Doney pun tiba dengan kedua anaknya,
anak Doney seumuran dengan Deya, kembar laki-laki dan perempuan.
Si kembar itu bernama, Barnes dan Bryna. Keduanya sangat pendiam, mereka sangat menyukai dunia kedokteran seperti ayahnya.
Melihat kedatangan Barnes dan Bryna, Deya langsung menyapa dengan sangat ramah. Tapi memang keduanya sangat pendiam, jadi hanya mengangguk tanpa ekspresi saat Deya menyapanya.
" Om Doney, halo. " Deya juga menyapa Dony.
Doney langsung mencubit pipi Deya dengan gemas karena terlihat sangat comel, seperti ibunya. Sedangkan kedua anaknya cukup membosankan mereka berdua tidak memiliki ekspresi yang menyenangkan.
"Kau sangat mirip dengan Suzy." ujar Doney.
" Aku anaknya Om." tegas Deya.
"Kau itu anak pungut saja, berani-beraninya mengaku anak papa mama!" sahut Bara.
"Kau sebaiknya diam, atau aku akan menghajarmu!" Deya sudah naik darah dibuat Bara.
" Hajar saja aku tidak takut." Bara benar-benar memancing emosi Deya.
Deya dengan sembarangan mengambil kayu dan memukul kepala Baratha. Suara pukulan itu cukup keras.
Seketika kepala Bara mengucur darah begitu deras.
"Deya." teriak Doney segera mengambil kayu dari tangan Deya dan melemparkannya jauh.
Bryna yang melihat Bara terluka, segera merobek dressnya lalu menekan kepala Bara untuk menghentikan pendarahan.
Doney langsung menggendong Bara dan membawanya ke IGD. Barnes segera mengambil peralatan dan obat-obatan. Dengan cekatan Barnes menyiramkan air infus pada luka Bara sampai di rasa bersih baru menghentikan pendarahan itu dengan alkohol dan sedikit menekan lebih lama.
Lukanya cukup dalam, Doney sudah bersiap dengan peralatan yang ada, karena luka itu haris dijahit. Melihat Bara terlihat kesakitan dan tak berdaya Deya kabur sambil menangis. Deya ketakutan setengah mati. Dia takut jika Bara tidak selamat.
Grey segera memberitahu hal itu pada. Ayah ibunya. Mereka semua bergegas ke IGD untuk melihat keadaan Bara. Gala juga terlihat sangat cemas.
Semua terlalu fokus pada Bara, sampai tidak menyadari jika Deya tidak ada.
Barnes memberitahu Gala, jika Deya tidak terlihat sedari tadi.
"Tuan muda, Deya pergi kemana ya?, tadi dia seperti ketakutan!" ujar Barnes.
Gala segera pergi mencari Deya, Oddie dan Barnes juga mengikuti.
"Oddie cari Deya! " Pinta Gala, Oddie segera mencari dengan Indra penciumannya sampai ke hutan luar. Keduanya meneriaki nama Deya.
"Tolong ... " Terdengar suara teriakan di balik semak-semak.
Oddie yang mengenal suara itu, langsung menerobos masuk ke semak-semak.
Barnes Dan Gala pun menyusul.
Terlihat, Oddie sedang bergulat dengan ular piton yang lumayan besar.
Gala segera mengambil belati di pinggangnya dan mengerahkan tepat di kepala ular itu dan seketika ular itu mati.
Deya menangis sesenggukan, karena dia pikir dia akan mati karena digigit ular. Barnes langsung menggandeng tangan Deya untuk menenangkannya.
" Ayo pulang di hutan luar berbahaya!" ajak Barnes.
"Huhuhu abang Bara apa masih hidup? " Deya masih enggan berdiri karena teringat Bara yang berdarah-darah.
"Deya, pukulanmu kurang keras, dia tidak akan mati dengan mudah. Ayo pulang, jika ibu ular itu datang kita yang akan mati." Gala menakuti Deya agar segera bangkit, Gala menggendong Oddie yang lemas, karena hampir menjadi santapan ular piton tadi.
"Oddie terimakasih, Abang terimakasih, Barnes terimakasih." ujar Deya.
Barnes dan Gala tidak menjawab, keduanya memang sangat malas berbicara. Melihat kaki Deya masih gemetaran. Barnes berjongkok dan meminta Deya naik ke punggungnya.
Deya segera naik ke punggung Barnes. Karena takut ibu ular piton itu datang dan memakan mereka. Mereka pun membawa Deya ke bangunan rumah sakit.
Tantan juga sangat khawatir pada Deya. Melihat Deya sudah ditemukan, Tantan langsung mengambil Deya dari Barnes. Tantan memeriksa tubuh Deya adakah yang terluka. Karena tidak ada, Tantan benar - benar bersyukur.
Deya menangis meminta maaf pada semuanya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Semua tentu tidak mempermasalahkan hal itu, karena mereka tahu itu pasti bukan sengaja, seberapa besar mereka ribut, baru ini kejadian fatal.
Melihat anjing kesayangan Gala lemas Barnes langsung mengambil dan memeriksanya. Melihat kode yang diberikan pada putranya, Doney segera memberikan beberapa suntikan untuk Oddie.
"Oddie hanya butuh istirahat Tuan muda, kalian kembali istirahat saja, Bara tidak apa-apa, biarkan Bryna yang menjaga." ujar Doney.
Mereka semua segera kembali, tapi tidak dengan Deya, dia tetap di depan pintu, Deya tidak berani masuk untuk melihat Bara. Karena merasa sangat bersalah dan jika nanti Bara bangun, pasti akan marah padanya dan tidak akan memaafkannya.
"Jika kau tidak ingin menemui abangmu sekarang, kembali dan istirahat! " ujar Barnes.
Deya mengangguk dan kembali ke paviliunnya. Meskipun semua tidak menghukum atau menyalahkannya tapi Deya tetap merasa bersalah, Deya menangis terus-menerus di dalam kamarnya. Gala sudah mencoba menenangkan Deya, tapi Deya masih menangis sampai ketiduran. Karena sudah tidur Gala kembali menemani Oddie.
Karena kejadian itu, mereka menunda ke pulangan mereka ke kota, mereka menunggu Bara sedikit lebih baik baru kembali.
Bryna dan Barnes bergantian menjaga Bara sampai membaik. Gala dan Grey juga selalu menemani Bara.
Tapi Deya masih takut untuk menemui abangnya. Deya pun meminta Panglima mengantarkannya pulang ke kota lebih dulu.
Panglima pun meminta Zero mengawal kepulangan Deya ke kota, lalu menjelaskan semuanya pada Jenderal Petter dan Suzy. Sesuai perintah Panglima jika itu hanya kecelakaan saat berlatih dan keadaan Bara baik-baik saja besok akan kembali ke kota.
Setelah mengantar dan menyampaikan amanah Panglima Zero pun kembali.
Dan keesokan harinya karena Bara sudah membaik, mereka pun bersiap untuk kembali ke kota. Di situ Gala terasa berat karena tidak tahu lagi kapan dia akan bertemu lagi dengan Lily.
Panglima mengatakan pada Gala, setelah kelulusan ini dia akan lanjut sekolah di tempat itu dan dititipkan pada Zero untuk berlatih. Gala langsung masuk ke dalam mobil. Karena itu berati hanya menunggu kurang dari satu tahun.
Mereka pun segera kembali ke kota, begitu juga dengan Doney dan anak-anaknya.
Bara sudah mengomel sepanjang perjalanan tiada hentinya, karena kesal dan akan menjewer adiknya nanti sesampainya di rumah. Karena adiknya tidak datang menemuinya selama sakit.
Setelah sampai, Bara langsung turun dengan bersemangat dia harus menjitak kepala adiknya sampai benjol, menjewer telinga Deya sampai merah.
Melihat putranya terluka begitu Suzy sudah menangis, memeluk putranya.
Petter juga khawatir tapi dia memang sangat gengsi untuk menunjukkannya langsung.
"Ma, Bara tidak apa-apa, di mana Deya?" Bara sudah tidak sabar ingin menghajar adiknya.
"Deya sekarang tinggal dengan kakek Anton, dia sudah naik pesawat satu jam yang lalu dengan ajudan Papah." Ujar Petter memberitahu putranya.
Mendengar hal itu, Bara terlihat sangat sedih, begitu juga dengan keluarga Panglima. Kenapa begitu mendadak. Tapi keluarga Panglima tidak bisa memaksa karena itu adalah anak Suzy dan Petter.
Keluarga Panglima segera kembali ke ke kediamannya. Bara juga segera masuk ke kamar dengan lesu, memang setiap hari mereka akan bertengkar hebat, tapi Bara juga tidak ingin berpisah dengan Deya. Rasanya hatinya cukup sakit terpisah dengan adiknya begitu saja.
Bara menangis di dalam kamarnya, dia tahu adiknya pasti ketakutan dengannya, tapi meskipun itu keterlaluan Bara tidak pernah ingin benar - benar membalas perbuatan Deya, paling hanya beradu mulut saja. Dia menyesal karena tidak menjadi kakak yang baik, sehingga harus berpisah. Seharusnya Bara segera menemui adiknya dan mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Dia tidak perlu khawatir.
Tapi sayangnya sudah terlambat, mereka berpisah tanpa ada penjelasan apapun di antara keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Cristella Tella
aku sedih thor
2023-07-09
0
Wiyata Fitri
aaa aku nangis othor huaaaa aku juga suka berantem gtu sama adek walau ga se ekstrim gtu juga sih tp pas pisah ya kangen
2023-07-08
0