dengan wajah bingung. Airin berpikir Milea terlalu berani mengajak Risal ke kamarnya untuk menonton film horor berduaan.
"Anak-anak lainnya sudah siap di atas, kalau kalian mau ikut ayo sekalian, semakin ramai semakin seru," imbuh Milea.
Airin tersenyum, ketika menyadari Milea tidak seperti dugaannya.
"Bergabung dengan anak perempuan maksudmu?" tanya Risal.
"Tidak, ada anak laki-laki juga diatas. Ya anggap saja acara kumpul-kumpul anak kos supaya lebih saling kenal," sahut Milea.
Risal diam sejenak dan berpikir, kemudian matanya menatap Airin.
"Kamu ikut?" tanya Risal pada Airin.
Airin tersenyum tipis, kemudian mengangguk.
"Sudah jangan banyak berpikir," ucap Milea, lalu menarik tangan Airin.
"Aku kunci kamar dulu," imbuh Airin lalu kembali ke pintu kamarnya dan menguncinya.
Risal kembali ke kamarnya, tanpa memberikan jawaban akan ikut atau tidak. Airin menoleh terus kebelakang mencari sosok Risal yang diharapkannya akan ikut.
Tiba di lantai 3, Airin dibuat tercengang. Karena kamarnya Milea ternyata dua kali lebih besar dari kamar Airin. Dan di lantai 3 hanya ada 4 kamar saja, jadi sangat nyaman jauh dari kebisingan.
"Berapa 1 bulan?" tanya Airin mengenai harga kamar kos Milea.
"900, kosongan. Tapi nyaman, kan?" sahut Milea.
Setelah tiba di depan pintu kamar Milea, ada 5 orang yang sudah duduk di atas karpet sambil melihat layar televisi.
Airin lagi-lagi tercengang, melihat barang di kamar Milea yang benar-benar mewah sesuai dengan apa yang dikatakan Milea sebelumnya. Spring bed ukuran deluxe. Televisi 32 inch, lemari besar, satu sofa empuk, AC, wifi, lemari es dan mesin cuci mengisi kamar Milea.
"MasyaAllah, kamarmu nyaman banget," ucap Airin yang masih berkeliling di kamar Milea sambil melihat beberapa bingkai foto.yang tergantung di dinding.
"Duduklah, jangan membuatku canggung," sahut Milea, lalu menarik pundak Airin untuk duduk.
Milea memperkenalkan satu-persatu teman kos yang duduk di depan layar televisi. Airin bertambah kagum dengan Milea, karena memiliki jiwa yang mudah bergaul dan tidak sombong.
Film horor pun mulai diputar, semua anak kos duduk menikmati film dan cemilan. Beberapa saat kemudian Risal dan Riski datang dan masuk ke dalam kamar Milea.
Airin melihat senyum mengembang dari bibir Milea saat ketemu Riski, pria yang saat ini disukai Milea.
Milea bangkit dari duduknya, lalu mempersilahkan Risal dan Riski untuk duduk juga. Pintu kamar dibuka lebar, agar tidak ada orang yang berpikiran buruk dengan apa yang mereka lakukan di dalam kamar.
Milea duduk disamping Riski, sambil tidak berhenti menatap Riski. Sedang Risal duduk di belakang Airin.
"Kamu suka film horor?" tanya Risal berbisik ke telinga Airin.
"Tidak terlalu," jawab Airin lirih.
Semua menjadi hening dan tenang, menikmati film. Tidak seperti yang dibayangkan Airin, karena saat sekolah dulu teman-temannya di kelas yang suka menonton film horor sangat gaduh dan berteriak saat adegan mengerikan dimulai.
Kali ini hening dan bisa menikmati alur film. Airin menoleh ke arah Milea yang masih saja menatap Riski tanpa berkedip, seakan film horor hanya sebuah alasan untuk Milea bisa dekat dengan Riski.
2 Jam film akhirnya selesai, film tentang dunia lain yang menceritakan pembunuhan dan perdukunan sudah selesai. Namun, semua anak kos masih enggan pergi dari kamar Milea. Ada yang turun kembali ke kamarnya lalu beberapa saat kemudian ke kamar Milea lagi sambil membawa gitar. Akhirnya dilanjutkan dengan acara ngobrol bersama sambil mendengarkan salah satu anak kos yang bernyanyi dengan suara merdu diiringi gitar yang dimainkan oleh Riski.
Milea duduk di sofa, sambil terus menatap Riski dengan ekspresi benar-benar jatuh cinta kali ini dengan pria berkulit putih dan mata coklat yang tinggal di depan kamar Airin.
Hujan mulai reda, hanya beberapa tetes air turun dari langit. Namun, cuaca bertambah dingin di jam 12 malam. Airin sudah terus menguap, tapi merasa tidak enak jika pergi terlebih dahulu.
"Kamu suka lagu apa?" tanya Riski, tiba-tiba mendekati Airin. Airin yang duduk mendongak dan melihat mata Riski.
"Ah, apa saja," jawab Airin canggung.
"Lagu tahun 2000 an atau anak jaman sekarang?" tanya Riski lagi dan masih tidak beranjak pergi.
"Em …," Airin diam, lalu menoleh ke arah Milea.
"Apa?" tanya Airin pada Milea, mencari tahu apa yang ingin didengar Milea.
"Lagu Armada saja," sahut Milea, lalu mendekat ke arah Airin.
Riski terdiam, kemudian duduk kembali di depan pintu. Senar gitar mulai di petiknya lagi, namun bukan lagu dari band Armada sesuai request Milea. Melainkan lagu lawas yang membuat Airin semakin mengantuk saat mendengarnya.
"Ih, nyebelin," gerutu Milea kepada Riski. Airin hanya diam, sambil menguap dan menutup matanya perlahan. Airin sudah tidak mendengar apa-apa lagi saat ini dirinya sudah terbawa mimpi.
Airin hanya fokus dengan mimpinya, mimpi tentang pertemuannya dengan Angga. Lalu bersikap berani untuk mengatakan pada Angga jika dia sedang hamil anaknya.
"Bangun,"
Suara lain masuk ke dalam mimpi Airin. Tubuhnya seperti terguncang, Airin perlahan membuka mata.
"Sana tidur di kamarmu!" ujar Milea.
Airin menyadarkan diri dan melihat tinggal dirinya, Riski dan Risal yang masih ada di depan kamar Milea.
"Iya," jawab Airin lirih, lalu bangkit dengan sempoyongan menuruni tangga.
Risal dan Riski berjalan dibelakang langkah Airin. Dan saat Airin hampir tersandung, Riski dengan sigap menarik tangan Airin hingga keduanya saling bertatapan dengan jarak dekat dan tubuh Airin memeluk Riski secara spontan. Adegan itu dilihat Milea dari atas tangga. Milea berlari menuruni tangga dan hendak memisah kontak mata yang terjadi antara pria yang ditaksirnya dengan Airin yang sudah dianggap sahabatnya.
Milea lalu menarik tangan Airin hingga berpisah dari Riski. Riski dengan kesal karena diganggu Milea akhirnya menarik kerah baju belakang Milea.
"Kenapa sih kamu, ganggu saja!" gertak Riski lalu melepaskan kerah baju Milea.
"Kamu mau menyukai Airin?" sahut Milea mendekat ke arah Riski.
"Kalau iya kenapa?" Ujar Riski membalas.
"Hah, kamu menyukai Airin," sahut Risal dari belakang.
" Kenapa sih kalian ini, memang salah?" Balas Riski lalu menarik sisi tangan Airin lainnya. Airin yang masih mengantuk tidak fokus dengan perdebatan yang terjadi di depannya. Airin lalu menarik tangannya agar terlepas dari tangan Milea dan Riski.
Airin perlahan pergi dari hadapan Riski.
"Apa salahnya menyukai Airin?" gertak Riski kesal.
"Dia hamil dan kamu masih menyukainya?" sahut Milea dengan nada kesal.
Riski dan Risal terkejut mendengarnya, begitupun Airin yang ikut terkejut ketika Milea mengungkapkan rahasianya pada dua pria yang tinggal di depan kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments