Gala pun menjelaskan beberapa poin penting pada Lily, Gala membuat beberapa aturan untuk dipatuhi Lily jika Lily ingin tinggal bersamanya.
"Mulai hari ini, Lily harus tidur di kamar terpisah dengan Paman." ujar Gala.
"Tidak! " Lily langsung menolak.
"Jika tidak mau kau aku kembalikan pada orang tuamu." tegas Gala.
" Iya, iya. " Lily pun mengiyakan syarat pertama Gala.
Melihat gelagat Lily, Gala sudah bisa menebak, jika anak itu hanya mengiyakan saja. Lily tidak bersungguh-sungguh.
Akhirnya Gala membuat perjanjian hitam di atas putih, semua aturan di tulis secara rinci oleh Gala. Lalu di tempel di setiap sudut tempat yang terjamah oleh Lily.
Lily terlihat mengangguk patuh, tapi entah itu akan dia lakukan atau tidak. Jika tidak dilakukan Gala juga sudah menyiapkan hukuman untuk Lily.
Sementara Di Kota.
Bara menemui si Mala lagi, untuk melanjutkan misinya.
"Kakak, kenapa kau memukulku? " tanya Mala.
Bara cukup terkejut, ternyata Mala mengingat jika Bara memukulnya hingga pingsan.
"Apa aku perlu menjawabmu? " tanya balik Bara.
"Perlu, kenapa kau melakukan itu jika ingin bercinta, aku tidak merasakan apapun, jika aku pingsan." Mala sangat blakblakan.
Berurusan dengan wanita memang sangat kacau, aku sudah tidak tahan.
- Dalam hati Bara -
"Aku kan sudah meninggalkan uang banyak, apa kurang? " tanya Bara.
"Itu cukup banyak kak, kapan kakak mau aku layani lagi? " tanya Mala.
"Apa kau mau ku pelihara?, aku akan memberikan uang bulanan padamu." ujar Bara menawarkan.
Tapi, Mala menolak rupanya Mala sudah menjadi peliharaan orang lain, Mala hanya boleh bermain-main saja dengan orang lain tapi tidak bisa dijadikan peliharaan.
Mendengar penjelasan Mala, Bara sampai merinding, Mala melakukan itu untuk pengobatan ibunya. Sepertinya memang Mala tidak ada jalan lain sehingga memilih menjadi peliharaan. Tentu itu berbeda dengan simpanan, jika simpanan itu hanya untuk pribadi, jika peliharaan tuannya bebas mengoper peliharaannya untuk siapa saja sesuka hatinya.
"Apa itu sangat menyenangkan? " tanya Bara.
Bara sedikit prihati pada keadaan Mala, tapi tetap saja caranya salah.
Mala mengatakan jika dirinya sudah lelah dan sudah sangat merasa berdosa, tapi tidak ada yang bisa dilakukan selain seperti ini.
"Kakak, apa kakak jijik padaku?, apa kakak menganggap Mala juga sebagai mainan saja?" tanya Mala pada Bara.
"Aku membayarmu, tentu itu bukan sebuah mainan kan?, kenapa Jijik?" Bara bingung harus menjawab apa pada Mala.
" Aku sudah dimainkan ribuan pria, bermacam-macam, tapi untung saja pakai pengaman, jika tidak aku pasti sudah mati karena penyakit." ujar Mala.
"Jika kau mau keluar dari pekerjaanmu aku bisa membantu, tapi semua ada konsekuensinya, dan syarat!" tegas Bara.
"Lalu bagaimana dengan ibu? " tanya Mala.
Mala terlihat sangat sedih, jika mengingat ibunya.
Bara pun mengatakan akan menanggung semua keperluan dan biaya pengobatan Ibunya. Tapi semua ada syarat dan konsekuensi yang akan Mala tanggung.
"Tapi, aku harus membayar denda 9M untuk bisa pergi dari tempat ini." Mala merasa tidak mungkin karena 9M itu cukup banyak. Dan Bara yang dikenalnya sebagai Brahma itu tidak mungkin mau menebusnya, apalagi dia sudah sangat kotor, bukankah masih banyak wanita baik lainnya.
"Hubungi aku, jika kau sudah berubah pikiran." Bara menyelipkan nomer di kantong jaket Mala.
"Apa? " Mala sangat terkejut.
"Aku pergi dulu Mala." Bara memeluk Mala dan mengecup kening Mala.
Bara juga memiliki seorang adik perempuan, dia tidak ingin nasib Deya seperti Mala.
Bara menemui Ria, yang sedang memasak di dapur.
" Mom, ... " panggil Bara.
"Eh, putraku Bara kenapa sudah kembali? " Ria segera mematikan kompornya, lalu menghampiri Bara, memegang tubuh putra angkatnya itu, untuk melihat apakah dia dalam keadaan baik-baik saja.
"Apa kali ini terluka lagi, Sayang?, dimana? " tanya Ria.
Ria memeriksa tubuh Bara dengan teliti. Bara langsung memeluk Ria dengan erat.
"Eh, ... " Ria terkejut, karena tidak biasanya Bara seperti ini.
"Ada apa Nak?, apa Daddy membuatmu bersedih? " tanya Ria.
Ria sangat khawatir pada Bara yang begitu aneh hari ini. Ria memberi waktu pada Bara agar tenang lebih dulu. Setelah tenang Bara melepas pelukannya.
Ria segera membawanya ke ruang tamu, mendudukkan Bara, membalai kepala Bara dengan penuh kasih sayang.
" Mom, kali ini Bara terlalu baper, karena target Bara seumuran dengan Deya, bahkan lebih muda." ujar Bara.
"Oh begitu, apa kau tidak tega untuk menargetkannya?, tapi kau tidak boleh lemah hanya karena kau teringat Deya." Ria mencoba menasehati Bara.
" Iya Moms, tapi dia melakukannya untuk membiayai pengobatan ibunya, Bara sudah menyelidiki jika semua ucapannya benar adanya." Bara menceritakan kegundahannya pada Ria.
Ria terdiam, memang sangat kasihan jika anak sebelia itu harus terjerumus dalam dunia gelap, untuk menanggung beban keluarga.
"Apa kau menawarkan hidup lebih baik untuknya?, tapi dia tetap harus dihukum karena dia telah terlibat dalam kasus parah itu, tidak adil jika dia hidup enak sedangkan korbannya menderita bukan?" Ujar Ria, meskipun bukan ibu kandungnya Ria sangat mengerti hati Bara.
" Iya, aku sudah bilang padanya, jika dia ingin hidup lebih baik, ada syarat dan juga konsekuensinya." ujar Bara.
"Begitu, kalau begitu tunggu saja keputusannya, jika dia sudah memutuskan bertobat, bawa pada Mommy." pinta Ria.
Barang kali anak itu bisa dia didik dengan benar nantinya.
"Ya Mom, nanti aku bicarakan pada Daddy dulu ya." ujar Bara.
Bara tetap harus membicarakan hal itu pada Jimmy, karena Bara tidak bisa mengambil keputusan yang penuh resiko itu.
"Mom, aku ke Daddy dulu ya, terimakasih sudah mendengarkan Bara, muach." Bara mencium pipi Ria dan segera pergi.
Bara pun menemui Jimmy untuk membicarakan hal yang dia gundah gulanakan.
"Heh, kok sudah balik?, sudah selesai?" tanya Jimmy.
Jimmy sudah sangat senang, dia kita Bara sangat kilat mengerjakan misinya.
" Bukan Dad, ... " jawab Bara.
Bara pun menceritakan semuanya pada Jimmy, Jimmy mengangguk mengerti maksud dari putranya yang satu ini.
"Kau atur saja sendiri, tapi kau harus bertanggung jawab dalam keputusanmu." ujar Jimmy.
Jimmy membebaskan cara kinerja Bara, cara kinerja Bara rupanya mengikuti cara kerja Leon. Tak masalah itu, karena itulah Leon masih memiliki kendali besar dalam dunia militer meskipun dia sudah tidak menjadi seorang Panglima.
Meski dia sudah pensiun, tapi Leon masih mengendalikan dunia militer dari balik layar dengan mempercayakan orang - orang yang dia percayai. Dan orang - orang itu adalah orang yang dia selamatkan, orang yang dia tari dari pihak lawan.
"Jadi apa boleh Dad?" Bara mencoba meyakinkan.
"Daddy hanya menerima hasil akhirnya saja, selama itu tidak merugikan orang yang tidak bersalah dan dirimu sendiri, why not? " ujar Jimmy.
Bara sangat senang, kini dia lebih bersemangat lagi dalam melanjutkan misinya, kini tinggal menunggu keputusan dari Mala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Cristella Tella
semngat thor
2023-07-19
0
Wiyata Fitri
perasaan aku apa gmna ya kok kyanya tambah pendek aja per bab nya 😂😂😂
2023-07-19
0