"Halo, Kapten! Apakah semua bom sudah ditemukan?" Tanya Galang saat menelepon. Yang ditelepon adalah Kapten Herry.
"Ya, sudah!" Jawab Herry.
"Sekarang bawa anak buahmu ke selatan kota, ke rumah tua bekas markas polisi kehutanan. Penculik telah dilumpuhkan!" Kata Elang lagi.
"Siapa ini?!" Tanya Herry.
"Jangan banyak tanya. Apa kamu ingin mereka sadar dan kabur? Semua barang bukti ada di mobil terparkir di selatan kota di pinggir jalan!" Suara Elang tampak tidak senang.
"Baik.. Baik!" Jawab Herry. Lalu Galang menutup telepon.
Saat itu Karmen dan Dara sudah menunggu mereka. Galang memindahkan Dila ke mobilnya dan mobil melaju menuju rumah sakit. Saat itu jam 8 malam.
"Berikan nomor telepon rumahmu!" Galang lalu menyodorkan telepon genggam ke Dila. Dila lalu mengetik nomor telepon rumahnya.
Terdengar suara memanggil. "Halo, apa yang harus aku lakukan?" Suara di seberang telepon tampak panik.
"Anak Anda sudah saya selamatkan, saya akan membawanya ke rumah sakit. Telepon polisi untuk mengamankan rumah, lalu datang ke rumah sakit!" Galang mematikan telepon.
Tiba di rumah sakit, Galang lalu menggendong Dila ke IGD. Dia memberi penjelasan ke petugas. Petugas mengerti dan langsung membawa Dila untuk segera ditangani.
Setelah kembali ke mobil, Galang lalu mengajak mereka makan malam. Tangannya menyentuh lengan Dara yang duduk di samping Karmen yang sedang mengemudi.
"Kita makan malam!" Kata Galang.
"Ayam goleng!" Seru Dara.
"Paman mau bebek goreng!" Seru Rangga.
"Bibi juga bebek goreng!" Seru Karmen.
"Ayah juga bebek goreng!" Terakhir Galang juga berkata bahwa dia mau bebek goreng.
Dara langsung cemberut. Tidak ada yang mau ayam goreng. Lalu mulut Dara bergerak-gerak. Matanya berkaca-kaca detik berikutnya dia sudah menangis sekeras-kerasnya. Dia tidak terima.
"Iya, kita akan makan ayam goreng. Bibi Karmen dan Paman Rangga hanya bercanda." Galang dengan lembut memberi keputusan.
"Mik cucu!" Kata Dara. Galang mengambil botol susu dara. Lalu memberikan padanya.
Dara menerima botol itu dengan kasar. Dia masih marah. Namun tangisnya sudah reda. Mereka semua tersenyum melihat tingkah Dara. Namun Karmen justru menitikkan air mata. Lalu menyekanya dengan tisu.
Sampai di sebuah kedai makan di pinggir jalan, mereka berhenti. Kedai itu berdinding kain yang bergambar ayam, merpati, bebek, dan ikan. Dara melihat itu senang sekali. Dia sering diajak makan di tempat seperti itu. Dia menyangka pedagangnya selalu mengikutinya kemana dia pergi.
Mereka masuk dan duduk lesehan yang masih kosong tepat di tengah ruangan. Orang-orang menatap mereka dengan tatapan menyelidik. Mereka bukan orang sini.
Rangga pergi ke bagian kasir dan berkata, "Bebek goreng ya?" Bertanya begitu dia menatap Dara. Dara yang tidak terima lalu membuang muka. "Huh!"
Rangga tersenyum.
"Ayam goreng 4, ya." Setelah itu dia duduk di sebelah Galang. Rangga melihat sekeliling. Kedai itu ramai sekali. Di luar tampak masih antri orang yang mau masuk.
Saat itu terdengar percakapan serius.
"Akhirnya para penculik itu ditangkap! Menurut informasi, bos penculik tangannya dipotong." Kata salah seorang pengunjung laki-laki membuka percakapan.
Rangga dan Galang saling berpandangan. Karmen melotot ke arah Galang dan Rangga. Dara juga memelototi mereka menirukan Karmen.
"Iya, aku dengar, ketika polisi datang, mereka semua sudah terikat. Dengan begitu polisi tidak ada kesulitan menangkap mereka." Sahut yang lain.
"Siapa sebenarnya yang sudah mempecundangi para penculik? Aku juga dengar mereka mengantar wanita yang diculik ke rumah sakit. Jadi pihak rumah sakit pasti tahu orangnya." Yang lain ikut bicara dan penasaran.
Tiba-tiba dua orang tinggi besar masuk. Mereka melihat sekeliling. Ketika melihat Karmen, mereka tersenyum. Lalu melangkah dan duduk di dekatnya.
"Halo cantik, boleh aku duduk di sini?" Sapa mereka.
Karmen tak menjawab, lalu menggeser duduknya. Memindahkan Dara ke dekat Galang. Galang dan Rangga tidak bereaksi apa-apa.
"Silahkan." Kata Karmen.
Meja itu memang bisa untuk 8 orang. Dua orang lagi masih tersisa. Dara tidak senang dengan dua pria itu. Dia tidak menyukai mereka.
"Boleh kenalan, cantik?" Kata pria lagi sambil menyodorkan tangannya. Karmen merasa risih lalu menatap Galang dan Rangga. Ditatap begitu, Rangga dan Galang tersenyum acuh. Dara justru marah. Dia memelototi Ayahnya dan Rangga.
"Lihat! Anaknya marah, Pak!" Seru Rangga menunjuk pada Dara. Kedua pria itu melihat ke arah Rangga lalu menatap Dara. Dara memang terlihat marah. Tapi marah kepada Rangga dan Galang. Mereka tidak melindungi Bibi Karmen.
"Tidak ada hubungannya dengamu!" Bentak pria itu pada Rangga.
"Oh, maaf!" Kata Rangga sambil tersenyum mengejek.
Orang-orang yang melihat itu sangat ketakutan. Mereka tahu kedua orang itu. Mereka adalah penguasa jalanan kota. Anak buahnya banyak. Tak ada orang yang berani berurusan dengan mereka.
"Kamu lebih baik diam. Jangan ikut campur!" Bentak pria besar yang satunya.
Saat itu, pesanan 4 ayam goreng mereka telah matang. Pelayan mengantarkan ke meja mereka.
Dua pria itu tiba-tiba mengambil dua porsi pesanan Rangga. Rangga marah. Dia tidak terima.
"Itu pesanan kami!" Teriak Rangga. Semua orang melihat Rangga. Galang hanya diam saja. Sementara Karmen mencibir. Dara juga ikut marah. Kok bisa-bisanya pesanan orang diambil. Dia mendukung Paman Rangga.
"Kau mau melawanku ya?" Tanya pria itu.
"Kamu tahu siapa kami?" Tanya pria yang satunya.
Rangga hanya tersenyum mengejek. Dia sama sekali tidak takut.
"Tunggu dulu, yang punya pesanan adalah Gadis Kecil ini. Kalau dia setuju kalian ambil dua porsi, maka kalian boleh ambil. Tapi kalau dia tidak setuju, maka kalian tidak boleh mengambilnya."
Galang lalu menoleh ke Dara, "Bagaimana, apa ayam goreng itu boleh diambil mereka?" Tanya Galang. Sepontan Dara menggeleng.
"Kalian lihat? Dia tidak setuju!" Kata Galang pada dua pria itu.
Kedua orang itu marah. Mereka merasa dilecehkan. Mereka akan memukul galang dan Rangga. Namun Galang bertindak cepat, dengan sebuah gerakan, tiba-tiba dua pria itu sudan jatuh tanpa ada kerusakan apapun di kedai itu. Dua pria itu melotot, namun tak bisa menggerakan badan. Tubuhnya seperti kaku. Hanya mulutnya yang bisa bergerak dan bersuara menahan sakit.
Rangga mendekati mereka lalu berbisik.
Detik berikutnya, mereka berteriak minta ampun. "Ampun ! Ampuni kami! Kami tidak akan menindas orang lagi" kata mereka.
Lalu Rangga melepas totokan pada tubuh mereka.
Kedua pria itu bisa bergerak, tapi kali ini mereka sangat ketakutan.
"Kalian harus meminta maaf pada gadis kecil itu dan wanita ini. Jika mereka memaafkanmu, maka kalian boleh pergi. Tapi jika mereka tidak memaafkanmu. Dia akan benar-benar melakukannya!" Suara Rangga makin membuat kedua orang itu ketakutan.
"Gadis cantik, Gadis Kecil, kami meminta maaf!" Teriak mereka.
Karmen tak melihat mereka. "Sana-sana!" Kata Karmen. Dara melihat ke arah Karmen.
Dia juga tidak mau melihat ke arah dua pria itu. "Sana-sana!" Dara menirukan suara Karmen.
"Terimakasih Gadis Kecil!" Kedua pria itu lalu meninggalkan kedai dengan rasa malu. Belum pernah mereka dipecundangi orang begini. Namun, mendengar apa yang diucapkan Rangga, mereka merasa ngeri. Mereka tak akan berurusan dengan orang-orang itu lagi di kemudian hari.
"Apa yang kamu katakan? Mereka sangat ketakutan." Tanya Galang.
Dengan suara agak pelan, Rangga berucap, "Kamu yang membasmi penculik itu dan memotong tangan bosnya. Lalu aku bilang bahwa kamu juga akan memotong tangan mereka." Suara Rangga hanya didengar oleh Galang dan Karmen. Mereka lalu tersenyum.
Dara terlihat sedang sibuk memakan ayam gorengnya. Dia terlihat menikmati ayam goreng pesanannya. Detik berikutnya, mereka semua makan dengan santai. Tak ada yang menggangu mereka lagi.
Orang-orang kembali sibuk dengan obrolan penculik. Mereka penasaran dengan orang yang berhasil membuat para penculik tak berkutik.
Saat itu, Dara tak sengaja memakan sambal. Dia tidak tahu kalau itu sambal dan memakannya. Karmen juga tidak sempat memperhatikannya. Lalu suara tangis Dara meledak. Dia ketakutan dengan rasa di mulutnya. Galang yang panik lalu memberikan susu. Dara meminumnya, tetepi kemudian Dara memuntahkannya. Terlihat justru saat ini Dara muntah-muntah.
Semua orang ikut panik. Rangga membayar ke kasir. Dia memberikan uang 500 ribu sebagai kompensasi. Kasir menolak tetapi Rangga memaksanya
Berikutnya Galang menggendong Dara yang terlihat pucat dan lemah, namun bibirnya berwarna merah.
"Ke rumah sakit. Cepat!" Teriak Galang. Semua orang memandang kepergian mereka. Menaiki mobil dan akhirnya tak terlihat lagi.
Sampai di rumah sakit, Galang langsung menggendong Dara dan membawanya ke IGD. Galang membawa masuk Dara diikuti Karmen. Sementara Rangga menunggu di luar.
Dara masih sayup-sayup menangis. Petugas yang menemuinya tadi melihat Galang dan ingin bertanya banyak hal, namun Galang hanya ingin mereka menangani Dara secepatnya. Setelah itu Galang ke ruang pendaftaran, membayar lalu kembali ke Dara.
Saat itu dokter dan perawat sedang memeriksanya. "Dia keracunan cabai. Dia terlalu kecil untuk memakan sambal." Kata dokter.
"Kami akan memasang infus agar bisa memasukkan obat. Dia akan baik-baik saja. Silahkan mendaftar untuk sewa kamar pasien." Kata dokter lagi.
"Kira-kira berapa hari, Dok?" Tanya Galang.
"3 hari." Jawab dokter singkat.
Galang dan Karmen merasa lega. Galang lalu mendaftar untuk layanan kamar pasien.
"Silahkan untuk memilih kamar pasien." Kata petugas.
Galang lalu memilih kamar pasien yang termahal. Petugas terkejut, "Untuk kamar VVIP, Anda diwajibkan membayar 50 persen terhitung anjuran dokter. Pasien akan diperkirakan dirawat berapa hari. Maka Anda membayar layanan kamar separuhnya. Biaya lain-lainnya seperti obat dan perawatan bisa dibayar saat pasien siap pulang." Kata petugas lagi.
"Baik." Jawab Galang singkat.
Setelah selesai, Galang lalu ke bagian administrasi dan membayar separuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Darien Gap
baru sampai sini. nice story
2024-03-02
0