"beb, coba deh lo itu rawat penampilan lo, bukan maksud gue bilang lo itu jelek. cuma lo itu seperti nya perlu di poles dikit" ucap dewi mengindai penampilan arini dari ujung rambut sampai ujung kaki.
arini pun memperhatikan penampilan nya sendiri, dengan memutar badan.
"apa iya wi, menurut lo apa penampilan gue ini, benar ya gak enak di pandang."
"hah! gak rin. maksud gue bukan begitu. ah lo malah jadi baper kan" jawab dewi tak enak hati.
"sekarang ayok itu gue, biar lo semakin cantik" ucap nya lagi.
"tapi....."
"tidak ada penolakan! titik."
dewi menggapit tangan arini dan menyeret ke dalam salon nya.
Setelah setengah jam kemudian, trearment pun akhir nya selesai. arini mematut diri nya di depan cermin. arini sungguh tak percaya, jika wanita yang di dalam cermin adalah dirinya. sungguh berbeda dengan diri nya yang biasa nya.
Arini pun mengucapkan banyak terimakasih kepada dewi, dan langsung pulang kerumah.
saat kaki menginjak kan pintu, suara melengking terdengar jelas tangisan Siska.
arini bergegas mencari sumber suara itu.
"loh bu, siska kenapa."
bukan menjawab pertanyaan arini, sang mertua malah terdiam mematung menatap arini.
"bu siska kenapa, bu?" ucap arini lagi.
"bagus ya kamu, keluyuran terus. gak mikirin rumah. ini lagi, sok sokan pakai dandan segala. ngabisin uang anak ku saja" bentak sang mertua.
arini berjingkat, begitu kaget dengan bentakan mertua nya, badan nya gemetar merasa begitu ketakutan.
"ma.....af bu, a...ku ke salon teman ku, jadi ini gratis" jawab arini mencoba menjelaskan.
"Halah mana ada hari gini orang yang mau memberikan gratisan. emang mereka belanja gak pakai modal. gak usah mau pakai ngibulin saya kamu rin" ucapnya sambil melotot.
"kalau dasar nya sudah buluk itu ya buluk aja" ucapnya lagi.
Hati nya sangat tercubit, bagaikan di hujami beribu kerikil, seketika mata arini pun mengembun.
"Gak usah sok pura pura sedih kamu, nih lebih baik urus siska sana."
Arini menggendong tubuh mungil itu dan memenangkan nya.
Siska pun langsung meringsut ketakutan sambil terisak tanpa suara.
entah apa yang telah di perbuat ibu mertua sehingga membuat nya ketakutan.
"Bibi kemana memang nya bu."
"Dasar, kamu itu kalau punya otak cuma pikiran keluyuran. orang rumah pada pergi saja gak tau."
"ibu kenapa selalu menyalahkan aku sih! lagian aku juga gak tiap hari pergi. uang mas alex juga uang ku bu! jadi apa salahnya jika aku memakai nya sedikit untuk keperluan ku" rasanya arini sudah tidak tahan dengan hinaan mertua nya, sehingga dengan lancar dia bisa menjawab nya.
plakkk.....
"berani nya kamu ya! sadar diri, kamu itu cuma beban buat alex."
Sesak, itu yang kurasakan sekarang. Aku tak setegar itu menahan luka didalam jiwa, hampir se usia pernikahan ku ini, aku berpura pura bahagia dan baik baik saja, padahal hariku tengah porak poranda. bukan karena perlakuan mas alex melainkan ibu mertua.
aku ikut beristirahat setelah menidurkan siska. Ku tumpahkan tangis ku di atas bantal. rasanya sesak sekali menahan kesedihan ini seorang diri tanpa tahu harus berkeluh kesah dengan siapa.
Ku hela nafas seraya mengusap air mata, berusaha menetralkan diri agar tidak terlihat lemah.
Bagi ku Hari ini yang begitu melelahkan untuk ku. aku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sekaligus menjadi pengasuh siska.
hingga malam hari, aku yang masih menunggu kakak ipar ku masih juga belum terlihat. ku lirik kamar ibu mertua, pintu sudah tertutup rapat.
sedangkan nasya, seperti biasa. remaja itu tidak pulang kerumah.
aku mencoba menghubungi kontak pengasuh nya siska untuk mempertanyakan kepulangan nya. karena aku sudah tidak sanggup jika semua harus terjun seorang diri.
"Maaf bu, saya belum bisa memastikan kapan pulang. mungkin jika keadaan ibu saya sudah benar benar pulih" jawab nya dari seberang telpon.
"mbak vivi ada pesan buat kamu gak bik, soal nya belum pulang sampai sekarang."
"loh memang ibu tidak tahu. bu vivi kan sedang ada diluar kota."
"hah! kok tidak ada yang memberitahu ku bik, kapan berangkat."
"tadi pagi bu."
"ohh baiklah, terimakasih bi. nanti saya coba hubungi mbak vivi saja."
telepon pun diakhiri.
Kenapa bisa kebetulan sekali, mas alex bilang sama pak bambang. lantas mbak vivi pergi juga buat apa?. Ucap arini bermonolog.
Handphone ku terus bergetar. sebuah panggilan masuk di ponselku, mas alex.
"halo, mas?" ucap ku.
"kamu sedang dimana dek?" ucap mas alex.
"ya dirumah lah mas, memang dimana lagi" heran, kenapa mas alex bertanya seperti itu, atau ibu mertua mengadu yang tidak tidak, pikir ku.
"maksud mas, sedang di kamar atau di ruang tamu."
"di kamar" jawab ku singkat.
"mas pengen video call nih, mas udah kangen banget sama kamu" ucap mas alex membuat ku ingin terbang rasanya.
"kok sepertinya aku melihat mu beda ya dek, apa karena mas yang sedang rindu." ucapan nya membuat ku langsung tersipu.
"ah perasaan mas aja" kilah ku.
" beneran dek, kamu habis perawatan ya?" aku hanya mengangguk malu malu.
"Kok ada siska, dek."
"iya, mas. gak ada yang ngasuh. bibi sedang pulang kampung, mbak vivi katanya sedang keluar kota. gak tau tujuan nya apa. padahal gak ikut kamu kan ya mas?" sengaja aku bertanya untuk memancing nya.
"ah gak lah dek, mana mungkin. mas saja cuma berdua sama pak bambang. mungkin mbak vivi sedang jalan jalan."
"jalan sih ya jalan! tapi anak jangan di telantarkan dong" ucapku kesal.
"udah sih dek, itung itung belajar dulu ngurus anak ya."
hari ku terenyuh, saat mas alex mengatakan seorang anak. aku tau jika suami ku pun sangat mengharapkan. tetapi tidak pernah di ucapkan didepan ku.
entah berapa lama aku asyik mengobrol dengan suami ku, melalui sambungan telepon. hingga aku lupa dengan semua kecurigaan ku.
tanpa sengaja, saat mas alex merubah posisi. aku menangkap sebuah kaki dari layar ponsel nya.
warna kaki yang sangat putih dan mulus.
"mas, coba ulang posisi mu yang tadi deh."
"kenapa dek?"
"Seperti ada orang lain di kamar mu, aku melihat ada kaki."
"ah masak sih dek, perasaan kamu kali. jangan bikin mas merinding ah" ucap nya setengah bercanda.
"ya makanya coba deh mas kembali ke posisi mas mau bersiri tadi."
mas alex pun mempraktek kan. bahkan sampai memutar kamera nya menggunakan kamera belakang.
"tuh kan, gak ada dek." kini mas alex sudah kembali berdiri dan berada di dekat jendela.
aneh, itu sangat jelas yang aku lihat tadi. masa iya hantu sih, batin ku.
"Ya sudah dek, kamu istirahat ya. kelihatan nya kamu begitu lelah."
"ya mas" aku tersenyum dan mengangguk kan kepala.
kedua kali nya, sebelum mematikan telepon. aku melihat sebuah tangan menyentuh sada bidang suami ku. belum sempat aku men screenshot nya, telepon sudah di matikan secara sepihak.
astagfirullahhalazim.......
aku hanya bisa mengelus dada, menguatkan hati ini.
sekarang aku yakin jika mas alex sudah benar benar main belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments