jeritan dari luar terdengar sangat keras dari ruang tengah.
arini dan alex pun saling berpandangan dan mendengarkan dengan seksama.
"ibu mas" ucap arini dengan panik.
mereka berdua pun berlari keluar menghampiri sang ibu.
"bu.... ada apa bu, kenapa ibu menangis" ucap alex sambil menenangkan sang ibu.
"mas mu lex mas mu huuuu."
"iya mas riki kenapa bu."
"riki kecelakaan bersama vivi dan anak nya jalan menuju kemari."
"apa! bagaimana keadaan mas riki sekarang bu."
"ibu tidak tau, dari kantor polisi hanya memberi kabar kalau mobil riki mengalami kecelakaan."
"ya sudah lebih baik sekarang kita menuju ke rumah sakit bu" dengan hati hati alex menuntun sang ibu menuju mobil.
tak sampai tiga puluh menit mereka sampai, dengan langkah cepat mereka mencari ruangan dimana riki bersama keluarga kecil nya di rawat.
melihat kondisi menantu yang hanya mengalami luka ringan, berdiri di depan ruang operasi.
saat melihat kedatangan ibu mertua vivi pun berlari menghambur kedalam pelukan sang mertua.
"bu....mas riki bu" dengan terus terisak. sang ibu yang tak kuasa menyembunyikan kesedihan, memeluk erat sang menantu dengan penuh iba.
"sabar ya vi, doakan semoga riki baik baik saja."
tak lama pintu ruangan operasi terbuka. seorang dokter menyembulkan wajah nya dengan lesu.
"dok bagaimana keadaan anak saya dok apa dia baik baik saja" berbondong bu windi memberi pertanyaan kepada sang dokter.
"maaf kan saya bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi Tuhan berkehendak lain" jawab sang dokter dengan sesal nya.
duaarrrr......
Runtuh sudah pertahanan bu windi, dia tidak bisa menahan diri lagi seketika dia pun pingsan.
"tidak.....ini tidak mungkin, dokter pasti bohong" teriak vivi.
alex yang tak mampu menahan kesedihan nya seketika meneteskan air mata, meski selama ini tidak pernah akur dengan saudara nya tetapi hati kecil nya masih merasa kehilangan.
******
Hujan turun, saat vivi masih menangis diatas gundukan tanah suami nya yang masih basah.
"mbak, hujan sudah turun. nanti mbak vivi sakit, ayo kita pulang" ajak arini.
Vivi pun menggeleng, dia terus menangis senggugukan. hatinya sangat sakit.
hari ini dimana vivi seharusnya senang, malah hari dimana dia berduka. Dia sudah kehilangan orang yang sangat dia cintai. sungguh dia tidak pernah menyangka jika semua akan terjadi secepat ini.
"mbak.....ayo kita pulang. hari semakin petang, hujan juga semakin deras. Ayo mbak, nanti mbak sakit" bujuk arini lagi.
Tetapi vivi tetap bergeming, dia tidak mau pergi.
dari kejauhan alex dan bu windi hanya bisa terpekur. kesedihan menyelimuti diri kedua nya. Mereka sama hal nya sangat terpukul dengan kepergian riki.
vivi terdiam sesaat, akhirnya vivi bangkit dan meninggalkan tempat itu.
sepanjang perjalanan tak ada obrolan apapun, semua saling terdiam.
vivi hanya memandang keluar jendela mobil dengan terus terisak.
andai aku tidak menuruti kemauan mu untuk kerumah ibumu mas, andai aku tetap mempertahankan ego ku semua ini tidak akan terjadi, kamu tidak akan meninggalkan ku mas. batin vivi.
Arini yang merasa iba melihat sang kakak ipar, meski dia tak mengalami tapi dia bisa merasakan kesedihan itu.
"yang sabar ya mbak, mbak harus kuat. ini semua sudah menjadi suratan takdir-Nya. Mbak harus ikhlas. ingat masih ada siska yang butuh mbak jadi mbak gak boleh begini ya" arini pun mencoba menenangkan sang kakak ipar.
mendapat ceramah itu, vivi beranggapan semua tidak bermutu. dia pun menatap sinis arini dan hanya bisa mencemooh.
"tau apa kamu tentang sabar hah! kamu tidak mengalami nya bahkan kamu saja tidak punya anak. jadi jangan mengajariku soal kesabaran bagaimana aku membesarkan siska seorang diri."
arini pun hanya bisa terdiam, sakit....ya benar sakit. ucapan yang sangat menohok dari kakak iparnya. tetapi dia hanya bisa bersabar. karena masih keadaan berduka sehingga emosi kakak ipar nya belum bisa terkontrol.
Acara tahlilan pun usai, semua orang sudah kembali ke rumah masing masing.
"rin kamu beresin itu semua dulu ya" ucap sang ibu sambil melenggang pergi.
arini hanya mengelus dada, tanpa membantah dia pun membereskan nya.
selesai dengan kegiatan nya, dia pun berniat menunaikan sholat isya.
terdengar teriakan dari arah kamar sang kakak ipar.
dengan tergopoh gopoh arini pun mendatangi nya.
"ya mbak, ada apa memanggil ku."
"bantu aku susun baju itu dong, aku sangat capek sekali."
"tapi mbak, ini sudah malam. bagaimana kalau besok saja."
"heh ini masih jam berapa juga, cuma sekedar menyusun begitu saja apa susah nya sih rin."
"tapi mbak......."
belum selesai arini menjawab, sang kakak ipar pun sudah melempar koper di depan nya.
"gak usah pakek tapi, dari pada kamu ngoceh lebih baik kerjakan biar cepat selesai."
dengan hati bergemuruh menahan emosi, mau tidak mau akhir nya arini membereskan nya.
sungguh tidak punya hati, bahkan vivi hanya duduk santai sambil memainkan handphone nya tanpa berniat membantu.
"Rin kalau sudah selesai buatkan aku teh manis ya."
tanpa bergeming sedikitpun, arini seolah tak mendengarkan.
"rin....., kamu dengar gak sih yang aku katakan."
Reflek arini menjatuhkan kotak perhiasan milik vivi karena terkejut.
"arini! kamu ceroboh sekali" bentak vivi.
"ma.....af mbak, aku tidak sengaja" jawab nya terbata dengan penuh ketakutan.
"kerja begitu saja gak becus kamu, apa sih yang dibanggakan alex dari kamu itu, sudah ceroboh mandul lagi."
"Cukup mbak! aku sudah berbaik hati membantu mu, tapi kamu malah menghina ku."
vivi tersenyum sinis "memang benar kan yang aku katakan, bukti nya kamu sudah sembilan tahun menikah tapi tidak kunjung punya anak, apa itu kalau tidak mandul."
"aku belum mempunyai anak bukan berarti mandul mbak."
"akui saja arini, dan aku sarankan sama kamu ya, jaga penampilan mu agar suami mu tidak mencari wanita lain" bisik vivi di telinga arini.
karena tidak tahan dengan ucapan kakak ipar nya, arini pun melenggang begitu saja meninggalkan sang kakak ipar.
arini tak bisa menyembunyikan kesedihan nya lagi. ucapan yang terngiang kembali yang di ucapan kakak ipar nya. sungguh ada perasaan takut jika semua akan terjadi.
apa aku sehina ini Tuhan, kenapa engkau tidak menitipkan benih itu kepadaku. akun lelah menjadi bahan gunjingan keluarga ku. mama.... papa.... andai kalian masih ada, pasti aku akan berkeluh kesah kepada kalian....
karena lelah menangis tak terasa arini pun akhir nya tertidur.
bayang bayang ibu mertua dan kakak ipar pun sampai terbawa mimpi.
diam diam alex memperhatikan kesedihan arini, terlihat jelas raut wajah sedih saat dia tertidur.
lagi lagi dia hanya bisa mengiba tanpa bisa berbuat apa apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments