Tebasan demi tebasan Elvino lakukan, membelah beberapa zombie tersebut menjadi puluhan balok daging yang halus.
Tak sampai 3 menit, kumpulan zombie tersebut sekejap berubah menjadi gundukan daging dan darah.
Elvino menyeka pedangnya dengan kain yang ada di baju salah satu zombie. Meskipun mereka menjijikan, tetapi mereka tetap tahu ada dan sopan santun. Berbanding terbalik dengan manusia-manusia di dunia Elvino sebelumnya, mereka manusia yang katanya berakal, memakai baju saja tidak tahu membedakan pakaian sopan dan tak sopan.
Lebih baik zombie dari mereka semua.
Melihat zombie-zombie telah musnah, Elvino kembali ke meja resepsionis dan duduk di bersama Lusi.
Berkali-kali Lusi melihat aksi Elvino, dia tetap merasa kagum dan terkejut dengan kekuatan pria ini.
Memikirkan kembali tentang pertanyaan Elvino, Lusi sudah memiliki jawabannya.
"Bagaimana dengan syarat yang aku ajukan tadi? Kamu menolak atau tetap ingin ikut denganku?" tanya Elvino yang masih ingat dengan pertanyaannya tadi.
Lusi terdiam sejenak sembari menundukkan kepalanya terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Mengangkat kepalanya untuk melihat Elvino, Lusi berkata dengan pupil mata yang tegas, "Ya, aku mau!"
"Anu, bolehkah aku memelukmu?" Elvino memandang Lusi dengan wajah yang tidak sabaran.
Menatap tubuh Elvino, Lusi perlahan mengangguk dengan sikap yang malu.
"Um, ya, tetapi jangan terlalu kencang."
"Terima kasih!"
Dengan sigap, Elvino memeluk tubuh Lusi penuh kehangatan dan nafsu yang menggebu-gebu.
Sebagai seorang perjaka yang belum pernah memeluk tubuh dari seorang wanita, hal yang wajar jika Elvino terbangun pada bagian tubuh bawahnya.
Di dalam pelukan Elvino, Lusi bisa merasakan sesuatu yang menyentuh kakinya. Mereka berdua berpelukan miring dengan kedua kaki Lusi sedikit naik ke atas kedua paha kaki Elvino.
Jadi, Lusi bisa merasakan benda keras besar dan panjang di kakinya. Sedikit terasa hangat dan terus membesar.
Mengetahui benda tersebut, pipi Lusi menjadi merah di dalam dekapan Elvino. Sayangnya, dia tidak bisa melepaskan pelukan Elvino karena pelukannya sangat keras dan tak bisa dibuka olehnya, bagaikan kedua tangan Elvino ini terbuat dari baja
Setelah itu, Elvino yang puas memeluk Lusi tiba-tiba memegang bahu Lusi dan berkata dengan suara yang dalam, "Bolehkah kita berbuat itu sekarang? Aku sudah tidak sabar!"
"Eh?"
Lusi yang mendengar ini sekejap mematung dengan wajah yang merah bak kepiting rebus.
Ucapan Elvino sangat mendadak dan tak pernah dia sangka akan secepat ini.
Kali ini, permintaan Elvino sangat sulit untuk dikabulkan karena Lusi sendiri belum pernah melakukan hal itu bersama pria.
Ini merupakan suatu hal yang berat untuk dilakukan.
Akan tetapi, ketika dirinya menatap mata Elvino yang dalam dan menawan, membuat Lusi merasa dirinya bisa jatuh ke pelukan pria ini kapan saja.
Dan akhirnya, dia pun tanpa sadar mengangguk dengan wajah yang tersipu merah.
"Yuhuu!"
Melihat tanggapan dari Lusi membuat Elvino senang bukan main. Sontak Elvino turun dan meja resepsionis dan melompat kegirangan sambil berteriak senang.
Tidak tahu mengapa hati Lusi terasa hangat dan bahagia melihat pria ini berseru seperti anak kecil yang diizinkan membeli mainan baru.
Lusi benar-benar aneh terhadap Elvino dan juga dirinya sendiri.
Dengan demikian, Elvino menggendong dengan satu tangan dan keluar dari hotel.
Tangannya yang penuh dengan otot keras dan padat bisa dijadikan tempat duduk oleh Lusi.
Duduk di atas tangan Elvino sembari memegangi lehernya, Lusi terlihat cemas karena takut sekali jatuh dari tangan Elvino.
Wanita ini tidak bisa menutup pakaiannya yang bolong saat ini karena kedua tangannya dipakai untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Kita harus mencari hotel yang masih layak."
Berdiri di tengah jalan raya yang rusak dan sudah ditumbuhi lumut serta tumbuhan kecil, Elvino mengarahkan pandangannya ke sekeliling, mencari gedung hotel yang layak digunakan untuk mereka berdua skidipapap aselole josss.
Di tempat di mana Elvino berdiri, ada beberapa zombie yang berjalan dan merangkak ke arahnya. Elvino mengabaikan zombie ini dan pergi ke sebuah gedung yang ada di sebelah hotel yang mereka masuki.
Zombie-zombie yang hendak melukai Elvino di jalan raya ini dipotong oleh Elvino tanpa melihat.
Pedang di tangannya bergerak ke arah di mana zombie-zombie menyerang tubuh Elvino.
Gerakan Elvino jauh lebih cepat dari gerakan monster sehingga mereka tidak akan bisa menyentuh Elvino meski hanya sehelai rambut pun.
Slash!
Cahaya dingin melintas di leher zombie, dan kemudian kepala zombie terputus dari lehernya, menggelinding di tanah dan menabrak kaki zombie yang tengah berjalan di belakang Elvino.
"Tempat apa ini?" ucap Elvino sembari menebas ke belakang, memotong Walker Zombie menjadi dua bagian secara vertikal. "Tampaknya agak berbeda dengan di sana."
Elvino sedang mengatakan gedung ini tidak sama dengan yang ada di Bumi tempatnya berasal.
Kota Jakarta yang ada di dunia ini tidak seratus persen sama, ada beberapa aspek, segi, dan bidang yang berbeda dari dunianya.
Terasa familier sekaligus asing bagi Elvino.
Lusi yang sudah terbiasa duduk di atas tangan besar Elvino membalas ucapan Elvino, "Ini gedung mall, aku sempat ke sini untuk menjarah beberapa makanan."
"Kamu tahu seluk-beluk bangunan besar ini?"
"Tidak, aku hanya pernah masuk ke lantai dasarnya saja, di sana ada supermarket tempat penjualan makanan," kata Lusi dengan jujur.
Elvino mengangguk mengerti. "Kalau begitu, kamu tuntun aku untuk sampai ke supermarket itu."
"Baik, aku mengerti."
Melihat sikap dan sifat Elvino yang selama ini tunjukkan, membuat Lusi tidak menolak permintaan yang dilemparkan oleh Elvino.
Untuk sementara waktu ini, Lusi menganggap Elvino sebagai pria baik yang aneh dan blak-blakkan.
Mereka berdua pergi ke dalam Mall yang bagian depan bangunan terdapat pintu masuk yang seharusnya ditutupi oleh pintu kaca yang otomatis terbuka, tetapi pintu masuk ini tidak dijaga oleh apa pun, kosong begitu saja.
Setibanya di dalam, gelang di tangan kiri Elvino menyala memberi penerangan untuk Elvino berjalan.
Melihat ada cahaya yang keluar dari bagian tubuhnya, Lusi sempat terkejut dan segera melihat ke tangan Elvino.
Ternyata itu berasal dari gelang hitam yang dikenakan Elvino. Suatu keajaiban lain yang ditampilkan oleh Elvino.
Memandang wajah tampan Elvino yang terlihat jantan dan kuat, pria ini makin terlihat misterius dan menarik.
Jauh di relung hatinya yang paling dalam, Lusi tertarik kepada Elvino dan ada perasaan suka kepada pria yang baru ditemuinya ini.
Di dalam Mall yang gelap ini ada belasan Walker Zombie yang berjaga.
Ketika gelang Elvino menyala dia langsung bereaksi dan menoleh ke arah sumber cahaya.
Mereka semua melihat Elvino di kejauhan dan sumber cahaya berasal dari tubuhnya.
Kraaahhh!
Secara bersamaan, mereka semua bergerak menuju Elvino berniat untuk menghabisi Elvino dan Lusi.
Namun, Elvino yang punya kepentingan tidak terlalu menganggap mereka.
Ayunan pedang kembali dioperasikan dan itu membunuh semua zombie-zombie yang berdatangan.
"Matilah dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
𝙍𝙮𝙪𝙪 𝘼𝙯𝙖𝙩𝙝𝙤𝙩𝙝
... Sat Set
2023-08-19
2
Kelvin
Bjir Banget Taaii Baru Juga Ketemu
2023-07-10
3