pagi pagi sekali arini sudah di sibuk kan oleh pekerjaan dapur. mengingat hari ini alex akan pergi ke kalimantan untuk mengantar kakak ipar nya, dia harus membantu prepare keperluan suami.
begitu juga dengan vivi, saat melihat arini sedang sibuk memasak, dia memanfaatkan keadaan.
tok tok tok....
"Lex apa kamu di dalam" ucapnya hati hati.
alex membuka pintu dan menyambut dengan baik.
"eh mbak vivi, ada apa mbak?."
"ini loh siska dari tadi nangis terus, mbak jadi kesusahan untuk prepare, apa kamu bisa bantu mbak buat asuh siska dulu."
"eemmm tapi aku juga lagi menyiapkan keperluan yang mau aku bawa mbak" jawab alex tak enak hati.
"gini aja lex, biar mbak yang bantu kamu beberes, setelah itu mbak baru beres punya mbak sendiri. siapa tau siska mau diam sama kamu."
alex pun mengambil alih siska. ajaib nya, ternyata benar dalam sekejap siska langsung terdiam di gendongan alex.
saat alex akan melangkahkan kaki keluar kamar, vivi memegang pergelangan tangan alex guna mencegah nya keluar.
"lex, lebih baik kamu ajak bermain siska disini saja. mbak gak mau kalau arini nanti salah paham melihat mbak disini."
"ah ya sudah kalau gitu mbak, terimakasih ya sudah mau membantu ku."
vivi mengangguk kan kepala dengan mantap.
Tak disadari kedua nya kalau bu windi sudah berdiri de depan pintu.
"vi ibu cari kamu ternyata disini."
Vivi menoleh sekilas lalu pandangan nya kembali fokus ke koper itu. "eh iya bu, aku sedang bantu alex."
"Vivi mah memang pengertian ya lex gak kayak istri kamu. sudah tau suami mau pergi malah sibuk si dapur" sungut bu windi dengan nada bicara tidak suka.
"Gak kok bu, tadi alex yang meminta biar arini memasak. nanti yang ada ibu bakal marah seperti semalam kalau arini tidak masak" bela alex kepada arini.
Bu windi hanya terdiam tanpa bisa membalas ucapan alex lagi.
"ya udah kamu lanjut kan saja vi, ibu mau ke depan" pintu pun di tutup kembali, seperti sengaja jika bu windi membiarkan menantu dan anak nya dalam kamar berdua.
lambat laun siska pun tertidur di dalam gendongan alex, perlahan alex menidurkan di ranjang milik nya.
"mbak...., siska sudah tertidur, gak papa mbak tinggalkan saja nanti biar aku yang menyelesaikan."
"oke lex kalau gitu mbak mau ke kamar dulu ya."
saat kaki melangkah di depan pintu, vivi melihat langkah arini menuju kamar.
vivi pun urung keluar, dia berbalik menuju kamar itu lagi.
"loh mbak gak jadi beberes."
"seperti nya siska biar mbak tidurkan di kamar mbak saja, takut kalau bangun nanti menangis."
alex pun paham maksud kakak ipar nya, dia membantu vivi mengambil siska dengan sangat pelan.
dengan sengaja vivi menarik baju alex sampai alex terjungkal ke kasur menindih badan vivi dan menahan nya agar tidak mengenai siska.
betapa terkejut nya arini yang baru masuk melihat kakak ipar dan suami nya berpelukan.
alex yang menyadari akan kehadiran arini langsung canggung dan kebingungan.
"dek maaf, ini tidak yang seperti kamu lihat."
arini hanya tersenyum kecut, lalu membalik kan badan keluar pintu.
secepat mungkin alex pun berlari mengejar arini.
"dek mau kemana, kok gak jadi masuk."
"aku takut ganggu mas dan mbak vivi" jawab arini.
"ganggu apa dek! mbak vivi hanya membantu ku beberes."
Vivi yang melihat ada bau bau pertengkaran itu hanya diam menyimak, senyum penuh kemenangan terbit di wajah nya.
bagus arini, kuharap kamu tidak mempercayai alex. aku ingin kalian ribut setiap hari, ucap vivi dalam hati.
Vivi pun mendekati alex dan arini, dengan gaya sok merasa bersalah nya.
"rin maaf ya mbak lancang membantu alex, siska sedang tertidur disini. tadi niat mbak mau memindahkan siska ke kamar mbak, eh malah alex terjatuh saat mau mengangkat siska, kamu jangan salah paham ya!" panjang lebar vivi pun menjelaskan kepada arini.
"ya gak papa mbak"jawab arini dengan tersenyum kecut.
"sekarang kan udah ada aku, mbak boleh keluar ya. siska biarkan disini, kalau nanti menangis biar aku antar."
"baiklah rin kalau begitu" ucap vivi sambil melangkah kan kaki.
lagi lagi usaha vivi kali ini gagal lagi, bahkan sama sekali dia tidak bisa mempengaruhi arini. melihat arini yang masih menyambut alex dengan baik tanpa konflik sedikit pun.
Siall..... harus pakai cara apalagi aku biar bisa membuat mereka berdua bertengkar. Vivi hanya bisa mengumpat dalam hati, kedua tangan nya mengepal dengan kuat.
"mas....., kamu berapa hari disana" arini bertanya dengan membuka obrolan.
"belum tau dek, gimana mbak vivi aja. memang kenapa, kamu takut rindu ya" goda alex sambil mencubit hidung bangir milik arini.
" apa sih mas." kini arini lah yang di buat salah tingkah, wajah nya memerah seperti kepiting rebus.
"mas akan sepecat nya pulang kalau urusan mbak vivi sudah selesai."
"ya mas kamu hati hati ya, jaga diri dan jaga hati di sana."
lagi lagi alex hanya tersenyum mendengar ucapan istri nya, entah kenapa arini berbicara seperti itu. atau mungkin dia cemburu karena adegan yang barusan di lihat.
"pasti dek, kamu tidak perlu khawatir. ya sudah mas mandi dulu."
Setelah kepergian alex, arini termenung di tepi ranjang, menatap kosong keluar jendela.
Aku takut kamu akan tergoda oleh kakak ipar mu sendiri mas,aku takut kalau iman mu tidak kuat. Air mata turun begitu saja tanpa bisa di bendung lagi.
sedangkan di kamar lain, vivi bersama ibu mertua sedang merencanakan sesuatu.
"gimana caranya bu, bahkan arini tidak terpengaruh sama sekali. seperti nya dia sangat percaya dengan alex."
"pokok nya kamu harus bisa membuat arini panas selama kamu bersama alex, bagaimana pun cara nya. kalau masalah arini di sini biar ibu yang menangani."
"tapi apa arini akan percaya bu."
"ibu yakin, sekuat nya arini pasti dia mempunyai titik lemah nya. dan tugas kita sekarang mencari titik kelemahan nya dia."
"uhhh ibu memang paling the best, terimakasih bu. vivi akan lakukan sesuai rencana ibu. tugas ibu disini pantau dia terus kemana pun arini pergi oke."
"siap" dengan mengacung kan kedua jempol tanda menyetujui nya.
Pukul delapan pagi semua sudah berkumpul di teras rumah, termasuk nasya. mereka akan melepas alex dan vivi serta siska ke kalimantan.
"kamu hati hati ya mas, jangan tergoda sama pelakor" ucap arini sengaja di keraskan.
"yang nama nya pelakor ada itu kalau alex nya mau rin" jawab bu windi dengan asal.
"lih jangan salah bu, janda jaman sekarang kan gak mandang lelaki nya mau atau tidak, kalau sudah punya keinginan pasti akan di pepet terus."
"rin kok kamu bawa status janda sih, tidak secara langsung kamu itu menuduh mbak" vivi pun tiba tiba matanya mengembun seolah benar benar tersinggung.
"sudah.....sudah kok malah jadi ribut, maafkan ucapan arini mbak, dan kamu dek kalau bicara itu di jaga, jangan asal." jawab alex tak kalah kesal nya, betapa malu dan bersalah karena ada kakak ipar nya.
"Beginilah kalau mandul, selalu ketakutan kalau suami nya mencari istri lagi yang bisa ngasih keturunan" sang mertua berbicara sangat pelan tetapi masih di dengar oleh arini.
ya hanya arini lah yang mendengar nya, karena posisi keadaan hanya arini yang di sebelah nya.
akhir nya alex dan vivi berangkat, arini melambaikan tangan saat mobil keluar pagar.
"gak usah manja dan gak usah berlagak sedih kamu, kayak suami mau pergi selamanya aja. ucap sang mertua sambil berlalu melewatinya.
astagfirullah...... arini hanya bisa mengelus dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments