"Nenek, ayolah. Aku tidak punya uang untuk membeli makanan di restoran ini. Sebaiknya kita cari restoran yang murah." Pinta seorang gadis pada seorang tua yang terlihat aneh. Dengan dandanan pakaian penuh tambalan di sana sini, jubah kumuh nenek itu terlihat sangat tidak layak.
"Apa kamu bilang? Kamu bekerja siang malam,. tapi kamu bilang uangmu tidak cukup membeli makanan di sini? Kamu mau membohongiku? Memangnya berapa harga makanan di sini?" Nenek tua dengan pakaian penuh tambalan itu ngomel-ngomel.
Yang bikin aneh lagi, nenek yang terlihat sangat tua itu berjalan layaknya orang yang sehat tanpa bantuan apapun. Tubuhnya kurus, rambut putih panjang acak-acakan dan terlihat matanya juga sangat tajam menatap semua orang.
Sedangkan cucunya dengan malu-malu membujuki neneknya agar tidak masuk ke dalam restoran.
"Aku yakin cucu buyutku ada di sini. Kamu tidak perlu melarangku untuk masuk." Nenek kembali ngomel-ngomel. Cucu gadisnya semakin tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya. Apa maksudnya cucu buyut?
"Kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak perlu repot membelikanku apa-apa. Tapi cucu buyutku adalah orang kaya. Dia juga sangat baik. Aku sudah tahu dia ada di sini." Nenek tua itu masih ngomel.
Akhirnya, keduanya masuk ke dalam restoran. Semua mata kini tertuju pada mereka berdua. Nenek juga melihat satu per satu semua orang. Matanya tertuju pada Dara yang saat itu sedang menyilangkan tangan di dada.
"Ha! Itu dia cucu buyutku. Aku sudah tahu dia ada di sini." Nenek mengaku Dara sebagai cucu buyutnya. Kata-katanya yang keras mengagetkan semua orang. Nenek yang masih di depan pintu, tersenyum ketika melihat Dara. Kemudia dalam satu gerakan, dia sudah sampai di depan Dara dan berjongkok di hadapan Dara.
"Hei, Cucu Buyut! Apa masih ingat sama Nenek Buyut yang jelek ini?" Tanya Nenek kemudian setelah di hadapan Dara. Orang-orang makin terkejut dengan gerakan nenek itu.
Anton dan Galang juga tidak sempat mencegah nenek itu. Tahu-tahu sudah sampai di depan Dara.
"Nenek Uyut!" Seru Dara. Lalu dia berlari dan memeluk nenek itu. Galang dan Anton yang melihat itu terkejut. Bagaimana Dara mengenal nenek aneh ini?
"Nenek tahu Cucu ada di sini. Makanya nenek masuk. Dan ternyata benar. Nenek hanya ingin makan enak. Bisakah kamu membelikan nenek makanan Perancis?" Tanya Nenek pada Dara. Dara mengangguk.
"Cucu Buyut, kamu adalah anak yang baik. Suatu hari, jika menemui kesulitan. Panggil saja Nenek. Nenek pasti akan membantumu." Ucap nenek masih memeluk Dara. Dara yang sebenarnya tidak mengerti ucapan nenek, tetap saja mengangguk.
"Dara! Apa yang kamu lakukan? Apa kamu mengenalnya?" Tanga Galang pada Dara dengan penasaran. Bagaimana Dara bisa mengenal orang tua aneh ini? Dan kenapa mereka sepertinya sangat akrab?
Saat itu, seorang gadis berumur duapuluh dua tahunan masuk dan langsung mendatangi orang tua yang sedang memeluk Dara. Dilihat dari wajahnya, gadis itu sebenarnya sangat cantik. Namun karena pakaiannya kotor dan penuh debu, orang-orang pasti memandangnya dengan sebelah mata.
"Nenek! Apa yang kamu lakukan? Nenek, ayo kita pulang!" Pinta gadis itu.
"Diam, kamu! Lihatlah dia, dia anak yang sangat baik dan mau menolong siapa saja. Aku tahu, Riana pasti senang jika dia masih hidup ketika melihat putrinya tumbuh dengan baik." Ucapan nenek itu mengejutkan baik Galang, Karmen, Rangga dan Anton.
"Sudahlah, Nenek. Riana sudah tenang di sana. Jangan ungkit dia lagi." Terlihat gadis itu meneteskan air mata ketika mengucapkan Riana. Galang semakin penasaran dengan ucapan kedua orang itu.
Galang lalu meminta pelayan untuk menyediakan kursi untuk kedua orang itu. Segera dua orang pelayan dengan cepat memenuhi permintaan Galang. Lalu Galang menyuruh kedua orang itu duduk. Dara kemudian menarik-narik tangan Galang. Seperti ingin memberitahu sesuatu.
"Galang, aku adalah nenekmu. Aku nenek kandung Riana. Kamu belum pernah melihatku. Tapi Dara sering bertemu denganku. Kamu mungkin kaget dengan kedatanganku. Tapi Dara, dia mengenalku." Ucap nenek.
"Baiklah nenek. Sekarang banyak orang yang mengaku-ngaku mengenal seseorang. Bahkan mengaku sebagai saudara atau kerabat. Apakah kamu kira aku akan percaya begitu saja?" Galang sama sekali tidak yakin dengan pengakuan orang tua aneh itu.
"Galang, aku memperkenalkan diriku, namaku Diana. kami adalah saudara kembar, aku lebih muda beberapa menit dari Riana. Kami sama sekali tidak ingin kamu percaya pada nenekku. Kami bisa hidup seperti ini mungkin sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Tidak ada yang kami inginkan darimu, bahkan hartamu. Tapi satu hal, sudah selama 20 tahun aku dan nenek diusir dari rumah oleh Paman Han.. Saat Riana di rumah sakit, aku dan nenek sering berkunjung ke sana diam-diam saat kalian lengah dan tidur." Gadis itu menghela nafas dalam.
Ada perasaan sakit di hatinya dengan ucapan Galang. Namun dia memahami keadaan Galang saat ini. Dia tahu Galang adalah seorang yang sangat kaya. Itu yang selalu diceritakan oleh nenek.
Mengenai pertemuan nenek dengan Dara, itu terjadi beberapa kali. Nenek selalu menceritakan pertemuannya dengan Dara. Dan gadis itu selalu memarahinya. Namun nenek sama sekali tidak peduli dengan gadi itu.
"Nenek selalu menceritakan bahwa aku memiliki kakak. Dialah Riana istrimu. Paman Han bukan ayah kami. Dia sangat menyayangi Riana, namun dia sangat membenciku. Ayah dan ibu kami meninggal beberapa tahun setelah kami lahir. Lalu kami dirawat oleh keluarga Paman Han."
"Kamu tidak harus percaya pada ceritaku. Dan aku juga tidak peduli. Aku selalu melarang nenek untuk menemui Dara agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari." Diana mengakhiri ceritanya. Walaupun matanya berlinang air mata, namun dia terlihat tegar.
"Nenek, ayo kita pergi. Di sini bukan tempat kita." Sambil memegang tangan nenek, Diana menarik dengan lembut neneknya. Dengan enggan, Nenek pun berdiri, memandang Dara. Dan dia meneteskan air mata.
Namun nenek tetap berusaha tersenyum pada Dara. Nenek melambaikan tangannya pada Dara, Dara pun tersenyum. Dia sama sekali tidak bisa mencegah kepergian nenek buyut dan Diana, bibinya. Galang yang mendengar cerita Diana menjadi terpaku. Antara sadar dan tidak, dia tidak bisa mengucapkan apa-apa.
"Tunggu, Nenek!" Yang berteriak adalah Karmen. Namun dia sudah terlambat. Saat itu nenek entah dengan kekuatan apa, sudah pergi jauh seperti menghilang. Galang yang masih terpaku kemudian terkejut. Dia sama sekali belum mempercayai cerita Diana.
Benarkah ayah Han bukan ayah kandung Riana, kakeknya Dara?
Rangga berlari ke arah pintu, bermaksud mencegah Nenek dan Diana pergi, namun ketika dia hendak mengejar, nenek dan gadis itu sudah tidak ada lagi. Rangga sebenarnya punya kecepatan yang sangat cepat, namun dia sama sekali tidak bisa mengejar nenek dan cucunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments