papa..... mama.... jangan tinggalkan arini!
hufffftt....
arini mengindai tempat sekeliling seperti orang linglung. diraih satu gelas air putih di atas nakas dan di tenggak hingga tandas.
ya allah ternyata aku hanya bermimpi. apa maksud dari perkataan mama di mimpi ku, batin nya dengan perasaan sesal.
arini melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, jam menunjuk kan pukul setengah delapan.
astagfirullah aku kesiangan! kenapa mas alex tidak membangunkan ku.
Ranjang tempat tidur nya masih tersusun rapi, tidak ada tanda jika alex semalam tidur dikamar.
tak ingin ambil pusing, arini bergegas melepas mukena dan menuju kedapur.
di ruang meja makan semua orang sudah berkumpul, termasuk sang suami, alex.
arini urung untuk kedapur, dengan canggung arini ikut bergabung.
"selamat pagi semua."
Tidak ada jawaban, semua fokus dengan makanan yang ada di hadapan nya.
arini hanya menghela nafas kasar, perasaan malu dan sakit karena diabaikan.
Mbak vivi membawa satu mangkok bubur dan segelas susu.
bukan karena melihat dia rajin hari ini yang membuat ku heran, tetapi semongkok bubur dan segelas susu itu di sodorkan kepada mas alex sehingga membuat ku terpana.
"lex ini bubur dan susu, diminum nya" seketika suapan mas alex berhenti dan menatap mbak vivi.
"mbak, mas alex tidak suka susu" jawab ku.
"Lex kami harus membiasakan dengan minum susu setiap hari. susu itu banyak nutrisi, biar kamu selalu semangat kerja. dulu mas riki juga begitu selalu menolak, tapi demi kesehatan nya akhir nya dia mau, terbukti badan nya tidak mudah sakit" ucapannya dengan mimik wajah di buat sesedih mungkin.
hah.... disini aku yang mengajak nya bicara, tetapi kenapa malah aku di abaikan seolah mengganggap ucapan ku angin lewat.
astagfirullah aku hanya mengelus dada.
"oke, kamu benar mbak. mungkin aku harus membiasakan. akun juga sering baca teori itu" ucap mas alex lalu fokus dengan makanan nya lagi.
"tuh rin, kamu itu harus perhatian sama suami. jangan mentang mentang suami menolak terus kamu abai. itulah bentuk perhatian istri kepada suami. kalau bukan kamu yang urus suami mu siapa lagi?" sahut ibu mertua.
degggg.....
Huhhh seperti nya mbak vivi mau mencoba mencari muka sama suami ku, dan biar aku terpojok kan oleh ibu. Gerutu arini dalam hati.
"ya bu" jawab ku asal menanggapi.
Selesai sarapan mas alex pergi ke kantor. aku mengantarkan sampai kedepan, bahkan mbak vivi pun ikut mengantarkan mas alex seperti yang aku lakukan. Mbak vivi melambaikan tangan saat mobil itu keluar pagar. lagi lagi sifat nya menunjukkan kalau itu bukan hal biasa.
kaki ini melangkah masuk. mbak vivi menyerobot mendahului ku dengan menghentak kan kaki, secara terang terangan kalau dia tidak suka padaku.
aku berusaha cuek yang menganggap dia orang tidak penting. dirumah ini aku yang lebih berkuasa dibanding dia yang hanya sebagai seorang tamu.
"Astagfirullahalazim" sengaja aku keraskan suara ku agar dia mendengar, tetapi dia malah melihat sinis kearahku.
aku menutup pintu, lalu duduk di ruang tengah. berhadapan dengan mbak vivi dan juga ibu mertua di sebrang sofa.
"bu....., seperti nya aku akan tinggal di sini saja, aku akan mengajukan risen dan mencari pekerjaan disini. aku hanya tinggal berdua dengan siska. jadi aku bingung kalau Siska bakal kesepian saat aku tinggal bekerja."
"ide bagus vi, dari kemarin ibu ingin meminta mu tinggal disini. cuma ibu selalu lupa bilang kepada mu" senyum bahagia terlihat jelas di wajah ibu mertua.
"tapi apa aku di terima tinggal disini bu, nanti malah aku di bilang numpang di sini semau nya."
"alah nanti ibu yang bilang sama alex, dia pasti tidak menolak nya. kan alex sayang sama siska seperti anak kandung nya sendiri."
aku masih diam menyimak dengan memainkan ponsel, seolah tidak peduli dengan obrolan mereka.
padahal dalam hati aku juga tidak mau kalau mbak vivi tinggal selamanya disini, bisa bisa ada boomerang setiap hari aku dan mas alex.
"oh ya bu, ibu juga harus bisa tuh bilang sama alex. kalau dia itu harus pintar menyimpan uang. jangan semua diserahkan sama orang yang hanya suka foya foya kecuali sudah punya anak."
"kok kamu bisa tau sih rin" jawab ibu mertua dengan memicingkan mata.
"kemarin aku melihat nasya meminta uang, kata nya alex tidak punya. ya karena vivi kasian, vivi kasih aja meskipun itu tabungan ku bu, kan buat kebutuhan kuliah nasya juga."
"kayak nya bukan begitu bu cerita nya, kan nasya setiap hari minta uang dengan jumlah yang tidak masuk akal. arini cuma mau biar dia berhemat. ya seharusnya kalau tidak tau sebenar nya jangan banyak cakap. lagian baru sekali ngasih uang doang ini. selama ini juga selalu arini kasih, termasuk ibu buat menuhi gaya hedon ibu. bukan begitu bu" lalu aku bangkit, kalau dia bisa menyindirku, aku pun bisa.
tidak ada istilah takut untuk manusia bermuka dua seperti nya.
"apa maksud mu bicara seperti itu."
wow akhir nya dia terpancing juga dengan omongan ku, giliran nyindir lancar, tetapi setelah aku balas malah marah.
"pikir aja sendiri" aku melangkahkan kaki menuju kamar.
"seharusnya kamu itu sadar diri, gak ada hak kamu itu mengatur alex. kerja mu itu pantes nya cuma di rumah, jadi tinggal nerima yang di berikan alex, jangan semua kamu kuasai!."
aku menghentikan langkah, dan berbalik menatapnya.
"emang nya kamu siapa mbak! aku yang lebih berhak karena aku istri nya mas alex, beda hal nya dengan kamu yang hanya kakak ipar, jadi gak punya hak buat mengatur suami ku."
"jaga ucapan mu!" ucap nya sambil melotot.
"santai mbak. bukan kah apa yang aku ucapkan semua itu benar. lalu kamu punya hak apa, toh kalau aku susah atau kehabisan uang orang lain gak akan peduli kan. aku heran deh segitu nya kamu peduli sekali sama mas alex. atau jangan jangan kamu berharap untuk menggantikan posisi ku." ucap ku dengan santai.
"apa!" aku tau kalau mbak vivi menahan emosi, kedua tangan nya mengepal dan menatap ku nyalang.
"benar begitu mbak!" ucap ku dengan suara menekan.
"heh arini! kalau memang iya kenapa, ibu pun tidak keberatan jika alex pun mau apa salah nya. vivi itu lebih sempurna dibanding kamu. tidak ada yang menyalahkan yang namanya hubungan turun ranjang. lagian namanya lelaki itu bebas jika mau berpoligami asal bisa adil."
nyesss..... sungguh menohok ucapan ibu mertua ku. aku yang tak bisa berkata kata lagi langsung meninggalkan mereka masuk kedalam dan menutup pintu.
terdengar suara tawa kedua nya, pasti mereka merasa puas telah memojok kan ku seperti ini.
rasanya dada ini begitu sesak, aku menumpahkan segala kesedihan ku seorang diri di kamar dengan menangis sejadi jadinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments