Dilema Cinta Satu Malam

Dilema Cinta Satu Malam

Bab 1

Airin terkejut ketika mendapati hasil tespeknya positif hamil. Padahal kelulusan sekolah tinggal 8 bulan lagi, baru saja masuk kelas 3 SMA. kurang 1 langkah lagi impiannya lulus dengan nilai terbaik lalu masuk ke Universitas Negeri impiannya akan terlaksana, namun hanya karena kesalahannya yang melakukan hubungan terlarang cinta satu malam bersama ketua kelasnya, kini Airin berada di titik 2 masalah terbesar dalam hidupnya.

Titik pertama, entah apa yang akan di lakukan orang tuanya jika mengetahui kabar mengejutkan ini datang dari putri yang selalu di banggakannya. Pikiran Airin langsung menjerumus tentang hal paling buruk yang akan dia alami, dirinya pasti akan di usir dari rumah dan di asingkan dari keluarga karena menjadi aib di keluarga mereka yang terkenal sebagai keluarga terhormat di lingkungannya sebab Ayahnya adalah kepala desa yang menjadi panutan untuk masyarakat di sekitarnya.

Titik kedua, Ayah dari bayi yang ia kandung adalah pacar sahabatnya yang bernama Angga. Sedang sahabat Airin yang menjadi pacar Angga adalah Mona, Mona gadis paling aktraktif dalam bidang olahraga. Gadis paling populer di sekolah yang sudah menjabat sebagai sahabatnya selama 11 tahun sejak duduk di bangku SD.

Hanya karena kebodohannya yang terperangkap dalam tatapan mata Angga selesai pesta ulangtahun Mona selesai dan pulang di antar oleh Angga, lalu di perjalanan motor yang mereka tumpangi mogok. Hujan deras juga tiba-tiba datang sampai keduanya berteduh di sebuah gubuk tua sementara dengan niatan menunggu hujan reda, malah membawanya pada akhirnya ke sebuah kisah cinta terlarang antara dirinya dan Angga.

'Astaga ...,' gerutu Airin, pada dirinya sendiri yang saat ini harus melewati kedua masalah itu sendirian.

Airin keluar dari toilet, dan satu orang teman masuk bergiliran menggunakan toilet. Airin dengan pandangan yang samar akibat seharian mual dan pusing saat ini menatap dirinya di depan cermin, sambil mencuci tangannya di wastafel. Menatap wajahnya yang kusam dan terlihat berantakan, tidak mencerminkan benar tentang dirinya yang terbiasa rapi dan manis.

Airin keluar dari kamar mandi dan bermaksud kembali ke kelas. Berjalan terhuyung-huyung melewati lapangan sekolahnya. Beberapa teman lainnya masih sibuk bermain Voli di lapangan karena saat ini masih jam olahraga. Namun, Airin meminta ijin kepada gurunya untuk beristirahat dengan alasan sedang tidak enak badan.

Tanda-tanda kekhawatiran ini sudah mulai ia rasakan dari satu setengah bulan yang lalu. Airin yang biasanya sangat bersemangat saat berangkat sekolah, akhir-akhir ini di landa rasa malas dan lelah yang berkepanjangan. Apalagi di tambah ketika mengetahui jika bulan ini belum datang bulan atau haid.

Airin menatap Angga dari kejauhan, hingga dengan insting yang sama-sama kuat tatapan mereka keduanya bertemu. Airin sejenak masih menatap sepasang mata coklat indah yang pernah membuatnya terbuai, Angga yang menyadari ada sesuatu hal yang terjadi dengan Airin akhirnya keluar dari lapangan dan berlari ke arah Airin.

"Ada apa?" tanya Angga, sambil menyentuh kening Airin. Airin bergegas menangkisnya dengan perasaan kesal.

"Kau sakit?" tanya Angga lagi.

Airin kali ini memilih menghindar saja dengan diam. Memikirkan langkah selanjutnya sendirian, agar tidak ketahuan dengan Mona. Ada rasa bersalah yang dalam karena telah membuat tinta merah di persahabatan yang sudah terjalin cukup lama antara dirinya dan Mona.

Angga masih mengikuti langkah Airin dari belakang. Mencoba mencari tahu permasalahan yang sedang di rasakan Airin, karena dirinya juga merasa tidak tenang setelah melakukan kesalahan pada malam itu, malam di mana keperjakaannya hilang pertama kalinya dengan gadis yang tidak di duganya sama sekali. Gadis yang saat ini membuatnya berdebar ketika bertemu.

Airin mempercepat langkah kakinya, berlari melarikan diri dari bayangan pria yang mengacau di dalam hidupnya. Untuk saat ini dirinya hanya butuh waktu untuk menenangkan diri.

Duduk di bangku kelas, menyangga kepalanya dengan kedua tangannya. Ada beberapa pemikiran negatif yang merasuki benaknya, salah satunya adalah melupakan hal yang sudah terjadi dan melakukan dosa kedua, yaitu melenyapkan nyawa di dalam perutnya.

"Tidak ..., jangan!" gumam Airin menggelengkan kepala dengan tegas, untuk membuang pemikiran jahat itu jauh di pikirannya.

"Bagaimana ini?" Gumam Airin lagi, kali ini menutup kedua matanya dengan tangan. menyeka air mata yang perlahan jatuh karena kebingungan harus berbuat apa.

Yang di hadapinya bukan hanya rasa malu, tapi rasa bersalah dan takut ketika nantinya bertemu dengan kedua orang tuanya untuk berkata jujur dengan kabar kehamilannya.

Tettt ...,

Bel sekolah pelajaran terakhir telah usai. Suara langkah kaki yang gemuruh datang masuk ke kelas maupun keluar dari kelas sedang beradu. Airin masih bergeming duduk di bangku sambil menarik nafas hingga membuat diafragma nya terangkat kuat, mengembang sempurna dan mengempis dengan rasa lega.

"Pulang, yuk!" ucap Mona yang berdiri di depan pintu kelas.

Airin menggigit bibirnya, bertemu Mona dan mendengar suara Mona saat ini juga seperti dentuman suara petir yang menakutkan. Rasa bersalah tepatnya, kesalahan yang cukup besar yang melukai sahabat yang telah menemaninya belasan tahun.

"Iya," jawab Airin, menarik tasnya hingga bersandar di bahu kirinya. Berjalan keluar kelas mendekati Mona sedang berjingkrak-jingkrak dengan senyum mengembang.

"Tahu nggak, hari ini gua seneng banget ..., mau tahu nggak kenapa?" ujar Mona.

"Kenapa?" tanya Airin penasaran.

"Orang tua Angga ngajak orang tua aku buat makan malam bersama besok, gila ..., mimpi apa gua kemarin?" balas Mona dengan senyum yang lebih mengembang, menari-nari memperagakan gerakan balet.

Airin tersenyum tipis membalas kabar itu, lalu jalan perlahan menuju gerbang sekolah.

Dan ketika sudah berada di depan pagar, antara dirinya dan Mona berpisah karena berbeda tujuan. Airin menoleh ke belakang, melihat Mona yang berlari ke arah Angga, menggandeng tangan Angga dan membahas sesuatu obrolan sampai terlihat Mona tersenyum lagi.

Sepasang mata yang mengintip itu ketahuan, ketika Angga juga menatap Airin dari jauh. Keduanya hanya bertatap mata tanpa kata, lalu berpisah di jalan masing-masing.

Ceklek ...,

"Assalamualaikum," ucap Airin memasuki rumah.

"Wallaikumsalam, Anak gadis Ibuk sudah pulang," sahut Ibunya.

Airin berjalan mencari sumber suara Ibunya yang tidak di temukan di ruang tamu.

"Buk, " ucap Airin, masih mencari.

"Ibuk di dapur, Rin." balas Ibunya.

Airin langsung menuju dapur. Ibunya tengah sibuk memasak makanan yang cukup banyak untuk acara arisan nanti malam di rumah. Airin berlari memeluk pinggang Ibunya dari belakang.

"Ada apa, dek?" tanya Ibunya. Ibunya yang selalu menganggap Airin anak kecil meski di usianya yang beranjak dewasa, membuat Airin terkadang malu. Namun, terkadang juga merindu jika ungkapan itu tidak terdengar di telinga sehari saja.

"Ibuk, Airin hamil," ungkap Airin langsung jujur, dan langsung tertunduk.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

'

2024-07-08

0

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

lanjut

2023-10-22

0

Ara Julyana

Ara Julyana

kak othor,kok yg pewaris rumah gk up lg? aku baca yg ini yaa

2023-08-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!