"Kamu sudah seperti mafia saja, Jatmiko. Menakuti orang dengan tingkahmu yang konyol." Suara Anton yang besar semakin membuat Jatmiko ketakutan.
"Ampuni saya, Tuan." Suara Jatmiko semakin memelas. Dia sangat menyesal dengan tindakannya kali ini. Tak disangka, orang yang mereka tindas ternyata adalah bosnya Jatmiko saat masih berkecimpung di dunia abu-abu, yang membantunya membangun bisnisnya menjadi maju seperti sekarang. Jatmiko tentu saja tahu orang seperti apa Anton saat itu.
Bahkan, saat ini, di pikiran Jatmiko adalah mati. Dia sama sekali tidak menduga jika yang berada di sini adalah Anton yang mengerikan.
"Bangunlah! Aku memberi kalian semua untuk hidup kali ini. Masuklah ke restoran, aku ingin bicara padamu!" Selesai mengucapkan itu, Anton mengajak Galang dan lainnya masuk ke restoran. Sedangkan Jatmiko dan lainnya mengikuti mereka dari belakang.
Setelah duduk, Anton kemudian melihat ke arah Dara yang masih ketakutan.
"Cucu Kakek mau makan lagi, tidak? Nanti kakek pesan ayam goreng yang banyak." Mendengar ayam goreng, Dara kemudian mengangkat kepalanya dan dengan ragu-ragu melihat ke arah Anton. Dia masih penasaran dengan ayam goreng yang diucapkan Anton.
Anton lalu memesan ayam goreng untuk Dara. Seberapa yang diminta Dara akan dia penuhi. Beberapa saat kemudian pesanan telah datang dan Dara pun sangat senang dan minta duduk untuk makan. Dia sudah tidak peduli dengan keberadaan Jatmiko dan lainnya.
"Duduklah!" Kata Anton pada Jatmiko. Jatmiko lalu mengambil posisi duduk satu meja dengan Anton dan lainnya. Namun para pengawalnya tetap berdiri.
"Kalian semua duduk!" Terdengar suara Rangga. Seketika para pengawal Jatmiko pun memilih untuk duduk di tempat lain.
"Miko, sebenarnya da apa denganmu? Kenapa kelakuanmu sekarang tidak beretika begitu?" Taanya Anton yang membuat Jatmiko ketakutan.
"Tuan, maafkanlah aku. Semua ini karena tekanan dari Tuan Rocky. Bos mafia yang sangat kuat. Mereka selalu mengintimidasi kami para pengusaha. Meminta saham sampai 50 % dan setiap keuntungan perusahaan mereka yang membaginya. Tidak ada yang berani dengan mereka. Bahkan penegak hukum pun dibuat tidak berdaya oleh mereka." Jatmiko menghela nafas.
"Apalagi kabarnya mereka mendapat dukungan dari orang besar di ibukota. Itu tentu saja membuat kami mau tidak mau mematuhi mereka. Jika tidak, Tuan Rocky tidak segan-segan membunuh dan menyiksa kam, bahkan keluarga kami." Jatmiko terengah-engah saat menceritakan itu. Sepertinya dia dalam tekanan.
"Hmmmm...Rocky. Aku tidak pernah mendengar namanya. Baiklah, seberapa banyak pengusaha yang menentang Rocky ini?" Tanya Anton.
"Ada beberapa yang selalu menentang mereka. Tapi kabarnya sekarang mereka malah ditangkap dan dikurung di penjara bawah tanah milik mereka. Aku tidak tahu pasti. Dan perusahaan mereka kini diambil alih oleh Tuan Rocky." Jawab Jatmiko.
Sebenarnya dia sangat senang dengan kemunculan Anton di kota S. Ini membawa harapan baginya dan pengusaha lainnya untuk melawan Rocky. Namun Jatmiko tidak berani mengungkapkan pikirannya.
"Miko, kamu tahu siapa dia?" Kata Anton pada Jatmiko dan menunjuk Galang.
Jatmiko lalu menoleh ke arah Galang yang duduk dekat Anton. "Dia adalah putra Tuan Bintang Anggara Permadi, dan dia adalah Nona Kecil cucu Tuan Bintang." Kata Anton lagi.
Jatmiko yang penasaran makin terkejut. Tidak disangka putra Tuan Besarnya berada di sini.
"Tuan Muda, maafkan saya yang tidak tahu. Maafkan saya. Saya layak untuk dihukum!" Kata Jatmiko, lalu berlutut kembali. Semua orang memandang dengan terkejut. Orang seperti apakah mereka ini? Sehingga Jatmiko yang mengerikan itu harus tunduk pada mereka?
"Bangunlah!" Kata Galang sambil melambaikan tangan. "Kamu tidak perlu bersikap seperti itu, Paman."
Dengan ragu-ragu, Jatmiko kemudian bangun dan kembali duduk, namun kali ini dia tidak berani lagi mengangkat muka. Sungguh di luar dugaannya. Anton yang dia segani dan takuti ada di sini bersama putra Tuan Besar Permadi.
"Jatmiko, siapkanlah hotel untuk kami. Nanti kita akan buat rencana ke depan. Sewa yang termewah dengan empat kamar tidur." Anton memerintah Jatmiko.
"Tuan, bukankah lebih baik tinggal di rumah saya saja?" Di sana ada banyak kamar yang layak untuk Anda dan Tuan Muda dan Nona Kecil ini. Kalian akan menjadi tamu istimewa kami." JAwab Jatmiko sambil menawakan rumahnya untuk ditempati.
"Baiklah kalau begitu. Kamu atur saja." Anton pasrah.
Kemudian, rombongan besar itu telah berangkat menuju rumah Jatmiko.
******
Rumah Jatmiko
Sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Dinding dilapisi dengan batu marmer, berlantai dua dan memiliki halaman yang luas. Ada taman di samping kiri rumah dengan berbagai bunga yang indah. Di belakang rumah ada dua kolam renang.
Halaman yang luas bisa menampung puluhan mobil. Tidak hanya itu, di samping kanan rumah ada sejenis aula yang luas. Sepertinya itu adalah tempat latihan beladiri. ada puluhan bahkan ratusan orang yang sedang berlatih di sana. Sedangkan rumah Jatmiko tepat berada di tengah. Rumah itu memiliki banyak kamar dengan fasilitas bintang lima. Kamar-kamar itu memang disediakan oleh Jatmiko bila ada tamu penting yang menginap di rumahnya.
Di ruang tamu yang besar, tampak sudah berkumpul keluarga besar Jatmiko. Sebelum pulang, Jatmiko sudah menelepon istrinya untuk menyambut mereka. Dia mengatakan kalau akan ada tamu yang sangat penting menginap di rumah mereka.
Jatmiko memliki 3 orang istri dan mereka tinggal di rumah itu secara bersama. Masing-masing istri memiliki satu anak nyang sudah dewasa berumur duapuluhan. Dua laki-laki dan satu perempuan. Nama yang paling tua adalah Farel, sedang yang kedua seorang gadis cantik bernama Anita dan yang terakhir bernama Sandi.
Kemudian, di antara mereka tampak seorang perempuan paruh baya yang dipercaya sebagai kepala rumah tangga keluarga Jatmiko. Ada puluhan pelayan yang juga ada di antara mereka berbaris rapi untuk menyambut kedatang rombongan Anton. Istri tua Jatmiko juga mengenal Anton, namun Jatmiko tidak memberitahunya, siapa sebenarnya tamu sangat penting itu.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara, "Tuan sudah tiba!"
Semua orang berdiri dengan wajah tersenyum.
Dipimpin Jatmiko, rombongan itu masuk. Di kiri kanan mereka tampak berbaris para pengawal Jatmiko dan para pelayan yang berdiri membungkuk dengan hormat.
"Selamat datang Tuan Anton! Selamat datang Tuan Muda! Selamat datang Nona Kecil!" Teriakan itu terdengar di mulut para pengawal.
Galang yang melihat itu sebenarnya ada perasaan tidak enak. Dia sama sekali tidak terbiasa dengan penyambutan seperti itu. Dara yang digendong Karmen tampak nyengir ketika para pengawal menyebutnya Nona Kecil. Saat itu matanya tertuju pada sebuah boneka robot yang berdiri di samping vas bunga. Boneka itu menarik perhatiannya. Lalu tangan kecilnya menunjuk ke arah boneka itu.
Melihat kelakuan Dara, Jatmiko yang memperhatikannya lalu mendatanginya dengan membungkuk, "Nona, apakah Anda mau itu? Anda bisa mengambil apa saja yang Anda suka dari rumah ini. Bahkan jika Anda menginginkan rumah ini, saya akan memberikannya pada Anda." Kata Jatmiko.
"Ah Paman, itu tidak perlu terjadi. Dia hanya menyukai boneka itu. Dia mungkin senang dan akan bermain dengannya. Berikan saj boneka itu padanya untuk beberapa hari.
"Oh, baiklah Tuan Muda." Jawab Jatmiko sambil membungkuk.
"Bisakan mereka semua bubar dan hanya kita yang berada di sini? Sediakan saja kamar buat Nona Kecil dan Karmen. Bawa boneka itu ke kamarnya." Kata Anton pada Jatmiko.
"Perintah Tuan dilaksanakan." Jawab Jatmiko, lalu memandang ke arah istri-istri dan anak-anaknya.
"Mereka adalah istri-istri dan anak-anakku, Tuan. Biar mereka yang melayani Nona Kecil." Jatmiko memperkenalkan mereka satu per satu pada Anton dan lainnya. Galang dan lainnya tersenyum dengan sopan dan hormat. Tidak terlihat sangat arogan seperti Anton.
."Ya, baiklah." Kata Anton kemudian.
"Kalian, antar Nona Kecil dan Nona Karmen ke kamar mereka. Pilih kamar yang paling besar. Ingat! Jangan ada kesalahan!" Perintah Jatmiko pada istri-istri dan anaknya.
"Paman, sebenarnya tidak perlu seperti itu. Cukup pelayan saja." Galang merasa tidak enak hati. "Kalau Paman bersikap seperti ini terus, kami akan pindah ke hotel saja." Galang mulai mengancam.
"Baiklah Tuan Muda." Jawab Jatmiko sambil kembali membungkuk. "Laya, suruh beberapa pelayan mengantar mereka ke kamar. Layani dengan baik. Nona Dara sangat menyukai ayam goreng. Apapun yang Nona minta, secepatnya berikan!" Perintah Jatmiko pada kepala rumah tangga yang dipanggilnya Laya.
"baik, Tuan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments