Dara masih dirawat di ruang pasien di hari kedua. Saat itu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Galang dan Rimba terlihat tertidur di kursi ruang tunggu. Sementara Karmen tidur dengan kepala diletakkan di tempat tidur Dara. Di kursi lain tampak dua laki-laki juga sedang tertidur. Seorang berumur 50 tahunan dan seorang lagi masih muda.
Dara tampak terbangun, dia memandang langit-langit kamar. Dia menoleh dan mendapati Karmen sedang tidur. Dara tersenyum. Dia selalu merasa nyaman bila ada Karmen di sisinya. Karena terbiasa tidur bersama Karmen, maka dia tidak pernah mencari Ayahnya bila malam hari.
Dara kemudia bernyanyi. Seperti biasa di malam hari bila dia terbangun dia akan menyanyi. Entah lagu apa, tentu saja yang tahu hanya dia sendiri. Setelah puas bernyanyi, lalu Dara mulai bicara sendiri. Tertawa dan lalu bicara lagi. Dan akhirnya dia tertidur lagi.
Jam 4 pagi, Karmen bangun. Melihat Dara sedang tidur sambil tersenyum. Karmen jadi tersenyum. "Tidur saja sambil senyum." Gumamnya.
Dia lalu memanaskan air untuk membuat susu. Tiba-tiba terdengan suara Dara, "Mik cucu."
"Sebentar, sayang." Kata Karmen. Dia lalu mempercepat proses pembuatan dan segera menuju ke arah Dara bermaksud memberikan susu padanya. Namun ternyata Dara sedang tertidur. Dia melihat mulut Dara sedang bergerak-gerak seperti sedang meminum susu.
Karmen tersenyum, "Lucu amat." Dia bergumam lagi. Karmen lalu membuka pintu dan melihat Galang dan Rangga tidur di kursi. Dia menggelengkan kepala lalu menutup pintu lagi.
*****
Di ruangan lain, Dila tampak sudah mulai membaik. Ketika ditolong Galang dan Rangga, Dila merasa ada harapan. Suara-suara bentakan dan ancaman yang dulu diterimanya kini perlahan mulai dapat dilupakannya. Ibunya berada di dekatnya menungguinya. Melihat putrinya jauh lebih baik, istri Herlambang menjadi tenang.
Dua hari berada di rumah sakit membuatnya merasa bosan. Pagi-pagi sekali, dia minta keluar kamar. Ditemani ibunya, Dila berjalan-jalan di koridor. Dia memperhatikan ayah dan kakaknya sedang tidur di kursi ruang tunggu. Melihat itu, Dila merasa iba. Ada rasa haru menyelimuti hatinya.
Saat menoleh ke arah sebelah, dia melihat dua orang sedang tertidur juga di kursi ruang tunggu. Dila memperhatikan seorang wanita berambut biru membelakanginya sedang menggendong seorang gadis kecil yang lucu. Itu adalah Dara. Kebetulan Dara juga sedang memperhatikannya. Di tangannya ada jarum infus.
Dara tak mengenal wanita itu. Namun dia tersenyum melihatnya.
"Ayah mana!" Serunya. Mendengar itu, Karmen lantas membawanya ke arah Galang, menyentuh kakinya. Galang bangun, kemudian menguap. Karna tertutup Karmen, Dila tak bisa melihat laki-laki itu.
"Dara mencarimu!" Kata Karmen.
Dara yang melihat Ayahnya bangun lalu memutar tubuhnya dan meminta gendong. Saat itu, Galang bangkit dan memindahkan Dara ke pelukannya.
"Anak gadisku sudah sehat, ya?" Kata Galang.
Lalu Galang mencium Dara. Tapi Dara mengusap pipinya. Lalu menutup hidungnya. "Ayah bau!" Teriaknya.
"Ayah wangi kok. Dara juga kan belum mandi." Suara Galang menggoda Dara.
"Paman Bangun!" Panggil Dara saat melihat Rangga yang masih tidur.
Rangga pura-pura tak mendengar. Lalu berubah posisi menjadi miring. Dara menggerakan tangannya seperti hendak memukul.
Saat itu Dila yang sedari tadi memperhatikannya mendekat ka arah Galang.
"Kamu? Kamu yang menyelamatkanku?" Suara Dila yang keras dan bertanya mengejutkan Galang dan Karmen. Rangga yang pura-pura tidur karena menggoda Dara juga terkejut dan langsung duduk.
Sementara Herlambang dan anak laki-lakinya juga terkejut lalu langsung terjaga.
Mereka semua menatap ke arah Galang.
"Bagaimana kondisimu?" Tanya Galang pada Dila. Dila tak langsung menjawab. Saat itu dia sangat senang. Akhirnya bisa bertemu orang yang telah menyelamatkannya.
"Aku mau mengucapkan terimakasih." Kata Dila.
"Ayah, ibu, kakak. Mereka yang menyelamatkan aku!" Teriak Dila. Sontak ibu, ayah dan kakaknya bergegas mendekati Galang. Mereka menjatuhkan diri berlutut dan ingin berterimakasih.
Galang menjadi tidak enak. Rangga yang melihat gelagat Galang langsung bereaksi.
"Pak, Bu. Jangan begini. Kami hanya menolong saja. Tidak perlu berlebihan seperti ini." Kata Rangga lalu memegang tangan Herlambang dan membantunya berdiri.
"Tolong jangan sampai orang lain tahu." Kata Galang. Keempat orang itu mengangguk. Dara juga ikut mengangguk.
"Kakek! Nenek" Ketika melihat Herlambang, Dara teringat kakek dan neneknya. Dara tersenyum pada keduanya. Dia tahu itu bukan kakek dan neneknya.
Herlambang lalu mendekat, menyentuh Dara, demikian juga istri Herlambang.
"Sebaiknya paman menyewa pengawal yang dapat diandalkan. Karena saat sekarang tidak baik membiarkan anak perempuanmu tidak dikawal." Kata Galang.
"Baiklah, aku akan mencarinya. Oh, ya, siapa nama kalian? Dari mana asal kalian?" Tanya Herlambang.
"Kebetulan kami hanya lewat, Paman. Tak ada tujuan yang pasti. Tapi kami tak akan pernah menetap di suatu kota. Kami akan terus berjalan sampai ke ibukota. Saya Galang, dua orang ini teman saya, Rangga dan Karmen." Jawab Galang. Ketika Galang tak menyebut namanya, Dara mencubit-cubit lengan Galang.
"Oh, ya. Ini Dara, anak saya. Maaf Ayah lupa." Kata Galang sambil tersenyum melihat Dara. Tapi setelah itu Dara tersipu malu.
Semua orang tertawa melihat tingkah lucu Dara.
"Ardelia Hotel adalah milik kami. Kalian boleh menginap di sana sampai kapanpun kalian mau." Kata Herlambang.
"Terimakasih, Paman. Saat ini kami memang menginap di hotel itu. Saya sudah menyewa untuk satu minggu. Mungkin saya akan tinggal beberapa hari lagi setelah Dara boleh pulang." Galang menjelaskan.
"Baiklah, saya akan mengaturnya. Besok Dila boleh pulang. Dan kami akan mengadakan syukuran. Kalian akan kami undang." Kata Herlambang.
"Oh ya, saya Herlambang, ini anak saya, Danny dan ini adalh Dila. Dia ibunya Dila." Herlambang sampai lupa mengenalkan diri.
"Tolong jangan beritahu siapapun jika kami yang menyelamatkan anak Paman. Kami tidak ingin repot." Kata Galang mengingatkan sekali lagi.
"Kami paham. Dan kami akan menjaga rahasia ini." Lalu Herlambang menoleh ke arah keluarganya. Keluarganya mengangguk.
Saat itu tampak Kapten Herry sedang berjalan mendekati mereka. Tampak dia mengenakan pakaian seragam polisi lengkap.
"Selamat pagi, Pak Herlambang. Pagi semua." Sapa Kapten Herry. "Maaf saya mengganggu. Saya ada perlu sedikit dengan Dila."
"Pagi, Kapten. Silahkan." Jawab Herlambang.
"Dila, tolong beritahu aku, siapa sebenarnya yang menyelamatkanmu?" Tanya Herry yang membuat Dila gemetar. Dia tak menyangka Kapten Herry akan bertanya tentang ini. Dila lalu melihat ke arah Galang masih dengan gemetar.
"Kapten, kami yang menyelamatkannya." Galang tiba-tiba mengaku membuat semua orang terkejut. Kapten Herry juga terkejut.
Di pikiran Galang, Kapten Herry adalah seorang perwira polisi. Pasti bisa menjaga rahasia.
"Kapten, bisa kita bicara berdua?" Tanya Galang. Lalu Galang menyerahkan Dara kepada Karmen. Melangkah pergi diikuti Kapten Herry. Galang lalu berbicara pada Herry.
Dara yang melihat itu sebenarnya penasaran. Tapi dia tahu, itu adalah urusan orang dewasa.
"Dara mau digendong kakek?" Tiba-tiba Herlambang menawari Dara untuk menggendongnya. Tangannya diulurkan. Dara mau. Dan mendekatkan badannya. Semua orang tertawa lagi.
"Anak cantik, mau nggak main ke rumah kakek?" Tanya Herlambang. Dara mengangguk.
Lalu mereka semua tertawa lagi. Beberapa saat kemudian, Karmen ingin mengambil Dara. Tapi Dara menolak. Tangannya mencengkeram baju Herlambang erat-erat.
Karmen tersenyum lalu berucap, "Sayang, kakek capek, lo." Dara tetap tidak mau.
"Dia memang lengket sama kakeknya dan pamannya yang seorang polisi, mungkin dia merindukannya. Maaf paman sudah merepotkan." Kata Karmen.
"Tidak apa-apa. Ini juga kakek Dara, ya." Jawab Herlambang. Dara mengangguk lagi.
Saat itu istri Herlambang mendekati Dara dan mencoba menggendongnya. Tapi Dara menolak. Dia tidak mau. Dia hanya mau sama kakek.
Saat itu, Galang dan Herry sudah kembali. Herry kemudian melihat heran ke Karmen dan Rangga. "Sebenarnya, itu hanya kebetulan, Kapten. Kami melihat mobil yang membawanya lewat saat kami berhenti di pinggir jalan. Saat itu Galang ingin mengikutinya. Dia sendiri yang masuk ke hutan melalui jalan lain dan berhasil mengintai rumah itu beserta kekuatannya." Kata Rangga.
Kapten Herry manggut-manggut. "Saya akan menjaga rahasia kalian. Suatu hari nanti, mungkin saya akan menolong kalian."
"Lho, Dara kok sama kakek. Sini sama Ayah. Kakek capek dong." Galang lalu mengulurkan tangan. Namun Dara menolaknya.
"Maaf Paman, merepotkanmu." Galang jadi tidak enak hati.
"Biarkan saja, tidak apa-apa." Jawab Herlambang. Dara meletakkan kepalanya ke pundak Herlambang. Melihat itu, Galang jadi teringat Ayah angkatnya. Dia begitu dekat dengan Dara. Dan saat hendak berangkat, Dara tak henti-hentinya menangis. Galang menjadi kuatir saat ini.
"Kapten, lusa kami mau mengundangmu. Datanglah ke Hotel Ardelia. Lantai enam." Kata Herlambang.
"Baik, Pak. Saya akan datang." Jawab Herry. Saat itu Herry segera berpamitan dan akan kembali ke kantor.
"Paman! Homat!" Tiba-tiba Dara berteriak ke Kapten Herry. Tangan kiri diangkat ke kening. Herry yang menyadari itu lalu berbalik, berdiri tegap dan memberi hormat, "Siap, Kapten!" Dara terkekeh. Herry kemudian balik badan dan pergi.
Melihat itu, semua tertawa. Mereka terhibur dengan kelakuan Dara. Saat itu, seorang dokter datang, dan memberi salam.
"Selamat padi Dara, periksa dulu ya. Ayo masuk ke kamar." Dokter itu ingin menggendong Dara. Namun Dara tidak mau.
"Biarkan saya mengantarnya, Dok." Lalu Herlambang membawa masuk Dara. Saat hendak diturunkan, Dara tidak mau dan ingin tetap digendong Herlambang.
"Dara periksa dokter dulu ya. Kakek tunggu di sini, nanti gendong lagi." Setelah dibujuk, akhirnya Dara mau turun. Herlambang menunggu di dekat Dara. Dara selalu mengawasi Herlambang. Takut ditinggal. Dokter sambil memeriksa sambil tersenyum. Karmen yang ada di sana juga tersenyum.
Dia tahu Dara merindukan kakeknya. Jika tadi Herry menawari menggendong, pasti dia juga akan mau. Karmen merasa tidak enak dengan Herlambang.
"Paman, maaf sangat merepotkanmu." Kata Karmen.
"Tidak apa-apa, Karmen. Aku senang ada anak kecil yang mau sama aku. Berarti aku tidak menakutkan." Jawab Herlambang lalu tertawa ditahan.
"Baik, gadis kecil yang cantik. Sudah selesai. Besok boleh pulang, ya." Kata dokter
"Acih." Kata Dara berterimakasih.
"Besok nggak boleh makan sambal lagi, ya."
Dara mengangguk. Dokter tersenyum dan akhirnya pergi. Hanya ada Dara, Karmen dan Herlambang.
"Dara sama Bibi Karmen aja, ya. Kakek capek lo. Kasihan kakek." Kata Karmen.
Nafas Dara tiba-tiba berubah cepat, alisnya memerah, bibirnya bergerak-gerak. Dan saat itu juga tangisnya meledak. Sekeras-kerasnya Dara menangis. Dia ingat tadi kakek bilang mau menggendongnya lagi.
Dara yang sejak tadi merasa dibohongi, kini melampiaskan kekecewaannya. Dia benar-benar dibohongi. Galang masuk dan mencoba menggendongnya, namun Dara meronta.
"Kakek....!" Teriak Dara sambil terus menangis.
Herlambang lalu mengulurkan tangan dan menggendongnya. Dalam sekejap tangis Dara berhenti.
Mereka semua jadi tertawa geli. Galang sangat merasa tidak enak hati.
"Paman, maaf."
"Tidak apa-apa, Galang. Dia hanya anak-anak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Ymmers
ini kayak bukan kamar rawat inap vvip.. bayar mahal tapi kayak kamar kelas 3 ke bawah.
kamar vvip biasanya ada sofa, ada dapur kulkas tv dll.
fasilitas nya ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
ini kok pendamping tidur ga di dalam kamar?
kecuali pasien ICU baru deh pendamping d luar
2023-11-30
2