Masuk kamar

Entah berapa lama arini menangis, merasa hati nya sudah sedikit tenang dia pergi mencuci muka.

hari yang sangat kian terik, matahari terasa seperti berada diatas kepala. perut yang terus keroncongan membuat arini mau tidak mau beranjak untuk ke dapur.

Melihat kakak ipar dan ibu mertua nya sedang di dapur, arini urung. bukan karena takut, malas saja dia meladeni hinaan dari kedua orang tersebut.

mau tidak mau arini memutuskan untuk membeli makanan di luar.

Tanpa di sengaja sang mertua ternyata melihat kepergian arini.

"heh itu mantu mandul mau kemana, enak banget dia suami kerja malah keluyuran. harus di beri pelajaran" dengan penuh emosi sang mertua bangkit, berniat menyusul arini.

"bu jangan! biarkan saja dia pergi."

"maksud mu apa vi" ibu mertua menghentikan langkah dan berbalik menatap vivi.

“ya biarkan saja bu dia kalau mau keluyuran, dengan begitu kita kan tinggal kasih bukti sama alex, biar alex percaya kalau istri nya gak sepolos yang dia kira."

Sang mertua hanya menatap wajah vivi penuh keheranan. dia bisa menangkap kalau vivi begitu semangat mengadu domba pasangan suami istri itu.

"tunggu.... tunggu, kenapa ibu lihat kamu begitu semangat sekali untuk melapor sama alex."

vivi pun seketika salah tingkah mendapat pertanyaan itu.

"eemmm anu bu, itu.... setidak nya meyakinkan alex biar lebih tegas sama arini, biar menantu ibu tidak melunjak lagi ama ibu."

Aneh sekali vivi ini, kenapa jawaban nya tak masuk di akal begini, batin bu windi.

dia menelisik wajah menantu nya melihat ada kebohongan atau tidak diraut wajah nya, secara gamblang dia pun mengucapkan sesuatu pada vivi.

"apa kamu menyukai alex rin."

"hah...." terkejut bukan kepalang vivi yang mendapat pertanyaan itu.

"jawab rin!" ucap bu rindi lagi.

"ehhh ibu bicara apa sih" rindi semakin salah tingkah dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"tuhann..... ternyata ucapan ibu kemaren bukan hanya omong kosong. kamu benar benar menyukai alex" bu windi hanya bisa geleng gelang kepala.

vivi hanya menunduk kan wajah nya, ada perasaan takut jika mertua nya akan marah karena dia sudah salah mencintai adik iparnya sendiri.

"coba jujur sama ibu vi, ibu juga tidak akan marah. justru ibu malah akan senang jika semua nya itu terjadi."

"hah.... apa buk, apa aku tidak salah dengar" rasa tidak percaya dengan apa yang di ucapkan mertua nya.

"benar vi, ibu akan setuju setuju saja" meyakinkan windi dengan memegang pundak nya."

"tapi bagaimana dengan arini bu, apa alex juga akan mempunyai perasaan yang sama dengan ku" ucap vivi hati hati.

"kamu harus pintar mengambil hari alex, bagaimana pun cara nya. ibu yakin kalau kamu pasti bisa menggantikan posisi arini dan membahagiakan alex."

Vivi hanya senyum tersipu malu, merasa telah mendapat dukungan dari mertua nya dia semakin yakin jika bisa merebut alex dari arini.

"terimakasih bu, ibu memang paling baik" dengan manja vivi memeluk erat sang mertua dengan penuh kasih sayang.

obrolan mereka usai, saat terdengar suara siska menangis.

bergegas vivi membawa siska ke kamar karena waktu nya tidur siang.

Saat melewati kamar arini, entah kenapa rasa penasaran nya datang begitu saja.

diam diam vivi masuk ke kamar arini tanpa sepengetahuan siapa pun.

dengan lancang dia membuka lemari arini dan mengobrak abrik lemari itu. entah apa yang ingin dicari nya.

Arini yang baru tiba dirumah pun menuju ke kamar.

heran tadi perasaan pintu aku tutup deh, tapi kok ke buka.

Tanpa menaruh curiga kepada siapa pun arini melangkahkan kaki masuk kekamar .

"mbak vivi! apa yang mbak lakukan" Seru arini melihat keberadaan kakak ipar ada dikamar.

sorot mata tajam arini menatap tak suka pada wanita itu.

Vivi terkejut bukan main saat melihat arini berdiri diambang pintu. Raut wajah arini terpampang jelas jika dia menyimpan kemarahan.

"eh rin kamu sudah pulang, tumben cepet rin keluar nya" elak vivi untuk mengalihkan pembicaraan.

"jangan bicara kemana mana mbak, aku bertanya apa yang sedang mbak lakukan di kamar ku."

Sebisa mungkin vivi menetralkan diri nya agar tidak terlihat gugup.

"ohh ini rin tadi siska terus merengek karena mencari mu, aku terpaksa tunjuk kan kalau kamu tidak ada di kamar eh malah siska berlarian main dikamar mu dengan membuka lemari ini."

"Seharus nya mbak tidak membiarkan dong siska dengan lancang membuka lemari ku, mbak kan bisa melarang nya" ucap arini dengan penuh emosi.

"sebelum nya mbak minta maaf kepada mu, mbak memang bersalah. seharus nya menegur siska yang masih bocah dan mengajak nya kelaur" dia menunduk kepala dengan suara mengiba.

Arini mencoba mengatur nafas nya, mengela nafas berat dan menghumbuskan. jiwa tidak tega nya pun muncul seketika. pikir nya mungkin lebih baik memaafkan dari pada terus berkepanjangan. dirasa hatinya sudah sedikit tenang, arini pun mendekat.

"ya sudah mbak, tapi lain kali lebih tegas lagi ya sama siska, walau bagaimanapun kamar adalah tempat privasi setiap orang."

"terimakasih rin, kamu memang berhati mulia, kalau begitu mbak permisi dulu ajak siska keluar."

arini hanya memangguk kan kepala. sedangkan vivi keluar dengan perasaan malu bercampur amarah.

huhhh hampir aja aku ketahuan, lagian sok banget sih sampe segitu nya. lihat saja suatu saat kamar itu pasti bakal jadi milik ku. gerutu nya dalam hati.

Saat ingin menutup lemari itu kembali, lagi lagi arini dibuat terkejut.

Loh kok berantakan isi lemari ku sampai atas sih, gak mungkin kan siska bisa nyampai.

Arini mencoba mengecek isi lemari itu, termasuk kotak perhiasan. isi nya pun masih lengkap, tidak ada yang hilang.

perasaan arini mulai tidak enak, dia mulai mencurigai kakak ipar punya niat tidak baik.

karena mencegah hal yang tidak di inginkan, arini memindahkan semua kotak emas dan barang lain nya. termasuk surat surat penting.

Tapi aku bingung, aku akan menyimpan dimana, tidak mungkin aku menyimpan di brangkas karena itu ada di ruang kerja mas alex.

Setelah lama menimbang akhir nya arini memutus kan untuk menyimpan nya di bawah kolong tempat tidur untuk sementara. sambil dia pikirkan tempat yang aman akan di simpan di mana.

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, arini bergegas mengambil wudhu untuk menunaikan sholat zuhur.

Tampak vivi sedang uring uringan seorang diri di dalam kamar.

Kenapa sih arini itu hidup nya selalu beruntung terus, dia yang mendapat kan suami ganteng, bos pula.

meskipun tidak memiliki anak tapi hidup nya terjamin.

dari dulu aku yang mengincar alex saja malah tidak bisa di dapadapat kan.

Kisah masa lalu vivi yang ternyata diam diam mengidolakan alex di kampus nya tanpa sepengetahuan alex.

vivi adalah kakak tingkat alex dan arini. wajar jika alex dan arini tidak mengenal vivi.

diam diam vivi yang mendengar alex telah menikahi arini, dia pun patah hati. tetapi tidak berhenti begitu saja, mengetahui alex memounyai seorang kakak lelaki, dia mencoba mendekati riki hingga akhir nya mereka menikah. tujuan nya agar dia tetap selalu berhubungan baik bahkan bisa melihat alex setiap hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!