Di fitnah

Semakin hari sifat mbak vivi jika tidak suka padaku di tunjukkan secara terang terangan. segala cara untuk memfitnah ku pun dilakukan agar membuat aku dan mas alex berselisih faham.

Seperti sore ini, dia menitipkan anak nya, siska kepada ku. dengan dalih dia ingin mencuci baju. sedikit pun aku tidak menaruh curiga kepada mbak vivi. justru aku bersyukur dia mau mengerjakan pekerjaan tanpa menyuruh ku seperti biasa nya.

aku yang sama sekali tidak menaruh rasa curiga sedikit pun hanya meng iyakan.

Dari usia pernikahan ku dan mas alex menginjak lima tahun, di rumah ini memang tidak menyediakan jasa pembantu.

sesuai dengan permintaan ibu mertua, dengan alasan jika menyewa pembantu maka kita yang di rumah tidak punya kegiatan.

ibu mertua selalu meyakinkan mas alex jika pekerjaan rumah akan dikerjakan secara bersama. tapi nyata nya hanya aku seorang diri yang selalu bekerja.

pintar nya ibu mertua ku, jika ada mas alex dia seolah akan ikut beberes. bahkan sampai detik ini mas alex belum tau yang sebenar nya.

aku menjaga Siska dengan menemani nya bermain di depan televisi. anak seusia Siska yang memang sedang aktif aktif nya, sehingga harus benar benar dijaga.

Hampir dua jam lama nya aku mengasuh Siska, anaknya yang sama sekali tidak rewel. sesekali hanya merengek jika haus tanda meminta susu.

Saat sedang asyik mengajak Siska bercanda, terdengar deru suara mesin mobil di halaman. pasti mas alex yang pulang dari kantor.

bergegas aku berlari kedepan untuk menyambut kepulangan sang suami.

aku melupakan Siska yang aku tinggal begitu saja.

kusambut mas alex dengan senyuman dan seperti biasa aku mencium tangan nya dengan khidmat.

Belum juga aku mengucap sepatah katapun kepada mas alex, suara teriakan yang begitu menggelegar memenuhi ruangan. ya... itu ternyata suara mbak vivi.

aku dan maa alex menghampiri.

kulihat Siska menangis terisak begitu juga dengan mbak vivi.

Tiba tiba perasaan tidak enak hati muncul begitu saja pada diri ku.

"mbak, ada apa ini. mbak dan Siska kenapa" ucap mas alex.

"Lex, lihat ini. istri mu benar benar keterlaluan. kalau arini tidak suka sama mbak seharus nya jangan anak ku juga yang disakiti."

Sungguh aku tidak mengerti maksud dari perkataan mbak vivi. karena ingin kejelasan aku mencoba bertanya.

"Maksud mbak vivi apa."

"kamu jangan pura pura rin."

lalu mbak vivi pun beralih dan mendekati mas alex.

"lihat lex, betapa tega arini mencubit Siska sampai begini, anak ku tidak mempunyai salah apa apa tapi kenapa harus disakiti."

astagfirullahhalazim apa maksud mbak vivi ini, aku bahkan tidak melakukan apa pun kepada Siska.

"mbak jangan menuduh ku yang tidak tidak ya, aku sama sekali tidak mencubit Siska mbak."

plakkk.....

"Dasar wanita gak punya hati, pantas saja kamu mandul karena tidak punya sifat ke ibuan kepada anak kecil."

satu tamparan melayang ke pipiku, ocehan demi ocehan terus beruntun di ucapkan ibu mertua.

aku memegangi pipi ku yang terasa panas, mata ku mulai mengembun.

"bu aku tidak melakukan itu bu, demi apapun aku menjaga Siska dengan sangat baik."

"jangan membela diri kamu rin, dari tadi vivi mempercayakan anak nya untuk kamu jaga. dia rela membersihkan rumah bersama ibu karena kamu tidak mau terjun kedapur.

" apa benar itu dek."

aku beralih menatap mas alex. ya allah raut wajah nya menatap ku seolah menyimpan amarah.

"tidak mas, itu tidak benar!."

aku semakin kebingungan, bagaimana caranya aku menjelaskan kepada suami ku agar dia percaya dan tidak salah paham.

mbak vivi tiba tiba terduduk di lantai, dengan terus terisak dengan gurat wajah yang seolah benar benar sangat menyedihkan sambil memeluk erat anak nya.

"aku tau kalau aku bukan ipar yang baik rin buat kamu, kalau kamu tidak suka aku disini tolong bicaralah padaku baik baik. aku sadar diri rin kalau aku hanya menumpang disini."

ya allah drama apa lagi ini, kenapa mbak vivi bicara seperti itu.

"mbak demi apapun aku tidak melakukan apapun kepada Siska. saat aku menyambut mas alex tadi pun Siska masih baik baik saja."

"sudah cukup, mbak ayo lebih baik ajak Siska keluar. kita tenang kan Siska saja" ucap mas alex tanpa meminta persetujuan ku.

"mas apa maksud mu mas, mas lebih percaya sama mbak vivi" aku tidak tahan lagi, rasa tidak percaya jika suami ku lebih percaya ucapan kakak ipar nya dibanding istri sendiri.

"jangan egois kamu rin, apa kamu tidak punya hati melihat Siska menangis begitu."

degggg......

sakit.... , iya jelas. bahkan seumur pernikahan ku dengan mas alex, baru kali ini aku mendengar mas alex menyebut nama ku saja.

aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan ku lagi. air mata tumpah begitu saja membanjiri pipi ku.

mas alex berusaha membantu mbak vivi berdiri. kemudian mengambil alih dengan menggendong Siska. melewati ku begitu saja berjalan bertiga bahkan dengan tak segan mbak vivi memegang pinggang suami ku seolah dia lah istri nya.

aku hanya menatap nya terpana tanpa bisa berkata apapun.

mbak vivi pun membalikkan badan dan tersenyum sinis kepadaku. ya allah licik juga cara nya.

aku baru sadar kalau mbak vivi punya niat jahat, dia seolah ingin membuat rumah tangga ku hancur.

aku terus memandangi kepergian mereka, hingga sampai hilang di balik pintu.

lamunan ku pun buyar karena bentakan ibu mertua.

"gak usah di liatin begitu. Terima saja kalau suami mu itu sudah mulai bosan sama kamu. sudah pasti anak ku itu juga mengharapkan yang namanya anak."

setelah berbicara, ibu mertua pun pergi begitu saja.

Malam hari aku setia menunggu mas alex. jam sudah menunjuk kan pukul sembilan malam. tetapi belum ada tanda kepulangan mereka.

dengan gusar aku terus memandang keluar dari jendela kamar. sesekali ku buka layar handphone ku berharap jika mas alex akan mengirimi aku pesan.

tetapi nyatanya nihil.

ingin rasanya aku mencoba menghubungi, tetapi aku masih takut jika mas alex masih marah kepada ku.

ya allah.... apa yang terjadi sama mas alex, kenapa suami ku tidak bisa mempercayaiku. aku sungguh tidak melakukan nya mas.

hati ku sangat kacau, hancur....

bergegas aku mengambil wudhu dan menunaikan sholat isya agar hatinya sedikit tenang.

dalam sujud ku aku derdoa, semoga ada titik terang dan mengembalikan kepercayaan suami ku.

keluh kesah aku tumpahkan di dalam doa ku, air mata yang membanjiri pipi ku. entah berapa lama aku menangis hingga sampai aku pun ter tidur.

bayangan sekelebat terlihat jelas didepan, kedua orang tua ku mendekat dengan wajah berseri. pakaian serba putih dan senyum mengembang di wajah kedua nya.

"anak mama pasti kuat ya, ingat jangan pernah putus asa dan jangan menyerah dengan keadaan. kamu pasti bisa melewati semuanya sayang."

"arini tidak sanggup ma.... arini ingin ikut sama papa dan mama saja."

"tidak sayang, perjalanan mu masih panjang. ada suami dan anak mu kelak yang harus kamu perjuangkan, jaga diri baik baik ya sayang." ucap sang mama sambil mengelus puncak kepala ku dengan penuh kasih sayang.

setelah berucap mama dan papa pun meninggalkan ku.

aku beeteriak sekuat mungkin tetapi mereka tidak menghiraukan ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!