Herlambang sudah menyiapkan uang tunai yang diminta oleh para penculik. Dia hanya menunggu instruksi selanjutnya. Sementara istrinya tidak akan ragu-ragu lagi. Mereka akan membawa mobil box berisi uang 100 miliar. Itu adalah permintaan dari para penculik.
Saat itu, Reno juga berada di sana. "Paman, apa kamu yakin?" Tanya Reno.
Herlambang tak menjawab. Itu pertanyaan yang sangat bodoh baginya. Reno menyadari itu. Tapi, Herlambang sudah menarik semua uang perusahaan hanya untuk uang tebusan. Itu sama saja membuat perusahaan bangkrut.
Herlambang tak peduli dengan perusahaannya. Jelas besok perusahaan sudah bisa dinyatakan pailit. Mungkin itu tujuan para penculik yang dia pedulikan adalah Dila. Anak perempuannya.
"Apakah Danny akan ikut kalian?" Tanya Reno. Danny yang ada di sana menjawab tidak. Para penculik tak mengizinkannya.
Reno semakin kebingungan. Jika perusahaan bangkrut, maka kariernya di sini jelas sudah tamat. Tak bisa dengan mudah mendapat pekerjaan seperti posisi sekarang.
Bahkan Reno tak pernah memikirkan keselamatan Dila. Dia hanya peduli pada jabatannya. Reno yang merupakan anak dari adiknya Herlambang memang punya posisi bagus di perusahaan Herlambang. Dia dipercaya sebagai direktur di departemen HRD. Kini, dia tidak bisa lagi bermimpi.
Herlambang masih terus menunggu di dekat telepon. Dia menunggu instruksi dari para penculik. Dia sangat tidak sabar. Dia ingin cepat anaknya diselamatkan.
*****
"Karmen, jam 7 nanti malam, kamu antar kami di jembatan di sebelah sana jalan masuk itu. Kamu tidak perlu berhenti, hanya memperlambat mobil dan kami akan melompat." Kata Galang.
"Setelah itu, kamu terus saja. Jangan berputar di lampu merah, aku takut jika mereka juga mengawasi lampu merah di sana. Kamu maju, sekitar 100 meter ada pom bensin, isi minyak di situ lalu kau kembalilah ke hotel."
"Kalau Dara tidur, kita bisa meninggalkannya di hotel, kalau dia tidak tidur, seperti biasa kita akan mengajaknya."
"Rangga, gunakan kecepatanmu untuk melumpuhkan penculik yang ada di depan rumah tua." Galang menghentikan ucapannya.
"Mereka kemungkinan akan beraksi tengah malam. Aku sudah menyelidikinya. Keluarga korban sudah mempersiapkan uangnya. Kita punya waktu dua jam sebelum mereka berangkat." Kata Rangga.
"Karmen, apa kamu siap?" Tanya Galang.
"Siap, bos!" Jawab Karmen.
"Siap, bos!" Dara menirukan ucapan Karmen. Dia ternyata ada di belakang mereka. Menguping.
"Mik cucu!" Kata Dara selanjutnya. Karmen langsung bergegas ke dapur. Dara mengikutinya. Lalu Karmen membuatkan susu untuk Dara. Memberikan padanya dan menggendongnya. Dara mencium Karmen. Lalu mengucapkan terimakasih.
"Paman, Ayah!" Dara memamerkan susu dalam botol yang masih penuh. Dua pria langsung tersenyum. "Mik cucu!" Suara Galang dan Rangga bersamaan. Dara terkekeh.
"Rangga, apa kamu siap?" Tanya Galang.
Rangga lalu berdiri tegap. Menghadap ke arah Dara dan memberi hormat, "Siap, Bos!"
Dara meminta turun, lalu dia berdiri menirukan gerakan Rangga, "Ciap, Bos!"
Semua tertawa. Kini giliran Rangga berlari ke arah Dara yang masih berdiri sambil minum susu, lalu rangga menggendongnya.
Rangga menciumnya.
"Cantiknya, tapi belum mandi, kan? Kalau sudah mandi nanti tambah cantik, ya?"
Dara menganggukkan kepala. Lucu.
Mereka kini sedang bercanda dengan Dara. Dara sangat senang dan bahagia.
Waktu terus berjalan. Saat itu jam 6 menjelang malam, Galang dan Rangga telah siap. Mereka masing-masing membawa tas punggung berisi peralatan yang akan mereka pakai untuk menyelamatkan orang. Karmen dan Dara juga telah siap.
Dari sore dibujuk untuk tidur tetapi Dara tidak mau tidur, malah dia sama sekali tidak ngantuk. Dia kan memang tadi dengar, kalau tidur tidak akan diajak. Kali ini, Dara akan duduk di kursi depan. Kursi Dara sendiri sudah dipasang sore tadi oleh Rangga. Jadi, Dara sudah siap duduk di depan menemani Karmen.
Sebelum berangkat, Karmen menyalakan radio. Saat itu radio sedang menyiarkan kejadian ledakan bom di beberapa tempat.
*****
Kapten Herry sangat pusing. Dia tahu ini adalah pengalihan isu. Namun, ini memang sungguh terjadi dan memakan korban jiwa.
Polisi dalam tekanan. Di satu sisi, mereka harus menyelamatkan kepentingan umum, sementara di sisi lain, mereka mengabaikan keluarga Herlambang. Namun jika mereka berada di sana, itu juga membahayakan Dila dan lainnya.
"Ini laporan korban jiwa, Kapten!" Seorang polisi menyerahkan data korban jiwa. Kapten Herry sangat terpukul dengan semua itu.
Dia mengertakan gigi. Tangannya terkepal. Dia sangat emosional saat ini. "Aku akan membunuh mereka!" Teriaknya.
Semua petugas di kantor itu melihatnya sangat emosi dan marah. Tidak ada yang bersuara. Mereka semua juga sebenarnya sangat marah atas kejadian inii.
Kapten Herry sebenarnya sudah menyewa hacker untuk melacak keberadaan benda apapun yang mencurigakan dari penculik, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda berhasil.
Akhirnya dia pasrah. Sementara, dua orang hacker masih saja terus berusaha mencari perangkat lunak yang digunakan oleh para penculik. Mereka sudah dua hari bekerja dan belum menemukan titik terang.
*****
Jam 7 kurang 10 menit, mereka hampir sampai di jembatan yang disebutkan Galang. Dara sedang bernyanyi, entah lagu apa yang dinyanyikan olehnya tak jelas. Saat itu, terdengar suara Dara, "Mik cucuaa... Mik cucuaaaa....!" Galang mengambil botol susu, lalu menyerahkannya pada Dara. Namun ditolaknya. Galang sangat heran.
"Dia sedang menyanyi." Kata Karmen.
Tiba di jembatan, Karmen memperlambat laju kendaraan, dia lalu menurunkan kaca jendela pintu sebelah kiri. Galang melompat seperti terbang, lalu disusul Rangga.
Detik berikutnya, mereka sudah berada di hutan. Gerakan mereka secepat kilat. Berlari seperti angin dan tak menimbulkan suara berisik.
Saat memasuki hutan, mereka sayup-sayup mendengar suara genset. Letaknya mungkin jauh di tengah hutan, itulah listrik yang mereka gunakan sehari-hari.
"Setelah aba-abaku, kamu cabut kabelnya, dan aku akan beraksi!" Kata Galang saat dalam perjalanan di tepi sungai di bagian belakang rumah tua.
"Mengerti, bos. Kita tak akan mengecewakan Dara!" Jawab Rangga.
Dalam beberapa menit, mereka telah sampai di sungai di kiri rumah tua. Rumah itu sangat gelap dan mencekam. Rangga berkelebat ke arah depan rumah. Matanya yang tajam melihat ada tiga orang berjaga di depan.
Suara burung hantu malam bisa dimanfaatkan. Dalam sekejap, Rangga berhasil melumpuhkan tiga penjaga hanya dalam waktu beberapa detik saja. Lalu Rangga dengan entengnya membawa ketiga orang itu ke sungai. Jauh dari rumah itu, sebelumnya, dia bersiul layaknya burung hantu untuk memberi kode pada Galang.
Galang yang sudah berada di atap kemudian beraksi. Dia mengintai ke dalam, ada tiga orang berada di ruang peralatan, termasuk seorang pemuda. Di sana dia sedang memantau pergerakan di kota. Galang melihat pemuda itu memegang sebuah benda yang mirip remote control. Tapi, benda itu lebih lebar dan memiliki banyak tombol.
"Jadi aku harus memotong tangannya agar dia tidak sempat nenekan tombol. Aku akan memotong tangannya." Gumamnya.
Lalu Galang menekan tombol kode yang terhubung dengan sebuah benda milik Rangga. Tiba-tiba listrik mati. Pada saat bersamaan dengan listrik mati, Galang bergerak turun secepat kilat dan memotong tangan pemuda itu.
"Argh!" Pemuda itu menjerit memegangi tangannya yang telah putus. Galang mengambil remote control dan memasukkan ke dalam tas.
Lalu dengan gerak cepat, dia sudah membuat pingsan para penculik. Saat itu, listrik kembali menyala. Terlihat hanya tinggal pemuda itu yang tidak pingsan dan wajahnya sangat ketakutan.
Saat itu Rangga masuk, mengikat kaki dan tangan semua orang, membungkus luka pada tangan yang dipotong.
"Siapa kamu?" Tanya pemuda itu.
"Aku adalah malaikat kematian, kalian beruntung. Belum waktunya kalian mati! Tapi kalian aka segera mati!" Jawab Rangga.
Galang yang berada di lantai dua, mengikat dua orang penculik dalam kamar yang mengurung Dila, lalu segera melepas ikatan Dila dan membopongnya turun.
"Buat dia pingsan, ambil semua peralatan dan kita pergi!" Kata Galang.
Dengan sekali gerakan, pemuda itu dibuat pingsan oleh Rangga lalu tangannya diikat ke tangan penculik lain. Tidak lupa kaki orang itu juga diikat. Rangga mengambil semua ponsel dan laptop, kunci mobil dan semua senjata api dan senjata tajam.
Dila yang melihat semua ini antara terkejut dan senang. Dia sudah diselamatkan. Dila menangis. Tapi kali ini adalah tangisan bahagia. Di dalam mobil, Rangga dan Galang saling pandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments