Canda tawa mengiringi langkah ku dan mas alex. sekali aku pun melirik ke bawah saat sampai diatas tangga. kulihat wajah kakak ipar dan mertua ku terlihat sangat masam.
aku tak memperdulikan nya, aku terus melangkah dan menutup pintu kamar.
"Dek, mas mau ke kantor dulu sebentar ya. seperti nya ada dokumen yang harus mas tanda tangani dan itu tidak bisa di tunda."
"baiklah mas, oh ya aku sekalian izin ya, nanti agak siangan aku mau ke butik mbak Sinta mengambil pesanan gamis ku tempo hari."
"boleh tapi kamu hati hati ya."
"ya mas" jawab ku singkat.
****
Siang hari aku sudah bersiap untuk pergi, melihat kakak ipar dan mertua sedang bersantai di ruang tamu. aku tak peduli dan terus melangkah.
"enak ya bu kalau gak punya anak itu, gak kerja juga, jadi tinggal mengadahkan tangan sama suami dapat duit. terus suami capek kerja dia keluyuran."
"harusnya kamu bersyukur vi, kamu itu wanita kakir terus bisa punya keturunan lagi bukan nya mandul."
kini aku berada di sebelah mbak vivi, tepat nya di depan ibu mertua. kulihat tatapan ibu mertua tertuju padaku dengan sinis.
"iya, benar mbak. zaman sekarang istri yang gak bisa cari uang itu pasti selalu di pojok kan. tapi untung nya masih dirumah ny sendiri bukan numpang di tempat orang."
sengaja ku perjelas ucapan mbak vivi yang di lontarkan, sudah yakin pasti untuk ku meski tak menyebut nama.
"maksudmu apa bicara begitu, kamu ngomongin saya?" tiba tiba ucapan mbak vivi meradang.
"kakak ipar yang terhormat, aku gak nyebut nama mbak kok, justru aku kan hanya menyambungkan cerita mbak tadi. lagian istri yang tidak punya karir bukan berarti tidak mempunyai pekerjaan. dia selalu urus rumah, urus suami, itu lebih dari cukup mbak."
"diam! bukan hakmu berucap semena mena di rumah ini. lagian memang seharus nya itu tugas mu. la wong kamu tau nya minta uang aja sama anak ku" ucap Ibu mertua sambil melotot.
"oh ya aku lupa bu, anak ibu kalau tidak aku beri kepercayaan juga tidak bisa sampai di titik ini. termasuk ibu juga tidak bisa tinggal dirumah ini."
"semua juga karena anak ku, kalau bukan alex tidak akan semua berkembang sejauh ini."
ibu mertua bukan nya merasa bersalah atau malu, malah bersikukuh seolah dia lah nyonya satu satu nya di rumah ini.
"sudah lah bu, jangan buang tenanga begitu, nanti kalau ibu emosi terus bisa bisa wajah ibu itu semakin kusam. hari gini itu penampilan harus di jaga bu. percuma kalau pintar tapi kucel, ibarat kata orang yang mau melamar pekerjaan aja harus penampilan diutamakan."
"jangan bicara begitu vi, walau bagaimana pun arini kan juga adik ipar mu" tegur sang mertua. entah ucapan nya tulus atau ikut menyinggung ku.
"duh bu aku memang mengakui, tapi aku juga malu mempunyai ipar yang tidak pandai merawat diri begini. Ngaku nya aja uang banyak, istri CEO tapi kok....." mbak vivi menatap ku seperti rasa jijik.
"rin coba kamu itu perawatan, sesekali pergi lah ke salon. beli make up gitu atau apalah biar kelihatan glowing, lihat nih vivi sudah punya anak juga masih cantik dan badan nya bagus. tidak seperti kamu badan yang melebar kesana sini."
degggg.....
Secara terang terangan ibu mertua membandingkan aku dengan mbak vivi.
"ya mungkin benar kata ibu, kan selama ini aku sibuk ngurus mas alex, ngurus ibu, dan ngurus rumah sampai sampai aku lupa ngurus diriku sendiri, lebih baik ibu kasih wejangan tuh sama mbak vivi jangan ngaku nya aja wanita karir dan pandai merawat diri, tapi pemikirannya seperti orang tidak sek*lah."
"hello! aku tuh gak selevel tau gak sama kamu. Kita sama sama menantu dirumah ini. tapi derajat kita beda, aku tuh menantu berkelas." ucap mbak vivi dengan bangga nya.
"sebaik nya aku permisi dulu."
aku yang sudah tidak tahan mendengar hinaan ipar dan mertua ku pergi begitu saja. tak ku hiraukan lagi teriakan ibu mertua ku.
****
Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan ucapan mereka. Selama ini rasa hormat selalu aku berikan kepada ibu mertua. meski seringkali hinaan selalu aku dapatkan. tetapi beda hal nya kali ini, aku merasa benar benar terpojok kan oleh dua orang, ipar dan mertua ku.
apakah aku seburuk itu hingga menampilan ku pun menjadi bahan bully an. wajah ku yang kusam dan predikat aku di cap sebagai wanita mandul? ya Tuhan seperti itukah penilaian mereka kepada ku.
Di tengah perjalanan aku berniat untuk mengantri bensin di pom. tiba tiba aku di kejutkan oleh sebuah tangan yang memegang pundak ku.
"hayy.... kamu arini kan" ucap nya dengan tersenyum ramah pada ku.
"hay.... iya aku arini" jawab ku.
"kamu tidak mengenal ku ohhh"
aku pun menggelengkan kepala, ya aku memang tidak mengenali siapa wanita di hadapan ku ini.
"aku dewi, teman SMP kamu rin."
"ya ampun dewi....., apa kabar kamu semakin cantik saja" kami berpelukan melepas rasa rindu saat bertemu teman lama.
"aku baik, kamu sendiri gimana?"
"aku baik wi."
dewi pun memperhatikan penampilan ku dengan mimik wajah yang..... entah lah tidak bisa di prediksi kan.
"emmm oke oke, rin aku sedang buru buru takut anak ku nangis karena terlalu lama aku tinggal, aku duluan ya. oh ya lain waktu mampir lah ke salon ku ya biar kita bisa ngobrol lebih lama lagi" dewi menyerahkan kartu nama kepemilikan nya.
"baik lah wi sampai jumpa lain waktu."
dewi pun melambaikan tangan dan meninggalkan ku.
Malam hari acara pun di mulai, aku duduk di pojokan seorang diri, tak ada niat untuk bergabung dengan tetangga yang menghadiri.
mood yang sedang tidak membaik, ku gunakan untuk berdiam seorang diri.
canda tawa para ibu ibu bersama mertua dan ipar ku sangat jelas tergambar. ada sedikit perasaan iri saat lontaran diucapkan salah satu tetangga ku. bukan hanya itu, jawaban ibu mertua yang membuat ku sakit hati.
"ibu mah bisa ya akrab dengan vivi, padahal dia yang jarang kesini loh."
"ya begini lah bu, vivi ini anak nya kan penyayang, pandai ambil hati orang tua, terus pintar lagi" dengan bangga ibu mertua memuji mbak vivi tanpa memikirkan perasaan ku.
"wah iya bener, mana cantik lagi. udah punya anak masih kayak perawan aja, kalau begini ceritanya nya mah nanti bisa cepet dapet jodoh lagi ya gak ibu ibu."
semua yang ada di situ mengangguk setuju.
"iya sih, tapi aku akan sedih kalau vivi bakal menikah lagi. kalau alex bersedia biar vivi dijadikan istri kedua, jadi saya tidak akan kehilangan menantu secantik vivi ini."
astagfirullah halazimm.... apa maksud ibu bicara seperti itu. tiba tiba mata ku memanas. rasanya tidak percaya jika ibu merrua bisa berucap seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments