pertengkaran tak ada sudahnya

Saat sore hari aku mendengar deru langkah mobil mas alex, bergegas aku berlalu kebawah, seperti biasa menyambut kepulangan nya.

Saat aku sampai di depan pintu, lagi lagi pemandangan yang menusuk hati yang sedang aku saksikan.

mbak vivi telah lebih dahulu menyambut suami ku. bahkan dengan tak segan nya membawakan tas milik mas alex. mereka berdua berbicara begitu asik nya sambil tertawa.

aku pun menghampiri mas alex.

"mas, baru pulang" ucap ku seperti biasa.

mas alex hanya menatap ku datar, tak sampai beberapa detik dia pun nyelonong masuk melewati ku.

terlihat mbak vivi tersenyum sinis saat berada di sebelah ku.

aku masih berdiam mematung, rasa tidak percaya jika mas alex masih mengabaikan ku.

Cukup lama aku melamun, hingga disadarkan oleh hujan turun.

aku masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar. ku edarkan pandangan keliling ruangan, bahkan sampai ke balkon kamar pun tak kutemukan mas alex.

aku keluar kamar lagi, terus mencari keberadaan mas alex.

sesampai di dapur ku dengar suara mbak vivi sedang menangis. ternyata dia sedang bersama mas alex. aku bersembunyi di balik kulkas mencoba untuk mendengarkan.

"mbak sungguh tidak tau lex harus bagaimana, istri mu sungguh membenci mbak. bahkan arini pun mengusir mbak agar segera keluar dari rumah ini."

deeeegggg.....

apa aku tak salah dengar, kapan aku mengusir nya.

karena sudah tidak tahan terus menerus di fitnah aku pun keluar dari persembunyian dan menghampiri mereka.

berjalan seperti biasa, aku menyapa mas alex dan mbak vivi seolah tak mendengar apapun.

"ehh mas kok disini, aku mencari lo di kamar. loh mbak vivi kenapa kok menagis" ucap ku, aku buat buat seolah aku begitu kaget.

mbak vivi hanya diam, justru mas alex yang menyahut ucapan ku.

"kamu apa apaan dek, kenapa kamu berani mengusir mbak vivi dan siska."

"hah apa mas! kapan aku mengusir mbak vivi. siapa yang berbicara begitu."

"Sudahlah, kamu sudah terbukti berbicara seperti itu sama mbak vivi, tapi di depan nya kamu tetap masih pintar berdrama" ucap nya dengan sedikit membentak.

"Mas aku tidak pernah mengatakan hal ituitu. dan kamu mbak, jangan memfitnah dengan berkata apa yang tidak pernah aku ucapkan" aku terbawa emosi karena ucapan mas alex.

"Rin aku.... aku tau kalau kamu tidak menyukai mbak, tapi tolong biarkan anak ku merasakan kasih sayang dari alex untuk beberapa waktu sampai aku bisa memberi nya pengertian suatu saat nanti. aku hanya meminta itu rin, tapi kamu malah menghina ku kalau aku selalu merepotkan kalian kalau terus tinggal disini."

"dasar bermuka dua! pintar sekali mbak kamu mengadu domba ku dan mas alex. dasar wanita licik!."

"diam! mulut mu bisa di jaga gak rin, kamu tak berhak mengucapkan itu pada mbak vivi. mau bagaimana pun dia bukanlah orang lain. dia tetap bagian keluarga ini meski pun mas riki sudah tidak ada, tapi masih ada siska. jadi kamu tidak berhak menghina nya. paham kamu!"

"ayok mbak pergi dari sini, kepala ku semakin pusing saja. bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah saja."

Arini menggeleng tidak percaya mendengar penjelasan suami nya itu. Vivi dan alex berlalu meninggalkan arini yang masih berdiri termenung menatap langkah nya.

Cuaca malam itu terlihat mendung, hujan rintik rintik turun seperti turut sedih mengikuti suasana hati arini.

Nampak kini alex dan vivi pindah berbincang di teras rumah. Alex menyodorkan ATM berwarna gold itu kepada mbak vivi.

"Pakai lah ini mbak selama mbak tinggal disini. ini untuk kebutuhan siska."

"ta.....tapi lex ini akan memperkeruh keadaan. kalau arini tau dia semakin akan membenci ku."

"mbak tidak usah khawatirkan itu. masalah arini biarkan menjadi urusan ku. kalau mbak butuh sesuatu jangan sungkan berbicara padaku atau ibu ya."

"Terimakasih lex."

"makasih untuk apa mbak."

"Terimakasih karena kamu sudah peduli dengan keponakan mu" ucap vivi dengan mata mengembun. kali ini ucapan nya benar benar tulus.

"Siska bukan orang lain bagiku mbak, dia sudah ku anggap sebagai anak ku sendiri, disini aku saudara satu satunya mas riki. jadi tanggung jawab nya sekarang telah pindah kepadaku."

Seketika vivi pun menumpahkan segala isi air matanya yang sudah mengembun sejak tadi.

Andai kamu tau lex bahkan aku mengharapkan semua itu terjadi. aku akan bahagia jika kamu benar benar menjadi ayah nya siska menggantikan mas riki, ucap vivi dalam hati.

Sepeninggalan vivi, alex pun kembali masuk kedalam rumah dan menuju kamar. hati nya terhenyak ada rasa kasihan saat melihat arini sedang menangis.

"Dek, dengarkan aku dulu!" seru alex seraya meraih tangan arini. Bergegas arini menepis nya dengan sangat kasar.

"Silahkan jelaskan yang sejelas jelasnya mas! ucap arini. Alex terdiam sejenak, bingung dengan sikap arini yang menurut nya terus mempertahan kan ego nya itu.

"A.....aku minta maaf dek" ucap alex kemudian.

"kamu sudah menghancurkan semua nya mas, kamu membuang kepercayaan itu padaku. bahkan kamu lebih percaya kakak ipar mu di banding aku istri mu. Sentak arini dengan membelalakan matanya yang sudah memerah.

"Kamu membela nya mas. bahkan kamu menjatuhkan harga diri ku di depan kakak ipar mu" lanjut arini.

Terdengar bergetar, sedih, marah, kecewa, semua perasaan itu terasa begitu menyatu dalam hati arini.

"Dek mas bukan membela mbak arini. mas cuma minta sama kamu, lihat lah siska dek. dia yang masih butuh kasih sayang seorang ayah, kalau bukan mas siapa lagi. mas lah satu satu nya saudara mas riki" ucap alex memberi penjelasan.

Arini menghela nafas nya secara kasar. memejamkan mata, menarik nafas nya dalam sekali lagi meski dadanya masih terasa sesak.

"aku akan mencoba nya mas."

"Terimakasih dek, mas sayang kamu"

setelah mengecup kening arini, alex pun berlalu berpamit membersihkan diri.

Setelah alex berlalu, bergegas arini mengunci pintu itu.

Tubuh arini merosot pada pintu yang sudah tertutup. Air matanya mengucur dengan deras, rasa sakit hatinya sudah tidak bisa di ukur lagi.

Arini benar benar hancur saat ini. Dunia nya terasa runtuh sudah, dia tidak yakin jika rumah tangga nya akan selalu baik baik selama ada kakak ipar nya.

Mas kenapa kamu tidak menyadari akan hal ini, kenapa.....

apa kamu tidak tau tujuan mbak vivi ingin menghancurkan rumah tangga kita..... Ucap arini seorang diri dan terus terisak.

"Dek buka pintu nya, mas mau masuk. kenapa kok di kunci." teriak alex dari balik pintu.

bergegas arini menghapus air mata nya dan membukakan pintu.

"emm maaf mas, tadi aku sedang berganti pakaian" kilah arini.

"ayok kita kebawah, makan malam dulu setelah itu baru istirahat."

arini dan alex berjalan beriringan. semua seolah berjalan normal dan tidak pernah terjadi apa apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!