"Saat kami tiba di rumah sakit, kami mendapati anak saya ada di IGD. Tapi, para penyelamat itu sudah pergi. Saya sebenarnya ingin sekali bertemu langsung dengan para penyelamat itu untuk berterimakasih. Dan saya berhasil menemui mereka karena sepertinya Tuhan menjawab doa kami." Herlambang menghentikan ceritanya. Dadanya berdebar-debar saat itu.
Semua orang sedang fokus mendengarkan cerita Herlambang. Sampai lupa saat itu Dara sedang tidur. Posisi Dara saat itu terduduk dan memeluk kaki Herlambang.
Herlambang terkejut melihatnya.
Karmen berlari kecil ke podium. Lalu dia berjongkok dan berusaha menarik Dara ke pelukannya. Namun tangan Dara tidak mengizinkannya. Tangannya mencengkeram celana Herlambang.
"Maaf, ajudan kecil saya rupanya tertidur." Kata Herlambang. Lalu diikuti tawa hadirin.
Karmen akhirnya tetap berjongkok. Dia menunggu Dara sampai pulas lalu akan menggendongnya.
"Maaf, Paman." Ucap Karmen. "Tidak apa-apa." Jawab Herlambang dengan tersenyum.
"Mari kita lanjutkan." Herlambang menghela nafas. "Sayangnya, para pahlawan itu berpesan, mereka tidak ingin menjadi tenar. Mereka akan tetap menjadi hantu bagi kejahatan. Orang-orang seperti ini adalah pahlawan yang sesungguhnya!" Saat Herlambang menghentikan pidatonya, terdengar tepuk tangan yang sangat meriah. Mereka, walaupun tidak melihat secara langsung, tetapi bisa merasakannya.
Dara masih tertidur dengan memeluk kaki Herlambang, namun tangannya sudah tidak mencengkeram celananya. Jadi, Karmen mengulurkan tangan dan mengambil Dara. Saat itu Dara memang tertidur pulas. Menjadi polisi pasti sangat membuat dia kelelahan. Karmen lalu membawa Dara ke dekat Galang.
"Demikian yang bisa saya sampaikan, selanjutnya, akan ada hidangan dan kita akan makan dan minum bersama." Herlambang mematikan microphone. Lalu selanjutnya dia turun dari pangung, berjalan mendekati Galang. Dia lalu menyalaminya, memeluknya dan berbisik, "Kalian sudah menjadi anakku, Dara sudah menjadi cucuku."
Galang terkejut, dia tidak menyangka akan diperlakukan seeperti ini. Lalu Herlambang juga memeluk Rangga, kemudian berpindah ke Karmen. Terakhir, dia lalu meminta Dara dari pelukan Karmen dan menggendongnya.
Dara masih tertidur. Herlambang berbisik di telinganya, "Cucu kakek kok tidur, padahal kakek sudah masak ayam goreng."
Dara memang menyukai ayam Goreng. Begitu yang diceritakan Karmen saat di rumah sakit. Dia sangat tergila-gila dengan ayam goreng, terutama bagian paha. Ketika sedang makan ayam goreng, Dara bisa tidak pergi dari tempat sebelum ayam goreng habis.
Herlambang sebenarnya ingin Dara bangun. Dia tadi bersikap sangat manis, menjadi polisi. Dan itu mungkin membuatnya lelah. Herlambang memang tidak bisa mengungkapkan rasa terimakasihnya dengan harta. Dia ingin mengungkapkannya dengan kasih sayangnya.
Dia juga berpikir mendalam, jika bukan karena 4 orang ini, dia mungkin tidak pernah bisa mendapatkan Dila kembali, tapi dia akan kehilangan uang dan dia tidak bisa lagi menggaji karyawannya. Tapi sekarang, bukan hanya Dila yang kembali, tapi uangnya kembali dan kotanya menjadi aman dari ancaman bom.
Herry mendekat. Tadi saat Dara di depan, membuatnya jatuh cinta padanya. Dia begitu manis, menjaga kakeknya. Kapten Herry memang belum memiliki istri. Dia seorang polisi yang berprestasi, di usa 25 tahun, dia sudah perwira dengan pangkat Kapten.
Dara membuka mata, saat itu yang pertama dia lihat adalah Kapten Herry. Dia lalu melihat berkeliling dan menjadi bingung. Ada banyak orang di sini. Ada Ayahnya, Bibi Karmen, Paman Rangga. Dia lalu berusaha melihat orang yang menggendongnya. Dia lega, ternyata kakek.
"Cucu kakek sudah bangun." Kata Herlambang. Dara menguap. Dia masih belum sadar betul. Jika sudah sadar betul, dia pasti akan mengucap, "Mik cucu!" Sebelum Dara mengucapkannya, Karmen sudah menyiapkannya. Dia tahu Dara haus. Dari sejak datang, tingkahnya lakunya sangat berat, itu membutuhkan tenaga ekstra. Jadi dia tahu, Dara haus.
"Mik cucu!" Teriak Dara. Karmen memberikan botol susu di tangannya. Dara menyambutnya dengan tersenyum dan berterimakasih.
Mata Dara terpaku ke Kapten Herry. Dia menatapnya tak berkedip. Itu polisi. Dia mengingat sesuatu. Dia juga polisi. Lalu dia meminta Kakek menurunkannya. Herlambang menurunkan Dara. Dara berlari ke Herry dan memberi hormat. Herry juga melakukannya. Semua orang di sekitarnya dibuat tertawa geli.
Galang mendekati Herlambang, "Paman, apakah paman mengenal orang itu?" Galang menunjuk pada seseorang tinggi besar yang berdiri tak jauh dari mereka. Pria itu memakai setelan berwana biru tua. Tubuhnya sangat tegap dan berotot.
Herlambang melihatnya dan menggeleng. Dia belum pernah melihat laki-laki itu.
Galang terdiam. Bagaimana dia bisa masuk? Padahal setiap yang datang harus membawa undangan.
Dara dengan tubuh mungilnya berlari ke sana kemari di antara kaki para tamu. Saat itu tak sengaja dia menabrak kaki pria berpakaian biru tua itu. Dara lalu jatuh terduduk. Pria itu terkejut ketika sesuatu menabrak kakinya. Dia menunduk dan hendak melihatnya, Dara juga melihatnya.
"Kakek! Kakek!" Dara lalu mengulurkan tangan. Pria itu tersenyum lalu mengangkat tubuh Dara.
Baik Galang, Karmen dan Rangga tidak terkejut. Namun Herlambang yang terkejut. Dara mengenal pria itu. Tentu saja itu yang membuatnya terkejut.
Lalu pria itu berjalan ke arah Galang. "Bagaimana Paman bisa menemukan kami?" Tanya Galang penasaran.
Galang lalu mengenalkan Anton pada Herlambang. Herlambang yang terkejut lalu menyalaminya.
Muncul orang aneh membuat Herlambang sakit kepala. Dia tidak habis pikir, bagaimana cara orang ini masuk? Dia bahkan tidak dapat memikirkannya lagi dan akhirnya tersenyum. Setidaknya dia adalah orangnya Galang.
Saat itu para pelayan sudah datang membawa hidangan makanan dan minuman ke dalam ruangan. Berbagai makanan disiapkan untuk menjamu para undangan. Tentu saja ini tak bisa dilewatkan. Ardelia Hotel sangat terkenal dengan dengan masakannya yang lezat. Semua hidangan telah siap di sebuah meja besar berbentuk lonjong.
Herlambang lalu mempersilahkan semua tamu untuk makan. Saat itu, Robin dan ibunya terus saja mengikuti Dila. Sang ibu selalu bicara yang baik-baik soal Robin. Beberapa pengusaha muda sempat kecewa dengan sikap seperti itu. Mereka yang hendak mendekati Dila mengurungkan niatnya.
"Dia ini pria yang kuat lo, Nak Dila. Saya sudah bilang tadi, dia adalah jago karate. Dia tak takut menghadapi penjahat." Wanita itu terus mencoba memprovokasi agar dia segera menerima Robin.
Dila sama sekali tidak menyukainya. Dia sebenarnya menyukai Galang. Galang adalah pria yang sempurna, dia sudah pasti tidak takut penjahat. Jika bukan karena ingin merahasiakannya, Dila ingin mengatakan itu pada wanita tua.
Semua orang saat ini sedang sibuk makan, Dara juga makan, tapi kali ini ditemani dua orang kakek. Yaitu Anton dan Herlambang. Dia sangat senang sekali. Apalagi, semua orang pasti takut padanya karena dia seorang polisi.
"Apakah kamu kenal semua orang yang kamu undang?" Tiba-tiba Anton membuka percakapan dan bertanya pada Herlambang.
"Ya! Mereka semua pengusaha. Setiap orang harus memiliki undangan untuk masuk, kecuali Galang, Karmen, Rangga dan Dara, juga Kapten Herry." Jawab Herlambang.
"Kamu tahu? Kenapa aku bisa masuk? Ini semua karena cucuku ini. Dia tidak seharusnya di sini. Aku sudah memberitahu Galang. Kalian harus patuh padanya. Kapten Herry juga akan berguna." Kata Anton berteka-teki dan membuat Herlambang menjadi bingung.
"Kamu mau menculiknya?" Tanya Herlambang khawatir.
"Dia cucuku, apa harus menculik cucuku sendiri? Aku hanya tidak ingin melibatkannya dalam kejadian yang akan terjadi. Aku ingin bermain dengannya saja."
Selesai mengatakan itu, Anton menggendong Dara, "Dara mau ayam goreng lagi untuk di kamar?"
Dara mengangguk, sebelum pergi, Anton menghampiri Karmen dan meminta tasnya.
"Kapten!" Anton memanggil Kapten Herry.
Kapten Herry menghampirinya.
"Senjatamu!" Anton memberikan senjata milik Herry. Dia terkejut. Bukankah senjatanya dia tinggal di penjaga pintu?
"Kamu akan membutuhkannya." Bisik Anton. Anton berjalan pergi bersama Dara. Dara melambaikan tangannya. Senyum lebar menghiasi bibirnya. Di tangannya masih memegang paha ayam. Wajahnya penuh dengan minyak. Tak terkecuali baju Anton juga ikut menjadi berwarna akibat tangan Dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments