"mas kok melamun?"
Alex tersentak kaget mendengar suara arini. sebisa mungkin dia mencoba tersenyum, meskipun arini tau jika senyuman itu menyimpan banyak arti.
"Oh gak dek, mas hanya memikirkan apa mas bisa mengatur waktu. mas nanti harus keluar kota lagi untuk mengurus pembukaan cabang baru itu, tapi belum tau kapan pasti nya" ucapan nya mengejut kan arini.
"loh, kan mas juga baru pulang. masa udah mau keluar kota lagi?"
"ya mau gimana lagi dek. ini juga tuntutan pekerjaan. semua juga kan buat kamu."
arini pun terpaksa hanya mengangguk. dia tau bagaimana alex tidak pernah mau di bantai kalau soal dalam pekerjaan.
"aku hanya heran mas, kenapa akhir akhir ini kamu terlalu sibuk. bahkan sekarang sering lembur."
alex menjadi gelagapan mendapat pertanyaan itu dari arini.
"ahh i....iya dek, anu.... mas hanya ingin memberi contoh yang baik saja, kalau masalah lembur itu, projek kan semakin meningkat karena akan ada cabang baru ini."
"begitu ya" pikir arini sambil mengelus dagu nya.
"Lantas mas dengan siapa akan pergi kesana" tanya arini lagi.
"Seperti nya kali ini sama pak bambang, karena dia yang membuat proposal nya."
Arini pun akhir nya bernafas lega, setidak nya kecurigaan nya berkurang, suami nya tidak bergi bersama kakak ipar nya.
****
Dua hari kemudian, alex sudah meninggalkan rumah dengan membawa satu koper nya.
arini yang jengah saat di rumah sendiri, memutuskan untuk pergi keluar.
ahh ya aku kan pernah menyimpan nomor dewi, kenapa aku tidak menghubungi nya saja ya.
nah ketemu....., ucapa rini girang.
arini langsung menekan tombol panggilan untuk menghubungi dewi.
satu kali dan kedua panggilan tak mendapat respon. arini tidak patah semangat, terus menghubungi.
hingga panggilan ke tiga kali nya mendapat respon.
setelah berbasa basi, ngobrol ngalur ngidul, akhir nya arini memutuskan untuk ketempat dewi.
Tidak membutuhkan waktu lama, tiga puluh menit arini pun sampai.
Arini mengetuk pintu rumah dewi begitu sampai, tetapi masih terlihat sepi.
"dewiiii! assalamualaikum" teriak arini.
Tak lama terdengar derap langkah kaki menuju pintu. begitu terbuka, terlihat wajah khas bangun tidur nya.
"loh udah nyampe rin?" tanya dewi.
"jalanan lagi sepi, jadi gak macet" ucap arini sambil tersenyum.
"ayo masuk."
sambil menunggu dewi mandi dan bersiap, arini terus memainkan handphone, berharap jika alex menghubungi nya, Nyata nya nihil.
"serius amat?" tanya dewi yang ternyata sudah ada di belakang ku.
"kok cepet?" tanya ku.
"cepet? setengah jam sudah berlalu, sayang? cap dewi yang membuat ku membulatkan mata.
" hah? setengah jam? ya ampun, aku terlalu asyik melamun." jawab ku sambil meringis.
"mikirin apaan sih aelaaaahhh, ngomong ngomong, suami lo mana rin?"
arini menghela nafas berat "suami gue sibuk, lagi diluar kota."
"wowwww Sultan dong" kelakar dewi.
arini menimpuk dewi menggunakan bantal sofa, tepat mengenai kepala nya.
mereka pun tertawa bersama. entah kenapa, bagi arini dewi adalah orang yang tulus berteman dengan nya, bahkan bisa di bilang ini pertemuan mereka yang kedua kali. saat masa sekolah mereka pun tak begitu akrab.
"Rin, maaf nih. pernikahan lo emang sudah berapa lama?" ucap dewi hati hati.
"sembilan tahun" jawab nya singkat, mulut nya sibuk terus mengunyah.
"lama ya! tapi lo udah pernah cek kesuburan kan."
"udah wi, gue dan mas alex sama subur nya padahal. tapi gak tau kenapa, sampai sekarang gue belum dikasih kepercayaan" jawab arini lesu.
"sabar ya shay, jangan patah semangat. terus berusaha. suatu hari lo pasti bisa kok ngerasain jadi seorang ibu."
"makasih wi, gue juga berharap seperti itu."
"Suami lo mana sih rin, gue jadi penasaran deh."
"bentar" arini membuka handphone dan menunjuk kan foto suami nya kepada dewi.
betapa dibuat terkejut nya dewi, bahkan foto lelaki yang dilihat nya begitu tidak asing lagi bagi nya.
"lo yakin rin, ini suami lo."
"aeelah wi, kan gue yang punya suami. kenapa lo yang ragu." sungut arini sambil menoyor kepala dewi.
Dewi hanya cengengesan mendapat perlakuan itu, tidak ada sedikit pun marah kepada arini.
"Bukan begitu shay, cuma....." dewi pun menggantung ucapan nya, seketika lidah nya terasa kelu. tidak sanggup untuk mengungkapkan kebenaran nya.
"cuma apa wi, lo kenal sama suami gue?" ucap arini penuh tanda tanya.
"Selama ini, gimana sifat suami lo rin?"
"maksud nya gimana wi, gue kok gak faham sih" arini benar benar di buat bingung dengan pertanyaan dewi.
"maksud gue, suami lo ada khianatin lo gak."
"Selama ini dia selalu setia kok, gak pernah ada problem karena orang ketiga" jawab arini jujur.
"gue sebenar nya mau bilang sesuatu sama lo rin, tapi gue takut lo gak bisa percaya sama gue."
arini memicingkan sebelah mata "soal apa?"
"Suami lo" ucap dewi sambil memilin baju nya.
Seketika perasaan arini pun tak enak hati. dia hanya mengangguk kan kepala, memberi isyarat kepada dewi untuk mengatakan nya.
"begini rin, gue sebenar nya udah beberapa kali pernah liat suami lo sama wanita lain."
"apa!!! lo gak salah orang kan wi. jangan sampai nanti jatohnya jadi fitnah lo."
"bener rin" jawab dewi cepat. "beberapa kali suami lo nganterin wanita ke salon gue, dan saat acara anniversary pernikahan gue, suami lo juga datang sama wanita itu. gue kira dia sama istri nya, karena sangat mesra. gue gak tau kalau itu malah suami lo. kalau gue tau, udah gue cakar cakar itu wajah nya" ucap dewi geram dan penuh sesal.
Arini begitu syok mendapat cerita dari dewi. entah harus percaya atau tidak. tetapi satu bukti masalah liontin, sudah menunjuk kan kalau suami nya menyembunyikan sesuatu.
"Rin lo tidak apa kan? maaf kalau gue usah salah ucap" ucap dewi khawatir.
"Gak tau wi gue harus bisa menerima kenyataan ini atau tidak, gue memang sudah merasakan perubahan dari mas alex sebenar nya. tapi gue hanya mencoba tutup mata dan telinga."
"kenapa rin? kenapa lo bisa sesabar itu? jangan jadi wanita lemah rin."
"Gue gak tau harus berbuat apa wi, selain gue gak punya siapa siapa, gue juga gak ngerti cara mencari bukti nya."
"lo itu punya kekuasaan rin, semua kekayaan punya lo. dan lo juga masih punya gue, jadi jangan ngerasa sendiri."
Arini benar benar terharu dengan sikap dewi, dia tidak bisa menyembunyikan kesedihan nya lagi. tumpah sudah air mata yang selama ini selalu dia tahan.
"terimakasih wi, sekarang gue baru ngerasain kalau gue punya dukungan. selama ini gue hanya bisa memendam seorang diri" arini menghampiri memeluk teman nya itu sambil terus terisak.
"menangis lah rin, mulai sekarang jangan pernah memendam semua masalah seorang diri ya. anggap gue ini bukan orang lain buat lo."
arini melepas pelukan, menghapus air mata nya dan tersenyum.
dia mengangguk kan kepala dengan mantap.
"Janji! mulai sekarang kita adalah bestie" ucap dewi sambil mengacungkan jari keliling tanda untuk membuat janji.
"Janji" jawab arini, mereka berpelukan kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments