Super Rich Adventurer
"Karmen, kalau memang kamu tidak ingin ikut, sebaiknya pulang saja. Ini adalah jalanku dan Dara. Kami tidak ingin merepotkanmu." Galang menghela nafas.
"Sampai sejauh ini, aku sudah senang kamu menemani aku dan Dara. Rangga pun demikian. Aku tidak akan memaksa kalian."
"Kamu diamlah!" Jawab Karmen ketus.
"Diamlah!" Dara menirukan ucapan Karmen. Dia lalu menoleh ke Ayahnya yang duduk di sampingnya dipangkuan Karmen. Sementara, Rangga sedang menyetir mobil.
Galang pura-pura tak melihat Dara. Lalu tiba-tiba tangan Dara memukul wajah Galang. "Plak!"
Galang masih pura-pura tak melihat. Tampak mulut Dara bergerak-gerak. Dia tidak ingin Ayah marah pada Bibi Karmen. Dara marah pada Ayahnya dan membela Karmen. "Ayah nakal!"
Detik berikutnya, Dara telah menangis sekeras-kerasnya. Dia ingin Ayahnya minta maaf pada Karmen. Dia tidak akan diam kalau Ayah belum minta maaf.
Galang mencoba memindahkan Dara ke pangkuannya, namun Dara meronta. Dia tidak mau dan malah memeluk Karmen dengan erat. Karmen tersenyum, "Ayah bukan marah, sayang." Suara Karmen berusaha menenangkan Dara. Namun Dara tak percaya. Dia dengan sendiri kalau Ayahnya menyuruh Bibi Karmen pulang. Dia tak terima.
"Karmen, aku minta maaf ya. Aku tidak akan nyuruh kamu pulang lagi." Ucap Galang sambil mengerling pada Karmen.
Tiba-tiba tangis Dara berhenti. Dia ingin melihat reaksi Bibi Karmen. Dara memundurkan badannya, lalu melihat Karmen. Karmen tersenyum. Dara juga tersenyum, bahkan tertawa. Semua lantas ikut tertawa.
Melihat semua tertawa, Dara justru bingung. Namun saat itu dia yang memeluk Karmen tampak menguap. Beberapa saat kemudian, dia telah tertidur. Kelihatannya memang sangat ngantuk.
"Sampai kota di depan, kita berhenti. Kita menginap di sana." Ujar Galang. Rangga mengangguk. Sementara Karmen pura-pura tidur.
*******
Dila masih tak percaya apa yang dilihatnya. Ia sama sekali tak menyangka jika harus berurusan dengan pria-pria yang tiba-tiba berada di dekat mobilnya ketika ia akan membuka pintu mobil. Dila merasa bahwa tidak akan ada kesempatan untuk lari.
Setidaknya ada empat pria yang mengurung gerak Dila. Mereka seperti hendak menelan mentah-mentah tubuhnya yang memang bagus. Dila mengenakan kemeja putih dipadu dengan rok warna hitam pendek di atas lutut yang semakin membuatnya menjadi sasaran empuk mata para pria yang memandangnya.
"Kalian mau apa?" Tanya Dila setengah berteriak. "Aku salah apa?" Lanjutnya sambil memelas.
"Kamu tahu, dulu ayahmu lah yang telah membuat kami menjadi seperti ini. Ayahmu telah mencampakkan kami dan tak memberikan apapun. Kau akan kami bawa kepada bos untuk mendapat tebusan yang mahal dari ayahmu. Hahahaha!" Kata salah seorang pria yang menjadi pemimpin pria lainnya. Dan dengan aba-aba darinya, pria di belakang Dila membekap mulut Dila dengan saputangan yang sudah diberi obat bius.
Lalu, Dila dimasukkan ke dalam mobil van, mobil meluncur dan akhirnya sudah menghilang dari pandangan.
******
"Paman, kenapa Dila belum datang?" Tiba-tiba Reno membuka pintu kantor Herlambang. "Dia sudah ditunggu. Hari ini ada pembicaraan mengenai kontrak kerja periklanan. Sudah setengah jam tidak satang-datang."
"Tadi dia pamit mengambil dokumen di mobil yang tertinggal. Coba kamu ke sana." Kata Herlambang.
"Baik, Paman. Aku akan melihatnya." Reno lalu bergegas turun. Saat sampai di basement, Reno terkejut mendapati petugas parkir tergeletak. Tak ada orang di sana. Reno lalu mencari mobil Dila. Agak kesulitan, namun beberapa menit kemudian dia menemukan mobil Dila dalam keadaan terbuka dan ketika memeriksa ke dalam, Reno hanya menemukan dokumen di tas map folio. Dia juga menemukan kunci mobil Dila di lantai mobil.
"Kemana dia?" Gumamnya.
Reno bergegas ke atas menemui Herlambang setelah menghubungi Departemen Keamanan.
Dengan nafas terengah-engah, Reno memasuki ruang kantor Herlambang, "Paman, Dia hilang! Petugas parkir pingsan. Mobilnya terbuka dan ini dokumen serta kunci mobilnya!"
Mendengar ucapan Reno, Herlambang tersentak. Pikirannya mulai kacau. Jangan-jangan diculik? Memikirkan ini, Herlambang merasa ngeri. Kini dia hanya bisa menebak. Saat itu, polisi datang setelah menerima laporan dari pihak keamanan mengenai insiden petugas parkir yang pingsan.
"Pak, ada masalah lain?" Tanya Kapten Polisi pada Herlambang. "Tidak mungkin mereka hanya membuat pingsan petugas parkir."
"Dila hilang, Kapten." Jawab Herlambang dengan nada berat. Kapten Herry paham. Ini penculikan.
Tiba-tiba telepon berdering. Herlambang, Herry dan Reno saling pandang. Herry mengangguk ke arah Herlambang.
"Halo!" Sapa Herlambang.
"Putrimu ada di tanganku, jangan lapor polisi! Kamu segera pulang, aku akan menghubungi lagi nanti!" Terdengar suara dari seberang telepon. Lalu, "Click!" Telepon ditutup.
Herlambang segera meninggalkan kantor setelah menyerahkan urusan kantor pada asistennya. Dia benar-benar sangat terpukul. Dia menerka-nerka siapa yang melakukan ini?
******
Mobil yang membawa Dila sedang dalam perjalanan keluar kota menuju sebuah gedung tua dekat sungai. Saat itu, Dila yang awalnya dibius dan pingsan kini sudah bangun dan meronta membuat keributan dalam mobil minivan.
Dila sama sekali tidak menyerah dan terus meronta. Sebisa mungkin dia ingin melepaskan diri dari mobil itu. Dalam hatinya, walau dengan rasa putus asa, Dila masih punya harapan, siapa tahu ada yang melihatnya dan berusaha menolong.
"Lepaskan aku huhuhu...!" Seru Dila.
"Hahahaha, percuma kamu meronta! Kamu tak akan bisa kemana-mana. Lebih baik kamu patuh, dan itu tidak akan menyakitkan. Setelah mendapat uang dari ayahmu, kamu baru kami lepas!" Kata salah seorang pria.
"Bos, jangan dilepas begitu saja dong. Aku mau dia, bos!"
"Plak!" Sebuah tamparan keras mengenai muka seseorang. "Kamu kira hanya kamu yang mau? Aku juga mau!" Seru pria yang dipanggil bos.
"Tidaaaaaak...!!" Dila terus saja meronta, berteriak dan menjerit.
******
Saat itu, masih pagi, Galang kebetulan sedang berhenti di pinggir jalan untuk menganti ban yang bocor. Rangga sudah selesai menganti ban yang bocor dengan ban serep. Sementara Galang juga membantunya. Karmen terlihat mengendong Dara yang sedang tidur.
Tiba-tiba sebuah mobil dari arah berlawanan datang dengan kecepatan tinggi. Terdengar teriakan seorang wanita di dalamnya. Wanita itu menjerit-jerit, namun tak jelas. Dara juga terbangun karena suara mobil itu mengejutkannya.
"Bibi!" Dara memanggil Karmen lalu melihat wajahnya. Berharap mendapat penjelasan apa yang sedang terjadi. Karen tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, Sayang. Tidur lagi, ya." Lalu Karmen mengusap-usap kepala Dara.
"Mik cucu!" Kata Dara. Lalu Karmen mengambil botol berisi susu dalam tasnya.
"Masuk mobil!" Tiba-tiba Elang memberi perintah agar memasuki mobil, lalu dia berinisiatif menyetir. Mobil berputar dan melaju kencang mengikuti mobil minivan.
Dara tak peduli, dia meminum susu sambil dipeluk Karmen.
"Kamu? Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Karmen. Galang tak menjawab pertanyaan Karmen.
"Ayah!" Dara memanggil.
Maksud Dara adalah, Ayahnya harus menjawab pertanyaan Bibi Karmen.
"Kita akan selamatkan orang!" Jawab Galang.
Dara menatap Karmen. Dia melihat Karmen seperti tak senang.
"Ayah!" Dara ingin memberitahu Ayahnya lagi kalau Bibi Karmen tak senang dengan jawaban ayahnya.
"Iya, aku paham. Tapi, kita ini tim, kita sudah melewati berbagai rintangan bersama. Menyelamatkan orang yang tidak berdaya sudah sering kita lakukan. Jadi kita akan terus menyelamatkan orang yang tertindas." Kata Galang lagi.
Dara melihat wajah Karmen lagi. Walaupun dia tidak paham apa yang diucapkan Ayahnya, dia ingin melihat ekspresi Karmen
Karmen tersenyum. Mereka memang seperti sebuah tim sosial dan kemanusiaan. Menyelamatkan banyak orang dalam petualangan mereka menuntut keadilan.
Dara akhirnya tertawa, dia mencium Karmen. Karmen menyadari, Dara sangat menyayangi Karmen. Terbukti, tiap kali berdebat dengan Galang, Dara selalu membelanya. Bahkan, ketika Galang enggan menjawab pertanyaan Karmen, maka Dara akan memaksa Galang untuk menjawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Elzi Lamoz
penculik...!!
2024-02-22
0
Ryaici Saristi
mampir bentr
2024-02-20
0
Gus
siap!
2023-10-05
1