saat malam hari bu windi keluar dari kamar nya, dan kebetulan juga bersamaan dengan nasya yang juga keluar kamar. mereka menuju kemeja makan karena perut kedua nya kini tengah lapar.
Bu windi membuka tudung saji diatas meja. seketika matanya membelalak karena tak ada makanan apapun.
Tak lama kemudian terlihat alex dan arini turun. Ibu nya yang sudah menanti di meja makan, wajah nya tampak terlihat kesal.
"kalian lama sekali sih turun. tidak tau apa kalau ibu sudah lapar" keduanya langsung di sambut omelan oleh ibu nya.
"Maaf Bu" ucap arini pelan.
"iya bu, lagian alex sangat capek sekali, makanya istirahat sebentar."
"huh! pasti otakmu itu sudah diracuni oleh istri mu, iyakan?" jadi perempuan kok gak tau waktu banget si kamu rin. ini mau makan apa hah! gak mikirin kalau kita pasti akan pada kelaparan" bu windi terus saja mengomel dan itu adalah arini yang akan menjadi sasaran kesalahan nya tanpa tau yang sebenar nya sedang terjadi.
Arini memandang alex dengan kesal. dari tadi sudah dikatakan kalau bakal begini jadinya. Tetapi alex seolah tidak peduli dan benar semua kejadian.
Alex mengerti maksud dari pandangan arini.
"bu sudah. ini bukan salah arini. tadi alex yang meminta. bela alex kepada istri nya.
" bela saja terus istri mu itu, bukankah memang sudah seharus nya itu adalah tugas nya. jangan cuma enak enak di rumah mau ongkang ongkang kaki seorang diri."
Alex menarik lengan sarah dan mengajaknya duduk di meja makan.
"sudah gak perlu di permasalahkan bu, lagian baru kali ini kan arini tidak masak. alex sudah memesan makanan online, mungkin sepuluh menit lagi sampai."
"eh bu mbak vivi mana, kok gak ikut gabung" sahut nasya yang tak melihat keberadaan kakak ipar pertama nya.
"diatas, Siska ngamuk sedari tadi. ibu cuma kasian sama siska pasti sangat rindu sama riki saat ini" mata bu windi mulai memanas.
"Coba saja kalau tidak ada yang berhati iblis ya bu, siska gak akan sesedih ini" ucapan nasya begitu menohok sekali.
Malam ini nasya sedang tidak pergi keluar. maka dari itu dia hadir di meja makan malam ini.
"kamu tidak pergi keluar dengan teman teman mu sya?" tanya arini membuka percakapan dengan nasya. lebih tepat nya hanya sekedar basa basi untuk mengalihkan pembicaraan.
Nasya yang sedang fokus memainkan layar handphone nya sekilas melirik kearah arini.
"mbak kan melihat ku berada disini, itu berarti aku sedang tidak keluar bersama mereka."
arini seketika terkesiap mendengar jawaban yang di berikan oleh nasya. kasar sekali, seolah tak menghargainya.
sama persis seperti ibu nya.
"oh tidak begitu sya, mbak pikir kamu kan menyusul teman mu karena terlambat. kalau begini terus mah mbak juga senang, setidak nya kita ada waktu untuk berkumpul meskipun hanya dalam keadaan saat makan" jawab arini yang menjelaskan dengan nada pelan dan juga santai.
Nasya menghela nafas kasar "kalimat mbak itu seolah menuduh kalau aku suka kelayapan kemana mana. dan maksud mbak itu apa, menuduhku seolah tidak pernah ikut makan malam bersama."
Arini pun menghelas nafas kasar mendengar jawaban nasya.
"bukan begitu sya, mbak juga senang melihat mu bergabung malam ini" jawab nya tanpa dengan nada menyindir sedikit pun.
Namun seperti nya kalimat kata kata yang keluar dari mulut itu sudah menyentil hati adik ipar. nasya yang sedang fokus dengan handphone tiba tiba terhenti. tangan nya yang masih memegang gadget itu langsung di letakkan dengan sedikit kasar.
"astaga mbak, suka suka aku dong mau gimana. kok mbak kayak gak suka banget sih kalau aku di rumah."
"heh arini ngapain juga kamu ngatur nasya, dia itu sudah gede. dan itu bukan kewajiban mu mengurus nya" bentak ibu mertua.
Arini hanya menggelengkan kepala mendegar ucapan kedua orang itu.
didepan arini, Alex telah memberi kode agar arini tidak membahas nya lagi biar tidak terjadi masalah. karena tak kunjung mendengar arini bersuara lagi, bu windi pun akan berniat mengatakan sesuatu, dirasa ini waktu yang pas.
"Lex vivi besok akan pulang ke kalimantan, dia berniat mengajukan risen dan mengambil barang yang di anggap penting untuk di bawa kesini."
"Benarkah bu! aku tidak keberatan, aku juga sudah membicarakan ini kepada arini, benarkan dek?" pandangan alex tertuju kepada arini.
arini hanya menggangguk untuk meyakinkan.
"tapi ibu khawatir kalau vivi pergi sendiri, bagaimana kalau kamu saja yang mengantarkan."
"tapi bu, aku kan harus bekerja."
"Lex apa salah nya sih kamu ambil cuti beberapa hari lagi. kamu itu kan bos gak mungkin ada yang berani melarang.".
"Apakah arini bisa ikut?."
"lah mana bisa, kamu itu bukan mau healing lex. kalau arini ikut juga siapa yang bantu ibu membersihkan rumah sebesar ini."
Arini mengerutkan kening antara tidak yakin dan juga tidak setuju.
kapan juga ibu pernah memberesksn rumah, lagian aku juga tidak ikhlas jika mas alex pergi berdua dengan mbak vivi, bakal ada bibit pelakor yang merajalela batin arini.
"Pokok nya harus! jangan terlalu mengekang alex kamu rin, gitu aja kalau sampai kamu permasalah kan" nada bicara ibu mertua menandakan kalau dia tidak mau di bantah.
Alex mamalingkan pandangan kepada arini "tapi bu aku mau kalau......."
"dengar Alex!" bu windi pun langsung memotong, "kalau kamu masih tidak mau dan menuruti istri mu, ibu lebih baik yang keluar dari sini ikut vivi. ibu hanya mau cucu ibu satu satu nya tidak tertekan karena kehadiran orang lain" berucap tetapi pandangan nya sinis, itu arti nya arini lah yang di anggap orang asing itu.
"tapi bu, bagaimana tanggapan orang nanti, Alex tidak mau kalau orang salah faham jika alex hanya berdua sama mbak vivi."
"siapa bilang berdua, kan ada siska. dan sesuka hati mu saja lex, ibu hanya memberi saran. setidak nya lihat lah ponakan mu jangan vivi" ibu mertua mengangkat kedua bahu acuh tak acuh.
Helaan nafas berat keluar dari mulut alex. punggung nya disandarkan ke kursi, bersamaan itu ojek online telah tiba, berada di depan pagar rumah nya.
Bu windi bergegas yang menghampiri kedepan.
"tidak apa mas, kamu pergilah antarkan mbak vivi. benar yang dikatakan ibu tadi" ucap arini sambil tersenyum untuk meyakinkan alex bahwa dirinya baik baik saja.
padahal sebalik nya, hatinya kini sedang di landa gelisah, pikiran kacau tidak karuan.
"benarkah dek, kamu janji tidak kan uring uringan lagi."
"ya mas" jawab nya singkat.
Semoga kamu bisa menahan iman mu mas, tidak akan tergoda dengan mbak vivi, ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments