Perjalanan arini cukup memakan waktu yang lama. karena keadaan macet, berbarengan dengan rame nya orang yang pulang kerja.
arini sampai di rumah setelah azan magrib.
dilihat alex seperti nya belum pulang. entah kenapa tidak seperti biasa nya, jika suami nya pun sampai larut malam. arini pun tak mau ambil pusing.
tubuh nya terasa lelah, arini pun merebahkan badan di kasur.
Arini melihat jam di pergelangan nya, sudah menunjukan pukul tujuh lewat sepuluh menit. arini baru menyadari jika dia bertandang ke rumah dewi tadi cukup lama. dengan langkah malas, arini menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tangan nya mulai memutar shower dan mulai mengguyur tubuh nya. hari ini arini benar benar cukup lelah, selain fisik, pikiran tapi juga hati nya.
Saat arini sedang mandi, saat itu pula alex pulang. baru saja memasuki rumah, alex sudah dihadang oleh bu windi.
Meskipun sudah lelah mau tidak mau alex pun menuruti ibu nya "ada apa bu" alex tahu jika dalam keadaan seperti ini, ibu nya pasti ingin berbicara penting.
"duduk dulu, lex." ajak bu windi untuk duduk di sofa ruang tamu.
Alex pun merebahkan badan yang terasa pegal pegal.
"alex capek sekali bu hari ini, pekerjaaan kantor begitu menumpuk."
"kenapa! apa ada masalah di kantor?"
"tidak bu, hanya saja pekerjaan sangat banyak."
"bagus dong! dengan begitu gaji mu juga nanti lebih banyak."
alex bergeming "ada apa bu, menyuruh Alex duduk disini? ibu kan tau alex baru pulang, capek sekali, badan juga sudah berasa sangat lengket. alex pengen segera mandi, makan dan istirahat." ucap alex dengan setengah menggerutu.
bu windi langsung memasang wajah seolah benar benar sedih "begini lex, ibu mau menceritakan kelakuan istri kamu tadi siang. dia tidak memasak hari ini, katanya uang nya habis, dan kamu belum memberi nya uang."
mata alex memicing "cuma itu, kenapa di permasalahkan. iya benar, alex belum kasih jatah ke arini, wajar kalau dia bilang begitu. terus ibu belum makan seharian. kenapa ibu tidak menghubungi alex" berbondong alex memberikan pertanyaan dengan mimik wajah khawatir.
"dengar dulu! ibu belum selesai bicara, main potong aja" sungut bu windi.
"lantas apa lagi bu?"
"arini tadi siang keluar, pulang nya juga ibu kurang tahu kapan, karena ibu tidak melihat. tapi seperti nya sudah sore."
"kamu tahu lex, arini berangkat di jemput sama seorang lelaki" ucapannya lagi.
Alex sangat kaget dengan ucapan ibu nya. mata nya membulat, seolah tidak percaya dengan ucapan yang di dengar nya. "apa? ibu gak berbohong kan?"
"buat apa sih ibu bohong, lex. gak ada untung nya juga."
"kurang ajar" tangan alex mengepal, sehingga menimbulkan buku putih di otot nya.
"terus waktu ibu tegur arini, dia malah memarahi dan mengancam ibu. kata nya jangan ikut campur, jangan pernah mengadu sama kamu, begitu ucap nya" bu windi terus memanipulasi membuat cerita bohong untuk memfitnah arini.
"arini bilang begitu! kenapa tadi setelah kejadian ibu tidak langsung menelpon alex."
"ibu takut mengganggu kamu lex. takut kamu tidak konsen dengan kerjaan" ucap nya menunduk sambil menahan senyum.
Emosi alex semakin terbakar setelah mendapat pengaduan dari ibu nya.
"ibu tenang saja, alex akan memberi pelajaran sama arini karena sudah berani memarahi ibu, dan juga sudah berani nya main belakang."
alex berkata tanpa menyadari kelakuan nya sendiri.
Senyum tipis terbit di bibir bu windi. Melihat alex yang sudah mulai membenci arini, berkat sandiwara nya.
Sebenar nya entah apa masalah bu windi dengan arini. dia selalu mencari celah untuk menjatuhkan arini. padahal karena arini lah hidup bu windi yang kini bergelimang harta. dahulu nya sebelum anak nya menikah dengan arini, kehidupan sehari hari nya hanya lah tukang buruh cuci pakaian. selain dia seorang janda, dia juga harus menghidupi kedua anak nya yang masih dalam pendidikan, nasya dan alex.
Tiba tiba alex berteriak memanggil arini "arini! arini!" alex sudah tidak sabar lagi dengan aduan sang ibu.
Alex berdiri dari duduk nya dengan tangan mengepal. hal itu membuat bu dita sedikit takut. "arini, turun kamu!" wajah alex sudah merah padam menahan emosi yang sudah memuncak.
"arini, turun!" ucap nya lagi.
bu windi hanya diam menikmati pemandangan.
rasain kamu menantu tidak berguna, ucap nya dalam hati.
Sedangkan dikamar mandi, arini sedang menikmati mandi nya. dia tidak peduli dengan suara melengking yang memanggil namanya.
paling juga ulah nenek sihir itu, mengadu apa dia sampai membuat mas alex semarah itu, pikir arini.
Bertahun tahun arini selalu menahan semua. bahkan hinaan serta sandiwara yang telah dimainkan oleh mertua nya. kali ini dia tidak akan peduli.
Arini yang baru selesai, melangkah dengan santai keluar dari kamar mandi.
arini menyisir rambut nya yang basah menggunakan jari. Senandung kecil yang keluar dari mulut nya cukup menenangkan.
Namun senandung itu berhenti berganti dengan kekesalan.
Apaan sih teriak mulu itu orang. dipikir sedang di hutan kali.
alex benar benar tidak sabar menunggu arini, entah kenapa teriakan sekeras itu, arini tidak juga turun.
Dia sudah seperti orang yang kebakaran jenggot mengamuk dari tadi.
"mending kamu langsung samperin aja, lex. kasih dia pelajaran, biar gak semakin ngelunjak!" bu windi tidak henti henti nya terus memfitnah arini, dan terus menyulutkan api dalam diri alex.
Alex mulai melangkahkan kaki menuju ke kamar. tidak membutuhkan waktu lama kini alex sudah berada di depan pintu.
Brakk!!!!!
alex membanting pintu dengan seluruh tenaga nya. mata nya memerah dengan nyalang, gigi gemerutuk seperti ingin menerkam mangsa nya.
Arini cukup terkejut. belum lagi tatapan alex yang sangat mengerikan. ternyata seperti ini jika alex sedang marah, tidak dapat di pungkiri jika saat ini arini merasa sedikit takut.
"a...da apa mas, kenapa marah marah begitu" tanah arini tiba tiba terbata.
"apa yang sudah kamu lakukan hari ini, hah!" ucapnya sambil melotot.
"maksud mas apa?"
"jangan pura pura lugu kamu rin! kamu sudah memarahi ibu, dan kamu juga sudah berani jalan bersama lelaki lain!"
arini menggeleng kepala kasar.
"sumpah, mas. aku tidak melakukan hal sekeji itu. Kenapa mas bisa menuduh ku seperti itu, apa ibu yang sudah mengadu yang tidak tidak kepada mu"
"halah! jangan mengelak kamu. dan jangan menyalahkan ibu yang tidak tidak. aku hanya butuh penjelasan mu."
"harus dengan apa aku menjelaskan padamu mas. aku tidak ada memarahi ibu. aku memang pergi dengan taxi online, sopir nya lelaki. mungkin ibu yang salah faham dengan yang dilihat mas" arini mencoba memberi pengertian agar alex percaya.
"mas" ucap arini sambil menghapus air matanya.
"kamu percaya sama aku kan? aku tidak akan melakukan hal itu mas. semarah nya aku, tidak pernah balik memarahi ibu. kamu tahu sendiri gimana perlakuan ibu selama ini sama aku. kamu bukan sehari atau dua hari mengenalku" lanjut arini lagi.
"apa bukti nya jika omongan ibu itu hanya bualan rin?"
"aku bisa menelpon teman ku yang aku kunjungin tadi mas. mas bisa menanyakan langsung kepada nya dengan siapa aku tadi datang. dan, oh ya aku bisa menunjukan kepada mu riwayat pesanan taxi online ku tadi. jam berapa dan kemana tujuan ku" ucap arini meyakinkan.
Seketika pikiran alex langsung berputar. benar juga yang dikatakan arini, apalagi kini arini berani menunjukan bukti.
kini alex benar benar menyesal telah terhasut oleh ucapan ibu nya yang tidak sesuai kenyataan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments