Obat perangsang

Arini merasa jengah dan bosan hanya berdiam diri. dia memutuskan untuk keluar rumah sekedar berjalan keliling komplek.

suasana sore hari yang begitu nampak sejuk, mobil berlalu lalang karena jam kepulangan orang yang bekerja.

Arini beristirahat di sebuah pos ronda sambil menikmati semilir angin. dengan iseng dia membuka aplikasi hijau milik nya. tatapan nya tertuju pada sebuah status milik kakak ipar nya.

"aku bahagia, setidak nya kamu selalu memberi semangat kepada ku dan keponakan mu" sebuah unggahan foto bertiga di unggah dengan caption dan membubuhi emoticon love.

astagfirullahhalazim...., kenapa mbak vivi semakin berani mengupload foto seperti ini. apa dia tidak sadar jika lelaki itu adik ipar nya. bagaimana jika orang yang tidak tahu akan salah faham. Ucap arini seorang diri.

sedangkan di sebrang sana, vivi merasa begitu bahagia mendapati arini telah melihat status nya. bisa dipastikan jika arini saat ini pasti panas hati. tibalah kini pikiran licik hinggap dipikiran vivi.

bergegas vivi menyuruh mbok darmi, pembantu rumah tangga nya untuk mengantar kan makanan untuk alex, special yang sudah di ambilkan oleh dirinya sendiri, tidak cuma itu, ternyata vivi sudah membubuhkan obat perangsang. huuh dasar betapa licik nya ya vivi...

"Permisi, pak. maaf mengganggu. saya membawakan makanan untuk bapak" ucap mbok darmi sambil meletak kan makanan itu diatas nakas.

"perkenalkan nama saya darmi pak, saya asisten rumah tangga di sini. kalau bapak butuh sesuatu, bapak bisa memanggil saya" ucap mbok darmi lagi sambil membungkuk kan badan.

"eh ya mbok salam kenal. saya alex, adik ipar dari mbak vivi. terimakasih banyak atas tawaran nya mbok. pasti, kalau saya butuh sesuatu saya pasti akan merepotkan mbok sumi" jawab alex dengan senyum ramah.

"kalau begitu saya pamit dulu pak, silahkan dimakan dulu, sebelum bapak istirahat!" mbok darmi kembali ke dapur untuk menyelesaikan beberapa perkerjaan yang belum selesai.

"Bagaimana mbok, apa alex mau makan " tanya vivi yang kebetulan masih ada di dapur.

"belum tau bu, tadi saya hanya meletak kan di atas nakas. pak alex hanya menyampaikan terimaksih."

"nanti mbok sesekali cek kesana ya, apa alex sudah makan atau belum. saya takut dia sakit, soal nya tadi mabuk perjalanan. takut nya tambah lemas kalau perut tidak di isi" ucap vivi berbohong.

"kenapa tidak ibu saja yang kesana bu. kan kalau pak alex tidak mau makan ibu bisa memaksa nya."

"emmm saya tidak enak mbok, walau bagaimana pun akex hanya adik ipar bagi saya mbok."

"MasyaAllah, bu windi benar benar bisa menjaga martabat ya. saya salut sama sifat ibu. baiklah bu nanti akan saya pastikan buat cek pak alex sudah makan apa belum" ucap mbok darmi panjang lebar.

vivi hanya menganggukkan kepala dengan senyum kebahagiaan.

"terimakasih ya mbok. jangan lupa nanti cek ya, alex sudah makan atau belum!" ucap vivi seraya melenggang pergi dari dapur.

Vivi tengah fokus menatap putri semata wayang nya yang tertidur pulas. begitu sesak dada nya jika mengingat almarhum suaminya, riki.

kamu tenang saja mas, aku pasti akan memberikan orang yang tepat untuk menjadi ayah sambung nya siska. mas jangan khawatir ya, tenang disana. Ucap vivi seorang diri dengan mata berkabut.

Saat sedang fokus dengan angan nya, ponselnya berbunyi. Sekilas dia melihat nama ibu mertua. Segera dia mengambil handphone nya, dan mengangkat panggilan dari ibu mertua.

["ibu menghubungi mu dari tadi, kenapa tidak kamu respon vi."]

Vivi langsung menjauhkan handphone nya karena telinganya terasa pengang.

["hallo.... vi, kamu mendengar ibu tidak!"]

["ah ya bu, aku mendengar nya. tadi aku sedang menidurkan Siska bu, sehingga tidak mendengar ibu menelpon karena handphone aku cilent"] ucap vivi berbohong.

["Kenapa kamu membuat status seperti itu bersama alex, bagaimana kalau sampai alex marah kepadamu"] sang mertua tidak suka dengan cara vivi yang seperti itu.

["ahh masalah itu, ibu tenang saja. aku sudah privasi kontak milik alex. aku hanya ingin membuat arini sedikit jantungan saja!"]

["itu tidak lucu vi, bagaimana kalau sampai arini mengadu dengan alex. Bisa hancur semua rencana kita."] sang mertua sedikit kesal dengan tingkah menantu nya yang tidak berpikir sampai kesana.

["ibu meragukan ku! apa ibu tidak mempercayai ku, kalau aku bisa menangani masalah ini."]

["yasudah terserah kamu saja. tapi ibu tidak mau di ikut campur kan jika alex sampai marah."]

["tenang saja, ibu tidak usah khawatir. "]

merasa tidak ada pembicaraan lagi, telepon di matikan.

****

Vivi merasa jengah berlama lama di dalam kamar, tidak da kegiatan sama sekali yang dia lakukan.

Lebih baik aku ke dapur saja lah menemui mbok darmi, melihat perkembangan. apakah alex sudah mau makan atau belum.

Vivi mulai mencari keberadaan mbok darmi, tidak terlalu sulit mencarinya. karena sehari hari keberadaan mbok darmi hanya di dapur.

Melihat mbok darmi sedang membuat susu, vivi pun mendekati.

"mbok, sedang apa?."

"eh ibu, ini saya sedang bikin susu. tadi pak alex yang meminta."

"Eh jangan mbok" cegah vivi cepat. " alex itu sedang tidak enak badan, saya mau kasih obat buat dia agar pusing nya hilang, kan gak bagus itu mbok kalau minum obat campur susu, bisa tambar obat nya."

"iya juga bu ya! tapi kalau pak alex bertanya nanti si mbok harus jawab apa?" ucap mbok darmi ragu.

"mbok tenang saja, nanti biar aku yang kasih pengertian sama alex, lebih baik sini susu nya buat saya. kan mubazir sudah mbok buat."

"oh ya untuk alex mbok bikinin teh hangat saja ya mbok!" ucap vivi lagi.

"baik bu" mbok darmi pun segera mematuhi perintah nyonya nya.

"gimana mbok, alex sudah mau makan kah?."

"sudah bu, tadi pak alex mengantarkan piring sudah kosong, sekalian minta di bikinin sudah itu bu."

Vivi hanya menjawab dengan ber oh ria.

dengan senyum licik, lagi lagi vivi membubuhkan obat perangsang itu ke dalam teh yang akan di berikan alex. vivi tidak memikirkan akibat nya bisa fatal jika obat itu di gunakan dalam dosis yang tinggi.

"lek, ini teh hangat untuk mu. kamu minum dulu ya biar badan mu terasa hangat."

"loh mbak, kok membawakan teh untuk ku, bukan nya tadi aku meminta susu kepada mbok darmi" alex bingung di buat nya.

badan nya sudah mulai tidak fokus lagi, seluruh tubuh nya sudah merasakan hawa panas. apalagi melihat penampilan kakak ipar nya saat ini, jiwa gairah nya tak bisa menolak untuk tidak bangkit.

sesekali alex hanya bisa menelan ludah susah payah.

"Stok abis lex, ada juga sudah tidak layak di minum. mungkin karena terlalu lama rumah ditinggal."

alex mengangguk paham "terimakasih mbak."

dia mengulurkan tangan mengambil gelas itu dengan tangan bergetar.

"kamu kenapa lex, sakit?"

"aahhh a.....aku gak papa mbak, hanya sedikit pusing saja. mungkin karena lelah dalam perjalanan" jawab nya gugup.

"emmm baik lah kalau begitu. mbak tinggal keluar dulu ya, jangan lupa di minum teh nya" vivi pun bangkit, sejenak langkah nya terhenti didepan pintu dan melirik kearah alex. senyum sinis terbit di bibirnya.

kali ini aku tidak akan gagal lagi lex, kamu pasti akan menjadi milik ku. batin vivi penuh kemenangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!