Galang dan lainnya akhirnya memilih tempat bersantai di Kota S. Kawasan ini seperti sebuah tempat makan yang khas. Semua makanan ada di tempat ini. Tempat yang luas dan ada berbagai restoran cepat saji dari berbagai negara. Anton tadi diajak oleh Galang, namun dia tidak mau karena akan menemui beberapa orang.
Menurut Anita, makanan di sini sangat mahal, itu karena koki didatangkan langsung dari negara asal makanan di setiap restoran. Pemilik kawasan ini juga belum diketahui siapa. Menurut beberapa isu, kawasan ini memang dimiliki oleh orang yang identitasnya masih disembunyikan.
Dara malah kebingungan dengan banyaknya restoran yang ada di tempat itu. Dia menunjuk ke banyak restoran. Semua restoran, tidak ada gambar ayam di restoran itu.
Tapi dia tertarik memang sedang diajak jalan-jalan, jadi dia tidak protes. Dara akhirnya hanya pasrah saja dalam gendongan Karmen.
Saat mereka tengah memilih-milih reatoran, tiga orang menghampiri mereka.
"Hei, kamu Galang, kan?" Tanya seorang wanita.
Galang yang masih bingung mencari restoran, terkejut dengan suara itu. Galang melihat ada dua gadis dan seorang pemuda. Galang mencoba mengingat-ingat siapa yang bicara. Apa dia mengenalnya?
"Apa kamu, Sisi?" Tanya Galang setelah mengingat.
"Iya, apa yang kamu lakukan di sini? Di sini tempatnya orang kaya." Jawab Sisi. Galang masih mengingat Sisi dulu adalah wanita tercantik setelah istrinya.
Saat sekola di SMA, Sisi selalu memamerkan kecantikannya untuk menundukkan siswa-siswa kaya. Sedangkan Galang, saat SMA adalah seorang pria sederhana yang miskin.
Saat itu, Galang memang masih belum bisa mengakses harta yang disimpan ol;eh ayah angkatnya. Itu adalah pesan dari mendiang ayahnya. Setelah kuliah, Galang baru bisa menikmati harta dan uang yang dibawa ayah angkatnya pemberian dari mendiang ayahnya. Dan pada saat itu juga Anton ada di sana.
Jadi, Sisi tidak tahu bahwa Galang sebenarnya adalah orang yang sangat kaya, bahkan super kaya. Namun dandanan Galang masih saja sederhana dan tidak menunjukkan dia sebagai orang yang super kaya.
"Sayang, dialah orang yang selalu aku ceritaklan. Saat SMA dulu, dia orangnya miskin dan tidak bergaul dengan baik. Eh, sekarang dia di sini di tempat elit. Memangnya apa yang ingin dilakukannya?" Sisi bicara pada pemuda yang bersamanya. Dan gadis yang bersamanya juga menahan tawa. Terlihat pemuda itu memperhatikan Galang dari rambut sampai ke kaki.
"Oh, jadi dia. Ajak saja dia masuk salah satu restoran dan aku yang akan mentraktirnya." Pemuda itu terlihat juga meremehkan Galang.
"Baiklah. Aku juga tidak keberatan. Anggap saja berbuat baik pada teman sekolah." Jawab Sisi dengan nada yang sangat tidak enak.
Baik Galang, Rangga dan Karmen sudah biasa mendengar suara-suara seperti itu. Mereka sama sekali tidak marah dan tidak peduli. Asalkan mereka tidak menyakiti mereka, mereka sama sekali tidak masalah. Dan Galang puun sudah terbiasa dengan itu saat sekolah di SD sampai SMA.
Namun Anita yang mendengar itu sangat geram. Diasangat marah ketika mende melihat Galang direndahkan oleh orang. Dia bermaksud mengucapkan sesuatu, namun dihalangi oleh Karmen. Anita menoleh ke Karmen. Karmen tampak menggeleng-gelengkan lkepala kepada Anita. Anita pun diam saja. Namun hatinya sangat tidak terima.
"Galang, Kamu tahu siapa dia? Dia adalah suamiku, namanya Dimas. Dia seorang manajer di perusahaan pembuatan kapal. Ayahnya adalah direktur diperusahaan itu." Sisi memperkenalkan suaminya pada Galang dengan sikap yang sangat sombong.
"Oh, baguslah jika kamu mendapatkan orang yang kaya. berarti tujuanmu sudah tercapai. Kalau aku mungkin tidak sebanding dengannya." Jawab Galang. Sisi merasa puas dengan jawaban Galang. Dia bahkan merasa dirinya seperti sedang mendapatkan pujian.
Namun, di belakang Galang, baik Karmnen, Rangga dan Anita menahan tawa. Galang bisa juga bercanda. Apalagi Anita yang sedari tadi geram melihat kelakuan Sisi, dia ingin segera memberitahu bahwa Galang adalah orang yang super kaya, bahkan ayahnya saja harus memanggilnya Tuan Muda. Karena dari jasa ayahnya Galah lah ayahnya klini menjadi orang kaya dan terhormat.
"Lang, apa kita hanya akan mengobrol saja? Aku tidak ingin makan, tapi mencicipi sedikit masakan Prancis sepertinya tidak masalah." Rangga yang sedari tadi diam, kini membuka suara.
"Oh, baiklah. Kalian tadi dengar, kan? Sisi dan suaminya mau mentraktir kita. Mereka terlihat sangat kaya, jadi kalau kita makan banyak juga tidak akan masalah. Walau tadi sudah makan, aku tidak menolak untuk makan sekali lagi. Benar kan, Sisi?" Galang berkata pada Rangga, lalu meminta persetujuan Sisi.
"Tidak masalah, aku yang akan bayar!" Yang menjawab adalah suami Sisi.
"Ayah!" Dara tiba-tiba berteriak dan meminta digendong oleh Galang. Dia sedari tadi tidak diperhatikan, makanya dia cari perhatian.
"Oh, dia anakmu, ya?" Tanya Sisi. Galang mengangguk sambil tersenyum. Sisi memperhatikan Karmen yang terlihat biasa, namun sangat cantik, bahkan dia mungkin kalah cantik dibanding Karmen. Namun Sisi tida berkata apa-apa. Lalu dia mengajak semua orang masuk ke restoran Prancis.
Seorang pelayan wanita menyambut mereka dengan sopan, pelayan itu orang lokal, jadi tidak kaku saat menyambut tamu orang lokal. Galang yang masuk duluan, meminta pelayan menyediakan meja VVIP untuk mereka. Dan pelayan segera melaksanakan perintah Galang.
Melihat itu, Dimas tampak agak kuatir. Dia bahkan tidak pernak bilang kalau akan memesan meja VVIP. Namun klarena ingion mempermalukan Galang, dia bersikap biasa saja. Akhirnya merekapun duduk di meja VVIP
"Hai, Dimas! Makan di sini juga ya?" Seru seseorang pada Dimas di meja lainnya.
"Oh, Daniel, mari gabung sini. Masih ada tempat duduk." Jawab Dimas dan mengajak Daniel bergabung. Daniel adalah teman Dimas di perusahaan. Mereka sama-sama manajer, namun berbeda departemen.
Daniel yang bersama empat orang lainnya pun akhirnya bergabung di meja Dimas. Sisi makin bangga dengan bergabungnya Daniel dan kawan-kawannya. Dia terlihat menang karena banyak orang di pihaknya.
Galang dan lainnya tidak merasa itu adalah masalah. Karena mereka sebenarnya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Apalagi hanya makan di restoran ini, bahkan, restoran itu pun bisa dia beli.
"Perkenalkan, dia adalah teman SMA ku yang pernah aku ceritakan dulu. Namanya Galang. " Sisi mengulangi kata-kata yang pernah dia ucapkan pada Dimas.
Lalu dia menceritakan kehidupan saat SMA, menceritakan Galang tentunya. Ditambah bumbu-bumbu yang membuat yang mendengar jadi merendahkan Galang.
Anita yang sedari tadi marah, kini dia lebih marah lagi. Saat itu dia hendak berdiri dan ingin mendamprat Sisi, namun tangan Karmen mencegahnya dan Karmen lagi-lagi menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oh, namaku Daniel. Aku salah satu manajer di perusahaan pembuatan kapal di Ko9ta S. Jika butuh sesuatu atau ada masalah, kamu bisa hubungi aku." Tangannya menjabat elang.
Dan dia memberikan kartu nama pada Galang. Galang menerima kartu itu dengan kecut.
"Terimakasih, tapi aku tidak punya kartu nama untuk diberikan padamu." Jawab Galang.
"Tentu saja, siapa juga yang mau kamu kasih kartu nama?" Sisi yang menanggap[i perkataan Galang. Diia sangat meremehkan Galang. Sementara orang lain yang mendengar ucapan Sisi pun tertawa.
Sisi merasa puas sudah bisa membuat Galang malu. Sementara Galang tampak tersenyum. "Ya, mungkin yang dikatakan Sisi bisa benar dan bisa salah. Tergantung penilaian masing-masing orang saja." Galang kemudian berkata dan berteka-teki.
"Galang, apa maksudmu?" Tanya Sisi tidak senang.
"Aku tidak mengatakan apa-apa. Mungkin kamu salah dengar." Jawab Galang santai. Anita yang makin memahami ketiga orang itu, dia kini tersenyum. Ada baiknya memang bersikap seperti Galang.
Jadi itu akan menguji mentalitas seseorang ketika direndahkan. Toh yang dikatakan Sisi semuanya salah untuk saat ini. Diam-diam Anita mengagumi Galang.
Anita memandang Dara yang saat itu duduk di kursi di sebelah Galang. Hanya dia yang sama sekali tidak peduli dengan yang terjadi pada orang dewasa.
Dara hanya tertawa melihat orang tertawa, tersenyum melihat orang tersenyum.
"Nona Kecil!" Panggil Anita pada Dara lalu melambaikan tangan dan tersenyum. Dara menoleh dan melambaikan tangannya.
Di bibirnya tersungging senyum khas anak kecil. Lucu dan menggemaskan. Dara yang bermata bening itu adalah simbol keluguan seseorang.
Dia sama sekali tidak peduli apapun yang orang dewasa lakukan. Bahkan, anak sekecil Dara saja sangat terhormat sebelum dia tahu apa artinya kehormatan.
Dia sudah terhormat tanpa harus minta pengakuan orang lain. Namun yang dilakukan Sisi justru sebaliknya. Orang-orang dipaksa untuk mengakuinya bahwa dia orang terhormat dengan mengandalkan orang lain.
Dari sini Anita belajar banyak hal. Dulu dia mengira bahwa hanya dialah anak dari orang terhormat di kota S, namun setelah Galang dan Dara datang, dia justru harus mengjhormati mereka sebagai seorang yang sangat berjasa pada keluarganya.
Ayahnya memang tidak pernah cerita tentang hal ini. Jadi dia sama sekali tidak tahu.
Namun, Anita juga bukan termasuk anak orang kaya yang sombong. Dia bisa bergaul dengan siapa saja yang penting niatnya baik.
Jadi dia sama sekali tidak memilih-milih teman saat di sekolah maupun di kampus.
Saat memikirkan hal itu, Anita tersenyumn sambil matanya terus menatap Dara yang juga tersenyum padanya.
Dia justru merasakan jatuh cinta pada Dara. Dari Dara dia mulai belajar bagaimana menghormati orang lain. Tentu saja Dara sama sekali tidak tahu akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments