"Dia memang istri yang baik! " Gumam Panglima.
"Panglima." panggil Bara.
"Loh, Bara ada apa, Nak? " tanya Panglima.
"Panglima, tadi saat latihan memainkan sebuah pisau kecil dengan rapi." ujar Bara terkesan.
"Oh, kau melihatnya? " Tak menyangka jika Bara memperhatikan hal sekecil itu.
"Paman itu keren, apa paman boleh mengajariku?" tanya Barata.
Panglima mengusap kepala Barata, rupanya anak ini memiliki penglihatan dan daya ingat yang sangat tajam. Leon pun berjanji akan mengajari Bara, tapi tidak sekarang, karena anak itu masih kecil dan labil, takut jika disalah gunakan.
"Paman, kita kembali kapan?" Bara terlihat masih ingin tinggal lebih lama di basecamp.
" Senin pagi saja ya." jawab Panglima.
" Ok." Bara duduk di samping Panglima.
"Cita-cita Bara apa memangnya?" Tiba-tiba Leo menanyakan cita-cita Barata.
"Bara ingin seperti Paman menjadi Panglima." jawab Bara dengan sungguh-sungguh.
Panglima tersenyum, sambil melihat ke Bara yang terlihat sangat sungguh - sungguh dengan cita-citanya.
" Bagus Bara, coba Paman mau tahu gerakan apa saya yang kau ingat tadi!"
Memberikan belati kecil pada Bara.
Bara langsung mempraktekkan gerakan yang terekam di kepalanya, tidak kurang dan tidak lebih sama sekali, hanya saja memang dalam pergerakan Bara masih sangat kaku dan kurang powernya.
Panglima seperti melihat kloningnya Petter, hanya kekuatan fisik Bara, termasuk biasa-biasa saja. Bara sangat unggul dalam ingatan dan penglihatan.
"Begitukah, Paman?" tanya Bara.
" Benar, Bara ... (Mempelajari strategi selama bertahun-tahun untuk mencapai semangat prajurit. Hari ini adalah kemenangan atas diri Anda dari kemarin, besok adalah kemenangan Anda atas orang yang lebih lemah -Miyamoto Mashusi-), coba ulangi apa yang Paman katakan!" Leon menguji kemampuan Bara.
" Mempelajari strategi selama bertahun-tahun untuk mencapai semangat prajurit. Hari ini adalah kemenangan atas diri Anda dari kemarin, besok adalah kemenangan Anda atas orang yang lebih lemah (Miyamoto Musashi)." Bara mengulangi ucapan Leon dengan lengkap, padahal Leon mengucapkannya dengan cepat.
Panglima tersenyum lebar, dia menemukan bakat luar biasa dari anak sahabatnya.
" Kalau begitu, paman akan membantumu menjadi Panglima, selama kau tidak menyerah dan berlatih keras, maka kau akan menjadi seperti apa yang kau mau!"
Leon memberi semangat untuk Bara.
Bara terlihat sangat bersemangat.
" Panglima ... " Deya yang baru datang langsung berlari memeluk Panglima.
" Oh putri cantik Paman ini, ada apa?" Panglima mengangkat Deya duduk di pangkuannya.
" Panglima, aku juga ingin menjadi Panglima!" Deya selalu tidak mau kalah dari Bara.
"Apaan kau Deya, tidak ada Panglima yang bodoh seperti mu!" Bara langsung kesal.
" Siapa yang bodoh?, kau yang sangat bodoh." Deya tidak terima.
Deya langsung minta pembelaan dari Leon.
" Deya, apa alasanmu ingin menjadi Panglima?, jangan ikut-ikut saja loh." ujar Leon.
" Apa ya?" Deya berpikir sejenak.
Deya mengatakan jika dirinya ingin juga seperti Panglima dan dia juga tidak ingin kalah dari Baratha.
Tiiba-tiba tersibak angin cukup kencang, Panglima segera mengamankan Bara dan juga Deya.
Terdengan suara baling-baling di udara.
" Panglima itu ada helikopter." Ujar Deya menunjuk ke arah atas.
Panglima dan Bara melihat ke arah atas, Helikopter itu terlihat menurunkan tali tangga ke bawah.
" Siapa itu Panglima?, apa Uncle Jimmy?"
tanya Bara.
Gala yang berada di dalam rumah dengan Grey pun segera keluar.
" Siapa yang datang?" tanya Gala.
Orang itu terlihat menuruni tangga tali dengan lihai. Setelah orang itu berhasil mendarat dan melepaskan pelindung kepalanya.
" Panglima itu Bibi. " teriak Deya.
" Hah ibu? " Gala terkejut.
" Aih, sebentar ya Deya, Paman menemui bibimu dulu." Panglima menurunkan Deya dari pangkuannya. Leon segera menghampiri istrinya yang menyusul secara mendadak itu.
Bara dan Deya, sangat kagum pada bibinya yang super keren itu, keduanya berebut memperebutkan jika Tantan adalah bibi mereka.
" Sayang, kenapa tidak mengabari jika datang?" Panglima menghampiri istrinya dengan bangga.
" Siapa yang kau panggil sayang?, aku datang tidak untuk menemuimu." Tampaknya istrinya masih sangat marah padanya.
Tantan segera berjalan menuju paviliun Zero.
" Ibu." Panggil Gala.
"Putraku, kau menggendong bayi?"
Tantan segera melepaskan seragamnya dan segera memeluk putranya yang menggendong Emily itu.
" Bu kasihan Lily terjepit." ujar Gala.
" Apa Lily?" Tantan cukup terkejut.
"Nyonya apa kabar?" Sapa Nisa yang sudah berderai air mata karena merindukan nyonyanya.
Tantan langsung memeluk Nisa dengan erat, dialah yang menemani Tantan dengan setia saat menghadapi hidup dan mati.
Nisa memberitahu Tantan, jika Gala sangat menempel pada putrinya, sampai memberikan nama panggilan Lily untuk putrinya.
Mendengar cerita Nisa, Tantan tersenyum bahagia, ternyata putranya tidak seburuk prasangkanya.
" Benar, aku tidak menyangka kau memiliki sikap yang hangat selain pada Deya." Tantan seakan tak percaya.
" Nyonya...kau tidak menyapaku?" sahut
Zero.
" Ah, Zero kau sudah semakin tua, hahaha di mana Grey? " tanya Tantan.
Grey pun menampakkan dirinya di hadapan Tantan sambil memberikan hormat.
Tantan memuji ketampanan Grey, benar-benar waktu berlalu begitu cepat.
Tantan sangat senang, sekarang Nisa sudah memiliki seorang putri, meskipun tidak tahu kapan hamilnya, tahu-tahu sudah lahiran. Namanya hidup di tengah hutan. Dan secanggih apapun tetap agak sulit berkomunikasi.
"Gala, kau sangat menyukai Emily??" tanya Tantan.
" Dia sangat menggemaskan ibu." jawab Gala.
" Bawa sini, ibu juga ingin menggendong matahari yang membuat putraku meleleh!" pinta Tantan.
Gala memberikan Emily pada ibunya, lalu Gala mengatakan pada ibunya, jika dia yang akan menjaga Lily di masa depan. Tantan tersenyum senang putranya memang seorang pria sejati.
"Nyonya, Doney juga akan datang dengan kedua anak kembarnya."
Tantan mengangguk, jika dengan Doney mereka masih sering bertemu.
Doney juga sudah menikah, namun bercerai.
Mereka memiliki anak kembar laki-laki dan perempuan. Tapi hak asuhnya jatuh pada istrinya. Namun, beberapa hari setelah sah bercerai, mantan istri Doney meninggal karena kecelakaan.
"Doney, cukup kejam." ujar Panglima.
Panglima tahu, jika kecelakaan itu adalah ulah Doney, karena Doney dikhianati, karena ketahuan Doney, lalu istrinya meminta bercerai dan hak asuh malah jatuh ke tangan mantan istrinya.
"Sudah, jangan bahas Doney, itu sudah lama." ujar Tantan.
" Benar juga. " Panglima tidak membahas kehidupan Doney.
Tantan dan Nisa membawa Lily masuk ke dalam, Gala dan Oddie pun mengikuti masuk ke dalam.
Melihat Gala mengekor masuk, membuat Zero dan Panglima menggeleng kepala. Rupanya Gala sudah sebucin itu dengan Lily.
Melihat Barata dan Deya menganggur, Panglima meminta Grey untuk melatih keduanya. Agar lebih baik lagi, berbeda dengan Gala, anak itu memang sudah giat berlatih di mana pun dia berada. Tanpa di latih keras, Gala memang terlahir dengan tubuh yang kuat.
Grey melatih keduanya, sesuai perintah Panglima. Bara yang paling semangat karena panutannya adalah Leon, sementara Deya masih klemer-klemer, karena dia hanya suka ikut-ikutan abangnya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Cristella Tella
mkin seru... ttap semngat
2023-07-07
0
Wiyata Fitri
aku cuma mau bilang terimakasih sebnyak banyak ny sama author udh bikin karya sebagus ini ahh love you othor ku 🥰🥰
2023-07-07
0