Hinaan bertubi tubi

Arini pun tertidur karena lelah menagis.

Namun belum ada rasanya tidur setengah jam, dia sudah terbangun karena tangisan siska. terpaksa arini harus bangun untuk menenangkan.

berjalan gontai ke ruang tamu. melihat siska sudah tertidur di gendongan. arini yang tidak sanggup menaiki tangga, karena mata nya yang sudah lengket dan kepala terasa pusing. akhir nya hanya merebahkan siska di sofa dan diri nya sendiri pun ikut terlelap.

sedangkan di tempat lain, kini arya sedang mencoba merayu wanita yang bersama nya.

"kenapa sih lex, kamu itu seperti nya takut banget sama arini. kalau dia tahu hubungan kita kan lebih bagus" gerutu nya.

"mbak, tidak semudah itu. semua aset yang bersama ku itu adalah milik arini."

wanita yang sedang bersama arya tak lain adalah kakak ipar nya, vivi.

"apa!!! jadi......, arini itu orang kaya" vivi melotot tidak percaya.

"iya mbak, makanya itu kamu bersabar dulu, aku akan mencoba mengambil alih semua nya atas nama ku dulu. tunggu sampai waktu nya tiba ya" alex pun mencoba merayu kakak ipar nya, berbicara sambil memeluk dari belakang.

"sampai kapan aku harus bersabar lex, aku cemburu kalau lihat kamu itu bermesraan dengan arini."

alex hanya menanggapi dengan tawa.

"itu semua hanya bualan ku mbak. percayalah, kalau perasaan ku sekarang sudah milik mu."

"eeemmm bener yah! pokok nya setelah semua beres, kamu harus segera menikahi ku" vivi pun menghampiri memeluk tubuh kekar itu.

"iya.sekarang yang jadi masalah, arini sudah mulai curiga. jadi, besok kita langsung pulang saja ya."

"tapi kita belum jalan jalan" elak vivi, dengan mengerucutkan bibir nya.

"lain waktu, kita bisa cari kesempatan lagi."

mau tidak mau vivi hanya mengangguk pasrah.

kedua insan itu akhir nya terbawa suasana. mereka melakukan pergumulan panas dalam satu ranjang tanpa memikir kan dosa, walau mereka sadari jika perbuatan mereka adalah salah. cinta buta yang membuat alex dan vivi terlena. diam diam mereka melakukan hubungan terlarang antara adik dan kakak ipar itu sudah berjalan tiga bulan.

****

Kabut hitam nan tebal menghalangi jalan arini yang menggunakan motor untuk menuju ke pasar.

arini bingung harus menerobos atau pulang kerumah. remang remang arini melihat segerombolan orang sedang tertawa bersendau gurau keluar dari rumah makan, salah satu dari mereka adalah suaminya, alex. tidak terlihat jelas wajah yang lain. arini memutuskan untuk menghampiri, akhirnya nekat melajukan motor itu untuk menembus kabut hitam yang semakin tebal. tiba tiba dia terbang dan di gulung kabut. arini teriak sekencang mungkin, namun suaranya tercekat. kabut yang menggulung semakin hitam bagai tali tanpa ujung yang membuat nafas nya semakin tercekik. tiba tiba kabut itu menghempaskan tubuh nya dengan kasar.

arini terbangun dengan nafas memburu.

Menyadari masih di sofa, ternyata dia bermimpi buruk. nafas nya ngos ngosan seperti habis marathon.

wajah dan punggung nya terasa basah oleh keringat.

arini termangu lama, saat dia mencoba akan mengingat mimpinya kembali, terdengar derap banyak langkah menuju ruang tamu.

Benar saja, tatkala arini menoleh, ibu mertua, adik serta kakak ipar nya memandangi dengan tatapan aneh.

Mereka langsung duduk di sofa yang berada di sebrang ku. sedang kan mas alex berdiri di pintu penghubung ruang tamu dan ruang tengah. semua mata tertuju padanya, membuat arini jadi salah tingkah dan merasa takut seperti akan dihakimi hingga dia menundukkan wajah menatap lantai.

benar saja dugaan arini.

ibu mertua hanya berdehem tanpa senyuman "kenapa kamu membawa siska tidur disini?"

"itu bu......" reflek arini mendongak, lidah nya terasa kelu.

"kamu mau membuat anak ku celaka rin. ceroboh sekali" ucap vivi.

Ketakutan di wajah arini semakin terlihat jelas. dia bingung dengan pertanyaan kakak iparnya itu. seketika arini memandang kakak ipar dan mertua nya bergantian.

"tidak mbak" gumam arini lirih.

"tidak apa? kamu tau kan rin kalau siska itu masih kecil. kalau sampai siska terjadi apa apa dan tulang nya patah, kamu bisa apa?" bu windi melotot seperti menghakimi arini seorang diri.

Walau sudah sering mendapat hinaan dari sang mertua, tak urung membuat hati arini sesak saat ini. Dia tertunduk sedih sambil menggigit bibir. memainkan ujung daster nya

yang lusuh.

"kamu itu harus nya lebih hati hati dek, jangan pernah sembrono. meskipun kamu belum punya anak, tapi setidaknya nya kamu tau teori saat mengasuh itu gimana, jangan membuat aku malu karena tingkah mu ini. sudah tidak punya anak, di tambah tidak punya hati keibuan."

Setengah mati arini menahan mata nya agar tidak berkaca. Dia memang sedang ingin menangis. tetapi bukan disitu, bukan di depan keluarganya.

"maaf aku yang salah" ucap arini akhir nya.

Semua kembali cuek, dan meninggalkan arini ke halaman belakang.

Arini bergegas menuju kamar nya sebelum air matanya luruh.

bersandar si daun pintu cukup lama.

Setelah menutup pintu, arini sudah tidak bisa menahan air matanya, luruh seketika tumpah begitu deras.

tidak ada hal menyakitkan bagi seorang istri selain mendambakan kehadiran sang buah hati daripada hinaan terus menerus dari bagian keluarga nya.

Arini bergegas menghapus air matanya, saat terdengar suara alex mengetuk pintu.

tanpa menoleh, alex menerobos melewati arini yang masih berdiam mematung.

"Coba kamu itu cek kembali kesehatan kamu dek ke dokter" ucap alex membuka suara.

"kita kan sudah pernah cek mas, dan keadaan kita baik baik saja kan?"

"Siapa tau pemeriksaan dokter dulu salah."

"kenapa mas hanya menuntut ku, bisa jadi mas sendiri juga yang bermasalah."

"mana mungkin rin. aku sehat, lah kamu! setiap haid selalu mengeluhkan sakit perut" merasa tidak terima dengan ucapan arini, alex menatap nyalang.

"sudah lah! makin hari kamu itu selalu bikin aku tidak nyaman. sudah gak bisa kasih keturunan, mana penampilan tidak enak di pandang." alex bangkit dari ranjang meninggalkan arini, menutup pintu sangat kasar.

sampai membuat arini pun kaget, dia hanya bisa mengelus dada.

Kenapa baru sekarang kamu menuntut mas, semenjak ada mbak vivi, rumah tangga kita selalu porak poranda, ucap arini bermolonog.

Dengan muka masam, alex menghampiri vivi yang sedang bermain bersama siska.

"kenapa muka kusut kek kain lap gitu lex."

"Gimana gak kusut mbak, setiap hari ngelihat arini gitu gitu aja. bikin gak mood" ucap nya sambil menyenderkan kepala di sofa.

"hmmm lagian siapa suruh masih tetap bertahan" jawab vivi tak kalah kesal nya.

Alex menghela nafas kasar, menyugar rambut secara asal.

"andai semua aset sudah atas nama ku mbak, tidak perlu menunggu waktu. sekarang juga sudah ku buang arini."

"kalau begitu, coba kamu ambil semua barang berharga milik arini lex. kamu alihkan kepemilikan atas nama kamu aja."

alex terdiam sejenak, dia mengangkat tubuhnya dan mandang wajah kakak ipar nya.

"benar kata mu mbak, kenapa aku tidak berfikir sejauh itu dari kemaren."

alex pun tersenyum, sudah banyak rencana yang ada di pikiran nya saat ini untuk menguasai seluruh harta arini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!