Tak lama setelah Anton dan Dara pergi, Galang, Rangga dan Karmen segera mendekat ke arah keluarga Herlambang. Galang menarik tangan Dila agar mengikutinya. Dila yang sedang berada dalam penderitaan karena terus mendengar ocehan wanita ibunya Robin akhirnya merasa senang.
"Siapa itu yang berani menarik tangan Dila? Aku masih bicara dengannya. Tunggu sampai kamu dihajar Robin!" Suara wanita itu sangat marah. Namun, Galang tak peduli.
Semua berjalan normal. Orang-orang masih berinteraksi satu sama lain. Sebelum akhirnya, "Dor..! Dor..!"
Dua letusan senapan memenuhi ruangan. Semua orang berteriak ketakutan. Mereka menjatuhkan diri di lantai dengan posisi tiarap. Tujuh orang masih tetap berdiri. Mereka mengenakan jas seperti layaknya pengusaha lainnya.
Herlambang yang berada di dekat Galang bertanya, "Apakah Dara diculik laki-laki itu?"
Galang menggeleng.
"Dia datang untuk memperingatkanku. Bahwa akan ada penyekapan di sini. Jadi dia membawa Dara pergi. Dia sebenarnya bisa menyelamatkan kita, tapi pasti ada korban. Mereka punya senapan mesin. Tunggu sampai Dara tidur, dia akan membereskan yang di luar ruangan ini."
"Baik, Dila. Kamu sudah pernah mengalami ini. Kamu akan baik-baik saja. Bibi, jangan bertindak gegabah. Tetaplah diam. Mereka memiliki senapan mesin. Kami akan menyelamatkan kalian semua." Galang menjelaskan.
"Dor!"
"Dengar, kalian semua saat ini sedang kami sandera. Jangan macam-macam. Jika bekerjasama, maka kalian tidak akan mati!" Kata seorang yang membawa pistol.
Sepertinya, dia adalah pemimpin penyekapan ini. Melihat hanya dia yang menggunakan pistol. Sementara 6 otang lainnya membawa senapan mesin laras panjang. Laki-laki yang membawa pistol juga sedang duduk di kursi sambil merokok, yang lainnya tampak mondar-mandir sambil menodongkan senjata.
Galang berbisik pada Rangga, "Paman belum bertindak?" Rangga menggeleng.
"Dengar!" Pria yang sedang duduk bicara lagi.
"Aku hanya ingin uang kalian! Jadi bekerjasamalah! Aku tahu siapa kalian semua! Jadi, kalian hanya butuh memberitahu sekretaris kalian untuk mentransfer uang ke kami! Satu pengusaha 2 miliar. Aku sudah hitung di sini ada 50 pengusaha. Jadi, harus genap 100 miliar!"
"Kalian juga harus tahu, hotel ini sudah dipenuhi oleh anak buahku, tidak akan bisa ada yang keluar dari sini sebelum uang masuk ke rekening kami!" Dengan nada mengancam, pria itu membuat takut semua orang. Saat itu, semua orang hanya berpikir untuk hidup.
Ada lagi yang berpikir, kalau tahu akan begini, tidak akan memenuhi undangan. Herlambang juga tidak habis pikir, dia hanya mengundang tidak lebih dari 30 orang, tapi yang datang ada ratusan orang.
Awalnya dia berpikir kalau itu adalah teman-teman Dila yang diundangnya. Tapi ternyata dia salah penilaian.
"Paman sudah bergerak!" Bisik Rangga.
"Tunggu aba-abaku!" Kata Galang. Galang lalu memanggil Kapten Herry.
"Kapten, bisakan menembak dua orang dengan cepat?" Tanya Galang. Kapten Herry mengangguk.
"Bidik dua orang yang menodongkan senjata, jangan beri kesempatan menembak, lalu kami bertiga akan bergerak. Tunggu aba-aba dariku."
Semua mengangguk. Kali ini mereka bertiga akan bertindak di hadapan semua orang. Dan ini adalah yang pertama kalinya.
****
Anton melihat Dara tertidur lelap, dia tahu, anak ini sangat lelah setelah beberapa jam menjadi polisi. Dia melihat wajah kelelahan Dara. Di matanya tampak ada genangan air yang tidak jatuh.
"Gadis kecil yang kuat! Nona Kecil, aku berjanji akan melindungimu dengan nyawaku!" Katanya sambil meletakan botol susu di samping Dara. Anton sengaja tak mematikan lampu, agar jika Dara bangun, dia bisa melihat susu di sampingnya.
Anton lalu berjalan menjauhi Dara, dengan hati-hati menutup pintu kamar dan berjalan ke pintu depan. Di tangannya terlihat sebuah pisau lipat yang berukuran kecil dan sebuah pisau komando. Setelah menutup pintu, dia lalu berjalan ke tangga dan turun ke lantai dasar. Dia sadar bahwa dia akan di cegat oleh kelompok para penyekap ketika nenggunakan lift. Jadi dia memilih menggunakan tangga.
Saat telah sampai di lantai dasar, di ujung tangga ada satu komplotan penculik yang sedang duduk sambil merokok. Dia tampaknya sedang lengah. Terlihat senjatanya terletak di punggung.
Untuk diketahui, Anton adalah seorang pria paruh baya yang bertubuh tinggi besar. Seharusnya, saat dia berjalan akan menimbulkan suara yang keras. Namun, gerakannya sama sekali tak ada suara. Itu disebabkan oleh gerak cepat Anton yang bagaikan angin, namun seringan kapas.
Anton tiba-tiba melempar pisau komando ke arah pria yang duduk di tangga.
Dalam sekali gerakan dan mengenai leher, pria itu roboh dan hendak jatuh, Anton dengan enteng melompat ke arahnya, menangkap pria itu tanpa mengeluarkan suara dan langsung menyeretnya ke toilet di samping tangga.
Saat itu tidak ada seorang pun petugas layanan hotel di lobi, karena mereka semua dikurung di ruang kantor keamanan oleh komplotan. Jadi, baik satpam maupun pegawai semua berada di ruang kantor keamanan.
Di tangan Anton kini ada senapan mesin otomatis laras panjang. Anton memperkirakan setidaknya ada 5 orang tersisa setelah dia berhasil membunuh satu orang.
Dengan tenang, Anton keluar dari toilet. Lima orang yang sedang terlihat santai itu kaget, mereka berusaha mengambil senapan di punggung, namun telat. Saat itu Anton sudah melepaskan tembakan ke arah mereka. Dalam waktu kurang dari satu menit, mereka sudah tak bernyawa.
Anton memeriksa satu per satu. Namun mereka sudah tak bernyawa. Lalu dia mengambil kunci kantor petugas keamanan di salah satu mayat, berjalan ke kantor itu dan membuka pintu.
Mereka yang dikurung merasa lega. Anton meminta mereka menelepon polisi. Lalu dia kembali ke kamar Dara.
Dia membuka pintu dan terkejut, saat itu Dara sedang duduk di sofa dan tersenyum ketika melihat Anton datang. Di tangannya dia memegang botol susu. Anton jadi merasa bersalah.
"Cucu kakek sudah bangun, ya? Maaf kakek tadi pergi sebentar." Hanya itu yang diucapkan Anton. Dia lalu melihat dara menggerakkan tangan mungilnya dan menepuk-nepuk sofa di sampingnya duduk. Anton paham, dia pasti menyuruhnya duduk.
Setelah Anton duduk, dara lalu merebahkan badan dan menyandarkan kepalanya di paha Anton. Kini Dara berbaring sambil minum susu. Anton kembali larut dalam pikirannya. Dia kemudian membayangkan betapa berat perjalanan Galang dan putri kecilnya ini.
Galang sangat peduli terhadap sesama. Anton berulang kali mengingatkannya untuk meninggalkan Dara di tempat ayah angkatnya. Namun Galang bersikeras untuk membawanya. Ini bukan perjalanan yang biasa. Kalau hanya mengahadapi penjahat seperti ini, ini tidak ada apa-apanya. Tapi....
"Kakek! Air!" Dara berseru soal air, dia menunjuk ke dahinya. Anton segera sadar. Bahwa dia menangis.
"Oh, mungkin rumah ini bocor ya. Ayah nanti biar membetulkan atapnya, ya." Kata Anton lembut. Dara hanya mengangguk pelan. Dia menangis? Baru kali ini dia menangis.
"Apakah aku semakin lemah? Gerakanku tampaknya agak melambat. Mungkin aku semakin tua." Katanya dalam hati. Lalu dia tersenyum pada Dara. Dara ikut tersenyum dan memegang tangan Anton. Mata yang sebening kristal itu menatap Anton. Dia tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Anton.
Perjalanan Dara akan semakin sulit kedepannya. Dara tidak tahu akan hal itu. Namun Anton tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments