Airin menoleh dan menatap Mona dengan canggung, Mona tiba-tiba menarik tangan Airin bersembunyi di bawah tangga.
"Sudah kamu gugurkan?" tanya Mona, sambil melirik ke arah perut Airin. Airin hanya diam dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Mona.
"Lepaskan, aku mau pergi!" ucap Airin menghindar..
"Bentar dulu," sahut Mona, menarik lagi tangan Airin. Mona lalu menunjukkan cincin di jari manisnya kepada Airin. Menunjukkan jika pertunangan Mona dan Angga sudah terjalin. Airin menatapnya sambil menelan ludah.
"Jika sudah kamu gugurkan kenapa kamu kabur, guru dan anak lainnya menanyakan mu," ucap Mona.
Airin diam dan menarik tangannya lagi untuk keluar dari percakapannya dengan Mona. Airin berjalan tanpa menoleh kembali ke arah Mona yang masih memanggilnya.
Air mata perlahan turun, rasa sedih berkecamuk di dalam diri. Airin tidak bisa memungkiri rasa cemburu dan iri yang membelenggu di hatinya.
Tiba di toko, Airin menyeka air matanya dan mulai menampilkan senyumnya. Memberikan barang yang diinginkan Bu Citra di lantai 2, lalu kemudian turun ke meja kasir menggantikan posisi Milea.
Hari mulai gelap, hampir pukul 7 malam. Airin berjalan perlahan ke arah toko bersama Milea, setelah sholat magrib di mushola.
"Ada apa?" tanya Milea, menepuk pundak Airin.
"Tidak, aku hanya bingung saja. Seharusnya jika bertemu teman lama aku bahagia tapi kenapa aku bersedih," ujar Airin.
"Kamu bertemu dengan temanmu, yang mana?" sahut Milea, sambil menoleh kanan kiri dan belakang, mencari teman yang dimaksudkan Airin.
"Tadi siang. Kami sudah berteman 11 tahun, tapi rasanya kami seperti orang asing," imbuh Airin, tertunduk.
Milea hanya diam dan menoleh sesaat kearah Airin, tidak ingin bertanya lebih takut jika Airin semakin sedih.
Waktu terus berlalu, sekarang kehamilan Airin sudah berusia 20 minggu, perutnya sudah terlihat besar dan semakin sulit untuk bergerak bebas. Airin berdiri didepan pintu ruangan Bu Citra, dengan perasaan yang gugup.
Saat pintu terbuka, Bu Citra menatap Airin cukup lama sebelum menyuruhnya duduk.
"Ada apa?" tanya Bu Citra, menatap mata Airin. Airin menatap Bu Citra sejenak lalu tertunduk.
"Saya ingin minta maaf kepada Bu Citra, karena sebelumnya saya tidak jujur. Saya sebenarnya sedang hamil," jawab Airin.
"Iya saya tahu," ucap Bu Citra.
Airin terkejut dan menatap Bu Citra.
"Ya sudah, kembali bekerja sana, kamu masih kuat kan?" ujar Bu Citra dengan nada lembut menanggapi pernyataan yang Airin katakan.
"Iya, Bu." Jawab Airin lalu keluar dari ruangan dan kembali ke meja kasirnya.
Milea dan Manda mendekati Airin karena penasaran dengan tanggapan Bu Citra tentang kejujuran Airin.
"Bagaimana?" tanya Milea.
"Aku malah tambah bingung, Bu Citra bilang dia sudah tahu dan aku suruh kembali kerja," jawab Airin.
Milea dan Manda terlihat bernafas lega mendengarnya, menandakan jika Airin tidak di pecat dan masih bisa bekerja.
Suara langkah kaki menuruni tangga, Bu Citra turun dari ruangannya. Milea dan Manda kelabakan berlari ke arah depan toko berpura-pura memanggil pembeli agar singgah ke toko.
"Usia berapa kehamilan mu?" tanya Bu Citra, yang berdiri di samping Airin.
"5 bulan Bu," jawab Airin.
"Lalu orang tuamu tahu kamu hamil?" tanya Bu Citra lagi, mencoba mencari tahu kehidupan Airin yang sebenar.
"Iya, saya pergi dari rumah karena tidak ingin menjadi beban," ucap Airin untuk pertama kalinya jujur kepada orang disekitarnya.
"Menjadi Ibu tunggal sangat berat, kamu sudah siap?" tanya Bu Citra lagi, Milea dan Manda mendekat ingin ikut mencari tahu kehidupan Airin, apalagi toko sedang sepi.
"Insyaallah saya siap, bagaimanapun juga anak ini tidak salah apapun," jawab Airin.
"Lalu Ayahnya?"
"Teman kelas saya,"
"Dia tidak mau bertanggung jawab atau bagaimana?" tanya Bu Citra. Airin menoleh dan seakan terhipnotis dengan kelembutan Bu Citra yang membuat Airin nyaman untuk bercerita.
"Dia tidak tahu, karena sebenarnya pria itu pacar sahabat saya," jawab Airin lirih, lalu menatap Manda dan Milea yang sedang menganggukkan kepala bersamaan.
Bu Citra lalu mengempiskan nafasnya, karena tidak berani memberikan saran.
"Heh kalian ini malah berdiri disini, ayo kerja! Sana naik ke atas catat stock," gertak Bu Citra yang baru menyadari keberadaan Milea dan Manda berdiri di sampingnya. Milea dan Manda ikut terkejut dan tersenyum lalu berlari terbirit-birit menaiki tangga. Bu Citra menepuk punggung Airin, lalu pergi membawa tas keluar dari toko.
Airin tertunduk dengan perasaan lega, menyadari selega itu ketika mengeluarkan kesedihan yang dirasakannya, lalu ada seseorang yang mau mendengarkan curahan hatinya dengan ketenangan. Airin mengusap perutnya dan merasakan tendangan kaki dari bayi di dalam perutnya, kemudian tersenyum..
Beberapa saat kemudian Milea dan Manda yang mengetahui jika Bu Citra pergi, lalu turun ke lantai pertama. Dan langsung bersamaan memeluk Airin dengan erat. Manda mengusap punggung Airin begitupun Milea yang langsung menghapus air mata di pipi Airin. Airin merasakan mendapatkan keluarga baru ketika bekerja di toko. Meskipun rasa rindu kepada orang tuanya masih menggebu, namun dengan melihat kebaikan Bu Citra dan kedua temannya, membuat Airin merasa bersemangat untuk menjalani hari.
Malam yang sama kembali datang, setelah menutup toko, ketiga pegawai ceria toko Julia seperti biasa singgah untuk menikmati bubur ayam. Namun kali ini ada yang berbeda, bukan bertiga melainkan ber empat. Anak Manda saat ini duduk di bangku menikmati semangkuk bubur yang hangat. Balita laki-laki berusia 3,5 tahun yang memiliki muka bulat dan mata yang bulat, wajah yang berbeda dari Manda Ibunya.
Sebulan sekali mantan suami Manda akan mengantar anak laki-lakinya yang bernama Alip untuk tinggal dengan Manda semalam, untuk meluapkan kerinduan Manda kepada putranya. Manda tak hentinya menangis dan menciumi pipi gembul anaknya. Kerinduan seorang Ibu yang 30 hari dipendam dan bertemu dalam waktu sekejap mata saja. Alasannya karena Manda tidak cukup memiliki waktu untuk bisa merawat Alip, sedang mantan suaminya sudah menikah lagi dan Alip tinggal sehari-hari bersama Ibu tirinya. Cinta yang begitu rumit terjalin kepada sepasang muda-mudi yang belum cukup umur untuk mengerti artinya biduk rumah tangga sesungguhnya.
Tidak ada seorang Ibu yang mampu meninggalkan anaknya, meskipun Manda sering mengatakan jika dirinya banyak dicaci karena melarikan diri setelah pisah dengan mantan suami lalu meninggalkan anaknya. Manda hanya diam.
Manda menceritakan jika dirinya juga bingung harus berbuat apa, orangtuanya sudah tua renta, jika dirinya masih bergeming mengemis uang dari mantan suami untuk menghidupi anaknya, hidup dan hatinya akan semakin hancur. Karena itu Manda mengizinkan mantan suaminya menikahi wanita lain asal anaknya diasuh dari pihak laki-laki sedang Manda berusaha keras untuk bekerja di Bandung untuk kelak bisa hidup bersama putranya dari hasil uang yang ia kumpulkan. Bagaimanapun juga waktu terus berjalan dan Manda masih berharap bisa bertemu dengan pria lain yang mau menerima dirinya dan anaknya dengan baik kelak nanti.
Airin mengelus perutnya dan memiliki harapan yang sama. Jika memang suatu saat takdir tidak membawa Angga ke hidupnya, setidaknya ada pria tulus diluar sana yang mau menerima dia dan anaknya.
Tliiliiiiiiit ….
Suara dering ponsel, menyela kehangatan yang ada di depan mata. Ketika doa bertautan dengan apa yang diinginkan. Airin melihat ponselnya dan terkejut saat mengetahui Angga meneleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments