Bab 16

Kedatangan Kakak laki-lakinya membuat Airin terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa. Airin dengan mata yang basah dan berkaca-kaca mendekat perlahan ke arah Kakaknya.

"Bang, maafkan Airin," kalimat pertama yang mampu Airin ucapkan, ketika mencium tangan kakaknya. Suasana haru itu membuat anak kos lainnya turun dari tangga.

Kak Ikmal, mengusap kepala Airin dengan lembut lalu duduk di depan teras kamar Airin. Airin mengetuk kamar, agar Milea membukakan pintu karena ingin membuatkan kakaknya minuman. Milea terkejut ketika melihat pria tampan yang tersenyum padanya saat membuka pintu itu adalah Kakaknya Airin yang tidak pernah sekalipun Airin ceritakan. Airin masuk dan beberapa saat kemudian keluar dengan segelas air es.

"Maaf, hanya ini saja yang bisa Airin berikan pada abang," ucap Airin lirih. Kakaknya hanya diam dan mencari keberadaan bayi di dalam kamar. Milea yang masih berdiri di depan pintu seakan tahu apa yang ingin dilihat kakaknya Airin. Milea masuk kedalam dan keluar dengan menggendong Ringga. Milea menaruh Ringga ke pangkuan kakaknya Airin.

Kakaknya Airin menarik nafas panjang, lalu mengadzani bayi Airin. Hingga membuat senyum Airin mengembang bahagia.

"Ibu tidak bisa datang, Ibu sakit," ucap Kak Ikmal memberi alasan ketidakhadiran Ibunya Airin. Airin terkejut dan air matanya perlahan turun lagi.

"Setiap hari Ibu cemas memikirkanmu sampai sakit, seharusnya kamu tidak setega itu dengan Ibu dan juga Ayah kita," imbuh Kak Ikmal, lalu menoleh ke arah Airin dengan tatapan yang masih kesal.

Airin hanya bisa tertunduk dan diam, lalu mengambil Ringga dalam pangkuan kakaknya.

"Maafkan aku, adek juga bingung bang, adek hanya tidak ingin melukai siapapun sebenarnya, karena itu adek pergi dari rumah," terang Airin.

"Seharusnya kamu katakan pada Ibu dan Ayah jika pria itu tidak mau bertanggung jawab, biarkan kakak yang membawa pria itu ke hadapan Ayah." ucap Kakaknya.

"Tidak bisa, Airin tidak bisa kalau soal itu. Karena di posisi ini Airin lah yang salah, biarkan Airin menanggungnya sendiri. Airin akan memperbaiki diri di sini, katakan pada Ibu jangan cemas, Airin baik-baik saja," sahut Airin.

"Kakak tidak bisa berkata apa-apa lagi, kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti mana yang baik dan buruk, ini uang dari Ibu untukmu membeli kebutuhanmu," ucap Kak Ikmal, lalu mengeluarkan amplop dari saku celana dan diberikannya pada Airin. Airin menerimanya meskipun terasa berat, tapi kenyataannya dia juga butuh untuk saat ini.

Kak Ikmal bangkit dari tempat duduk dan bersiap pergi. Airin meminta Milea menggendong bayinya agar Airin bisa memeluk kakaknya yang mungkin butuh waktu berapa lama lagi bisa bertemu.

"Jaga dirimu, pulanglah setelah suasana membaik, nanti juga Ayah akan luluh dengan berjalannya waktu, setidaknya menikahlah juga dengan pria baik yang tidak akan menyia-nyiakan hidupmu dan anakmu." ucap Kak Ikmal, memberi pesan kepada Airin.

Airin mengangguk dan melepaskan pelukannya. Kak Ikmal perlahan menuruni tangga dan pergi. Airin tidak berhenti menangis saat masuk kedalam kamar.

"Kakakmu sangat tampan sekali," ujar Milea, Airin menoleh dan tersenyum tipis di dalam tangisannya.

"Sudah jangan menangis, setidaknya kamu sudah lega tahu kabar Ibumu," imbuh Milea.

Airin mengambil anaknya dari gendongan Milea dan mencium pipi anaknya dengan lembut. Airin menatap mata putranya yang bulat dan kecil, sesaat kesedihan itu hilang ketika menyadari ada semangat baru yang harus Airin jalani hari esoknya.

***

Hampir 2 bulan berdiam diri di dalam kamar kos, uang pun juga menipis. Airin mulai cemas apa yang harus dilakukannya, agar bisa mencari uang dan tetap menjaga bayinya. Tidak enak juga, hampir 4 bulan, Milea yang selalu membayar kamar kost, padahal jika satu kamar ditempati dua orang harganya pun naik dari 900 ribu menjadi 1,5 juta.

Airin berdiri di dekat jemuran baju, mencari sinar matahari agar tubuh anaknya mendapatkan kehangatan sinar matahari pagi yang baik untuk kesehatan. Sebuah ide tiba-tiba terbesit dalam pikiran Airin. Airin masuk kedalam kamar untuk merundingkan pemikirannya dengan Milea.

"Mil, jika aku memintamu menjaga anakku sebentar saat pukul 4 pagi sampai 7 pagi, apakah kamu mau?" tanya Airin.

Milea yang masih terbaring ditempat tidur tidak menyahut. Airin lalu menggoyangkan tubuh Milea agar bangun. Dan akhirnya perlahan Milea sadar dan mengucek matanya.

"Ada apa?" tanya Milea dengan mata sayu.

"Aku ingin berjualan di pasar, apa kamu bisa menjaga Ringga dari jam 4 pagi sampai jam 7 pagi. Hanya 3 jam saja," jawab Airin.

"Hah, jualan. Jualan apa?" tanya Milea, kembali berbalik dan menguap.

"Aku ingin jualan lontong sayur," jawab Airin, lalu memukul pantat Milea agar sadar dan mendengarkan ucapannya.

"Iya terserah, biasanya aku juga yang jaga Ringga dan bangun tengah malam untuk menggendongnya saat menangis. Kenapa bertanya lagi?" sahut Milea. Airin tersenyum lega, lalu memukul tangan Milea perlahan sebagai candaan.

Airin duduk di sofa dan mengambil kertas dan juga bolpoin. Airin mulai merinci modal dan bahan yang harus dikeluarkan dan dibeli untuk berjualan lontong sayur.

Malamnya semua niatan itu pun mulai direalisasikan. Airin berbelanja beberapa telur dan bumbu untuk membuat sayur

Untuk lontongnya sendiri, Airin akan membeli pagi-pagi buta di pasar Kosambi. Airin hanya perlu menyiapkan styrofoam untuk potongan lontong dan nanti sayurnya akan dibungkus pisah. Setidaknya jika tidak habis, itu bisa untuk sarapan dia dan Milea, jadi bisa sekalian.

***

Pagi pukul setengah 3, Airin berjinjit keluar dari kamar dan menuruni tangga. Airin berjalan ke pasar untuk membeli beberapa lontong. Pasar belum terlalu ramai, tapi ada beberapa orang yang sudah berjualan. Biasanya akan ramai pukul 5 pagi sampai pukul 6 pagi. Karena jika sudah pukul 7 pagi para pedagang di pinggiran harus siap pergi, karena dilarang keras berjualan. Tempat yang paginya digelar pedagang kecil-kecilan untuk berjualan, jika sudah pukul 7 akan digunakan sebagai lahan parkir pembeli yang berbelanja di pasar Kosambi dalam.

Setelah berkeliling akhirnya Airin menemukan penjual lontong, setelah membayar mata Airin juga berkeliling kemana nantinya tempat untuk dirinya berjualan.

"Jika mau dagang teh, ijin dulu sama petugasnya, tuh yang pakai baju kuning neng," ucap salah satu penjual, ketika ditanyai Airin tentang tempat yang boleh untuk berjualan orang baru.

Airin pun mendekati pria paruh baya yang berdiri di dekat pos dan meniup peluit berulang kali. Ada rasa gugup, untuk pertama kalinya Airin harus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mencari nafkah.

Setelah beberapa obrolan dengan petugas pasar, Airin harus membayar beberapa uang untuk keamanan. Airin pun menyanggupinya.

"Sana tuh yang kosong, biasanya banyak yang lewat, tapi kalau jualan gitu enaknya keliling aja nggak usah pakai tempat jadi cepat laku," ucap Pak Supri, penjaga pasar yang memberikan arahan.

"Eneng kalau malu jualan, udah nikah saja sama Abang," imbuh Pak Supri dengan tawa. Airin hanya tersenyum menanggapinya, lalu berpamitan pergi.

Airin kembali ke kos, namun saat langkahnya akan sampai menuju kamar Airin dikejutkan dengan teriakan Milea dari dalam kamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!