Dari Kota PS,Galang, Dara, Karmen, Rangga dan Anton akhirnya meninggalkan keluarga Herlambang. Galang menerima saham semua perusahaan Herlambang sebanyak 5 %. Hal itu sudah biasa bagi Galang. Dia sering mendapat itu di setiap perjalanannya.
Kali ini Anton ikut bersama mereka dalam perjalanan. Mereka menuju Ibukota Provinsi Timur. Itu adalah Kota S. Sebuah kota megapolitan yang sangat besar di pesisir laut. Banyak industri besar yang ada di kota ini. Dan Kota S merupakan kota tersibuk kedua setelah ibukota..
"Lang, ada perusahaan atas namamu di kota S. Itu Adalah perusahaan kesepuluh atas namamu. Sebaiknya kita kesana. Perusahaan itu menguasai 30 persen pasar di kota S. Bergerak di bidang industri perkapalan dan berbagai industri lainnya seperti konstruksi dan suku cadang otomotif. Beberapa lainnya paman lupa." Anton membuka suara.
Baik Galang, Rangga dan Karmen terkejut. Terutama Galang.
"Perusahaan kesepuluh? Maksud paman, itu perusahaanku?' Tanya Galang penasaran.
"Ya!" Jawab Anton singkat. "Sebenarnya ini alasan Paman ikut dalam perjalananmu kali ini. Beberapa perusahaan banyanya dikuasai oleh mafia. Bahkan mereka meminta upeti yang sangat tinggi pada beberapa perusahaanmu." Lanjutnya.
"Ini tidak sederhana. Ada campur tangan dari berbagai kalangan. Jadi kita harus hati-hati." Antan menghela nafas panjang.
"Apa rencana, Paman?" Tanya Galang menyelidik.
"Kita akan menemui seseorang. Usahakan ini tidak mencolok. Karen kalau bocor, kita dalam masalah besar. Aku akan menghubungi Jatmiko untuk meminta bantuan jika sewaktu-waktu terjadi masalah." Anton terlihat kuatir. Apalagi ada Dara bersama mereka. Itu akan semakin rumit.
"Baiklah, Paman atur saja. Sebenarnya aku tidak membutuhkan perusahaan-perusahaan itu." Kata Galang setelah tahu semuanya.
"Itu akan sangat berguna bagimu kelak. Kamu harus kuat sebelum sampai ke ibukota." Anton memperingatkan.
"Baiklah, Paman." Jawab Galang acuh tak acuh.
Anton menyuruh Rangga untuk berbelok ke sebuah restoran. Mereka akhirnya berhenti untuk makan siang setelah perjalanan selama hampir satu jam. Dara masih tidur saat ini. Mereka semua keluar dari mobil dan berjalan ke dalam restoran. Karmen menggendong Dara yang masih tidur.
Seorang pelayan datang menghampiri mereka. Dengan penuh hormat kemudian berkata, "Maaf, Tuan-Tuan, semua meja telah dipesan.Jadi tidak ada tempat kosong."
Mendengar itu, Anton tersenyum. Dia dan lainnya hanya ingin makan saja. Tidak mau memesan meja.
"Kami hanya ingin makan, soal meja terserah kalian saja. Kami bisa makan tanpa meja. atau di meja. Sediakan saja pesanan kami. Kami bisa menggelar tikar di halaman." Anton kemudian menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu. Kami akan segera menghidangkan pesanan, Tuan-Tuan." Lalu pelayan itu pergi ke belakang.
Rangga yang memahami hal itu kemudian mengambil tikar dari bagasi mobil. Mencari tempat yang nyaman dan menggelar tikar. Tiba-tiba sorang satpam menghampirinya,Maaf, tidak boleh menggelar tikar di sini. Ini kawasan elit dan tidak boleh ada yang merusak pemandangan."
Mendengar itu, Rangga kebingungan. Tidak tahu l;agi harus berbuat apa. Anton yang sudah berada di tempat itu bersama Karmen, Galang dan Dara kemudian bertanya, " Memangnya siapa yang memesan tempat ini? Kenapa sampai orang lain yang mau makan saja dipersulit?"
Satpam lalu menoleh ke arah Anton. Pandangannya menyelidik. "Tuan Jatmiko dan rombongannya. Mereka adalah bos sebuah perusahaan terkenal di Kota S. Apakah kalian belum pernah mendengarnya?" Kata Satpam dengan heran. Bagaimana mungkin Tuan Jatmiko yang sangat terkenal itu sampai orang-orang ini tidak tahu?
"Jatmiko? Hmmmm, sehebat apa dia? Biar aku yang bicara padanya." Anton menanggapi dengan nada acuh. Dia tersenyum masam ketika mendengar nama Jatmiko.
"Jangan sembarangan, kalau bertemu orangnya, kamu akan gemetar. Kali ini Tuan Jatmiko menjamu Bos Mafia kota S yaitu Tuan Rocky. TUan Jatmiko saja tunduk padanya. Kalian ini tidak ada apa-apanya." Kata satpam selanjutnya.
"Wah, kamu ini terlalu banyak bicara. Kenapa hanya jadi satpam? seharusnya kamu bisa jadi penyiar radio atau komentator sepakbola." Anton yang jengkel kemudian berkata dengan kesal.
Satpam terlihat marah dengan perkataan Anton. Tidak disangka dia malah diremehkan oleh orang tua itu.
"Jangan sembarangan bicara, Tuan. Aku sedikit kenal dengan Tuan Jatmiko. Aku akan mengadukanmu nanti dan kamu akan tahu akibatnya." Satpam mulai mengancam.
"Ya.. Ya.. Ya, terserah saja. Sebaiknya memang kamu adukan saja. Aku ingin tahu orang apa si Jatmiko itu." Jawab Anton kemudian mengajak mereka semua pindah tempat.
Saat itu, puluhan mobil.mewah memasuki halaman parkir restoran. Puluhan laki-laki berbaju hitam turun. Tampaknya mereka adalah pengawal dari orang bernama Jatmiko. Anton dan lainnya tidak peduli.
Satpam yang masih terbengong karena ditinggal rombongan Anton kemudian berlari ke arah rombongan orang-orang yang baru saja datang. Namun, oleh para pengawal, dia diusir.
Saat itu Anton dan lainnya akhirnya menggelar tikar di samping restoran. Pelayan datang menyuguhkan pesanan mereka, lalu mereka pun makan.
Sementara, dari sebuah mobil, seorang berumur limapuluhan tahun keluar dengan pakaian lengkap, jas dan dasi. Rambutnya yang kelimis disisir rapi. Badanya tinggi besar dan berotot.
Para pengawal membetuk barisan dan membuka jalan di bagian tengah. Seorang pengawal yang membawa payung kemudian berjala di belakangnya mengikuti pria itu dan baru berhenti dan menutup payung setelah pria itu sampai di restoran.
Anton dan lainnya tak melihat pemandangan itu karena terhalang oleh dinding restoran.
Tiba-tiba ponsel pria itu berdering. Pria itu buru-buru menjawab telepon.
"Halo, hari ini Tuan Rocky berhalangan dan tidal bisa hadir. Beliau akan mengabari kembali nanti." Terdengar suara di serengan telepon. Lalu telepon dimatikan.
Pria itu lantas membanting ponselnya dengan marah.
"Kurang ajar, bisa-bisanya dia membatalkan pertemuan penting ini! Kalau bukan karena mereka kuat, aku sudah menghajar mereka sejak dulu." Dengan marah, Jatmiko meluapkan kekesalannya. Sebuah kursi ditendangnya hingga hancur.
Suara yang sangat keras itu mengejutkan semua orang. Dara yang mendengar itu dan kaget, lantas menangis dan memeluk Karmen. "Tidak apa-apa, sayang. Itu cuma mainan." Kata Karmen mereda kekagetan Dara.
Mendengar suara anak kecil menangis, Pria besar itu makin marah. Dia sudah memerintahkan agar restoran tidak menerima tamu lainnya. Lalu dia menyuruh pengawalnya ke arah suara anak menangis.
"Cepat usir mereka!" Bentaknya.
Mendengar itu, beberapa pengawal berlari ke arah samping dan mendapati Antong dan lainnya sedang makan.
"Suruh diam anak itu! Bos kami sedang marah! Jangan sampai membuat kalian semua celaka!" Seorang pengawal berkata dengan keras. Tentu saja Dara langsung terdiam karena takut.
Rangga berdiri. Dia memperhatikan para pengawal itu, lalu melihat ke arah Galang.
"Apakah aku harus bertindak pada mereka?" Tanya Ranga. Tangannya mengepal dan dia sangat marah karena telah membuat Nona Kecilnya ketakutan.
Galang menggeleng. Lalu matanya melihat ke arah Dara. "Ada Dara." Jawab Galang santai.
"Kamu mau melawan kami? Jangan mimpi! Kami akan mencincang tubuhmu menjadi makanan anjing!" Salah seorang pengawal sangat marah melihat Rangga yang sok berani.
Anton yang saat itu sedang makan menjadi tidak fokus. Dia kemudia berdiri.
"Sudah-sudah. Kalian anak-anak muda, tidak bisakah bicara dengan pelan? Kalian sudah membuat cucuku takut. Jangan sampai nanti aku marah dan membuat kalian tidak bisa pulang." Anton bicara sambil tersenyum. Nada suaranya biasa saja, namun sangat mengejutkan para pengawal itu.
"Hei, orang tua! Siapa kamu? Kamu belum tahu siapa Tuan kami?" Pengawal bertanya sambil melotot ke arah Anton.
"Siapa tuamu? Aku sama sekali tidak peduli. Memangnya dia siapa? Jika berani mengganggu cucuku, bahkan setan pun akan aku buat menangis darah!" Nada suara Anton mulai marah.
Dia menahannya dan tidak ingin ada keributan.
"Ayo kita pergi, Paman!" Gang membuka suara.
Mereka semua berdiri. Berjalan ke arah depan restoran. Namun dihalangi oleh para pengawal.
"Minggir!" Seru Rangga. Dengan gerak cepat, tangannya sudah memegah leher seorang pengawal.
Karmen yang menggendong Dara, membenamkan wajah Dara di dadanya agar tidak melihat yang terjadi.
Pengawal yang dipegang lehernya oleh Rangga terlihat terengah-engah. Dia berusaha melepaskan tangan Rangga, namun tangan itu sangat kuat.
Lalu Rangga melempar orang itu dan mengenai pengawal lainnya. Para pengawal itu jatuh tertimpa orang.
Saat itu, pria besar sudah berada di sana. Satpam yang tadi memperingatkan Anton juga sudah datang dengan beberapa satpam lainnya.
"Siapa yang berani membuat keributan di wilayahku?" Teriak pria besar itu.
"Aku!" Jawab Anton.
Pria besar melihat ke arah Anton yang berada di belakang Galang. Seketika wajahnya pucat. Dia sangat ketakutan. Seperti melihat malaikat maut yang hendak mencabut nyawanya.
"Tuan Anton?" Seketika dia berlutut. Orang-orang yang melihat itu menjadi terkejut. Seorang bos besar yang sangat disegani di kota S berlutut pada seseorang yang terlihat bukan apa-apa?
Satpam yang tadi mengancam Anton sangat ketakutan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Siapa tahu ada polisi dan dia ingin dipenjara saja ketimbang mati oleh orang itu.
"Jatmiko. Apa kabarmu?" Tanya Anton pelan.
"Ba.. Baik, Tuan. Ampuni saya yang tida sopan."
Jatmiko lalu menoleh ke para pengawalnya. "Apa yang kalian lakukan? Cepat berlutut kalu tidak ingin mati!" Teriak Jatmiko.
Seketika puluhan pengawal berlutut dengan ketakutan. Satpam juga ikut berlutut. Para pelayan yang melihat kejadian itu juga ikut berlutut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Dream Sky
Tulisannya rapi enak di baca semangat
2023-08-07
4