Setelah beberapa menit berlalu, mobil yang membawa Dila berbelok ke arah jalan yang sempit. Jalan itu jarang dilalui. Terlihat rumput-rumput liar tumbuh subur di jalanan. Dan yang menjadi tujuan mereka adalah sebuah gedung tua bekas markas polisi hutan. Letaknya sekitar 2 kilometer dari jalan raya.
Tampak jelas, gedung itu sudah lama tak dihuni. Beberapa bagian dinding sudah mengalami retak dan berlumut akibat air hujan. Selain itu, ada beberapa kursi tua di teras yang sudah tak layak untuk dipakai.
Saat mobil sampai, tampak beberapa orang keluar dari dalam gedung. Setidaknya ada 7 sampai delapan orang. Salah satu dari mereka tampak berpakaian rapi, masih muda dan berwajah lumayan tampan. Sepertinya dia adalah bosnya.
"Cepat bawa masuk, kurung dia di kamar atas dan kunci pintunya!" Perintah pemuda itu. Saat itu Dila sudah pingsan lagi, jadi dia tidak tahu jika dia dibawa ke sebuah gedung tua.
"Baik, bos!" Jawab mereka
******
Mobil Galang berhenti agak jauh dari belokan. Rangga terlihat sedang sibuk, membuka kap mobil dan seperti sedang memperbaiki kerusakan.
Sementara Karmen sedang bermain dengan Dara. Galang tak ada di sana, dia masuk melalui sisi lain untuk mengintai.
Rangga sedang mondar-mandir seperti sedang memikirkan sesuatu. Karmen dan Dara heran melihatnya. Berjalan ke depan mobil, lalu dari sana berjalan ke arah belakang. Begitu seterusnya. Karmen membuang muka karena merasa pusing sendiri dan menggelengkan kepala. Dara melihat ke arah Karmen.
Tiba-tiba Dara berlari ke arah Rangga dan memegang celananya. Rangga yang masih terus melakukan itu langsung menghentikan langkahnya.
"Paman!" Muka Dara terlihat sedang marah. Dia memarahi Rangga karena berkelakuan tak jelas dan membuat orang pusing. Lalu Dara menghentikannya.
Melihat kelakuan Dara, Rangga yang memang sedang menggodanya lantas berpura-pura tak melihatnya. Dara tambah marah dan memukul-mukul kaki Rangga.
Rangga pura-pura kesakitan, jatuh di rumput dan telentang, matanya dipejamkan. Saat itu, Dara merasa bersalah. Dia telah membuat Paman Rangga pingsan. Dan yang Dara lakukan adalah mengambil botol air mineral, membuka tutupnya dan menumpahkan ke muka Rangga.
Karmen yang melihat itu tertawa terbahak-bahak. Dara nyengir. Rangga pura-pura marah dan Dara mengulurkan tangan. Oh, dia meminta maaf.
Sebuah bayangan berkelebat, Galang muncul dari hutan setelah melakukan penyelidikan ke gedung itu.
"Bagaimana?" Tanya Karmen. "Tidak masalah, mereka lemah. Biar aku dan Rangga yang turun tangan. Kau akan di hotel bersama Dara." Jawab Galang.
"Mukamu kenapa? Kau habis menangis?" Tanya Galang ke Rangga.
"Tanya tuh." Jawab Rangga lalu mulutnya dimonyongkan ke arah Dara. Melihat itu Dara terkekeh, lalu menumpahkan air dari botol mineral ke sepatu Galang. Dia ingin menunjukkan apa yang dilakukannya terhadap Rangga.
Galang tak menghindar, karena kalau menghindar, pasti Dara akan marah.
*****
Rumah Herlambang.
Telepon rumah Herlambang berdering. Herlambang, istrinya dan kakaknya Dila serta polisi sedang menunggu telepon dari para penculik.
Kapten Herry memberitahu Herlambang agar menahan pembicaraan selama 30 detik agar bisa melacak lokasi penculik. Dengan aba-aba Herry, Herlambang lalu mengangkat telepon, petugas kepolisian kemudian merekam pembicaran.
"Herlambang, aku sudah bilang, kalau kamu lapor polisi, maka anakmu tidak akan selamat!" Kata suara di seberang telepon.
"A-Aku tidak lapor polisi!" Suara Herlambang tampak gugup.
"Tidak lapor? Aku lihat di rumahmu sekarang banyak polisi. Kamu tidak bisa membohongi aku!" Terdengar suara di seberang telepon marah. Telepon ditutup
"Pergi!" Seru istri Herlambang. "Pergi kalian semua! Kalian ingin anakku dibunuh?"
Herry terkejut, rupanya mereka telah mempersiapkan semua. Berarti rumah ini dipasang kamera pengintai? Pikir Herry sambil matanya mencari-cari kalau mungkin ada kamera. Namun dia tak menemukan apa-apa.
"Pergilah!" Kata Herlambang.
"Tapi, Pak...?"
"Aku sudah bilang pergi!" Suara Herlambang meninggi. Herry memberi kode agar semua polisi meninggalkan rumah ini.
Sementara Herry yang berpakaian biasa tetap tinggal. Terlihat 3 mobil polisi meninggalkan rumah Herlambang.
Ketika sampai di jalan raya, tiba-tiba, "Duar...! Duar...! Duar....!!"
Terdengar ledakan. Herry berlari keluar diikuti Herlambang dan anak laki-laki Herlambang.
Tiga mobil polisi meledak di jalan, selanjutnya terjadi kecelakaan beruntun. Herry panik dan segera menghubungi pemadam kebakaran dan ambulan. Dan terakhir, dia menghubungi tim penjinak bom. Wajahnya pucat. Dia ingin memeriksa CCTV rumah Herlambang.
Saat rekaman CCTV diputar tak ada orang yang memasuki halaman rumah
Itu berarti mereka mungkin memasang bom saat mobil di markas polisi? Tidak mungkin!
Saat itu telepon rumah Herlambang kembali berdering. Tanpa menunggu aba-aba, Herlambang dengan wajah pucat menjawab telepon.
"H-halo!" Suara Herlambang bergetar dan gugup.
"Itu hanya peringatan saja. Jika kamu ingin putrimu selamat, jangan macam-macam!" Suara di seberang mengancam.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Herlambang.
"Aku? Aku hanya ingin balas dendam! Termasuk aku ingin uangmu. Aku ingin seratus miliar uangmu. Bukankah itu tidak banyak?" Kata suara di seberang telepon.
Mendengar itu, Herlambang jatuh terduduk. Dia harus membayar 100 miliar?
"Apakah kau akan bayar? Jika tidak sanggup, aku akan mengirim kepala anakmu nanti malam!"
"I-ya, aku sanggup! Tolong jangan sakiti anakku. Tolong jangan mengancam lagi. Aku akan turuti apa maumu. Bolehkah aku mendengar suara anakku? Aku hanya ingin memastikan." Jawab Herlambang dengan mata berkaca-kaca.
"Baik, aku akan memberi instruksi apa yang harus kamu lakukan. Aku akan menghubungimu lagi besok pagi."
"Putrimu sedang tidur. Nanti malam kalau dia sudah bangun, aku akan menghubungimu. Ingat! Jangan ada polisi lagi!" Lalu telepon ditutup.
Istri Herlambang pingsan. Dia sangat tertekan dengan kejadian ini. Anak laki-lakinya tampak sangat cemas, namun dia tak berkata apa-apa. Dia hanya memangku kepala ibunya yang sedang diberi aroma minyak kayu putih di hidungnya oleh Kapten Herry Sementara Herlambang terduduk tak berdaya. Tulang-tulangnya seperti berubah menjadi kertas. Dia telah kehilangan kekuatannya.
Di jalan raya, selain korban dari kepolisian, korban lain juga banyak dari pengguna jalan dan pengendara. Tabrakan itu juga menelan korban jiwa dan luka-luka. Petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api, dibantu pihak kepolisian, mereka mengevakuasi jenazah untuk dibawa ambulan. Sementara, warga yang kebetulan melintas juga ikut membantu evakuasi korban.
*****
Galang sambil menggendong Dara pergi ke resepsionis. Dia ingin memesan kamar hotel VIP layaknya apartemen dengan dua kamar tidur. Lengkap dengan kamar mandi, dapur dan ruang tamu.
"Selamat sore, ada yang bisa dibantu?" Sapa resepsionis sopan.
"Mau lihat-lihat dulu paket kamar mbak." Jawab Galang.
"Baik, silahkan!" Lalu resepsionis menyodorkan buku besar berisi keterangan kamar dan harganya.
Galang kemudian melihat-lihat dan memilih kamar yang sesuai. Namun di buku itu dia tak melihat kamar VIP yang sesuai.
"Apakah hanya ini yang ada di sini?" Tanya Galang.
Saat itu resepsionis terkejut. Memangnya mau yang seperti apa? Ada juga harganya sangat mahal.
Sambil bermalas-malas, resepsionis pria itu memberikan buku lainnya. Galang menerimanya dengan cuek. Dia lalu memperhatikan buku dan memilih yang sesuai keinginannya.
Galang lalu memberikan buku itu kembali, dia menunjuk paket kamar Super VIP. Di sana tertulis ada dua kamar, masing-masing kamar ada kamar mandi, satu kamar mandi juga ada di luar dekat ruang tengah, dapur dan ruang tamu. Disediakan makan 3 kali sehari, snack dan gratis makan di bar.
Resepsionis terkejut. Apa orang ini tak melihat harganya?
"Mas, tapi, kamar ini harganya per malam 7 juta. Apa mas salah lihat?" Tanya resepsionis.
"Enggak! Saya sudah lihat. Karna ada makam tiga kali, maka saya kan nggak perlu cari-cari makan lagi. Semua disediakan lebih praktis. Soal harga tidak masalah." Galang tampak tak peduli dengan resepsionis yang meremehkannya. Penampilannya memang tampak seperti gembel. Apalagi dia tampak seperti sedang melarikan diri dari istrinya.
"Saya pesan selama satu minggu. Saya ingin bayar sekarang, saya ingin istirahat." Kata Elang mulai tak sabar. Lalu dia menyerahkan kartu bank kepada resepsionis. Resepsionis menerima kartu dengan meremehkan.
Lalu dia menggesek kartu, meminta pin.
"Pin ada di kartu!" Kata Galang.
Rupanya resepsionis ingin mengecek saldo. Ketika dia melihat saldo, dia tiba-tiba terduduk. Temannya yang perempuan sampai kaget dan bertanya, "Ada apa?"
Pria itu menunjuk ke arah mesin penggesek kartu bank. Si cewek juga sampai terduduk.
"Cepat dong, saya sudah capek berdiri dari tadi!" Kata Galang membuyarkan keterkejutan dua resepsionis itu.
Dara yang sejak tadi diam juga ikut bicara, "Cepat!" Dia tidak suka pada orang itu. Dia terlalu meremehkan Ayahnya.
"I-iya, Tuan. Maaf. Maaf..." Suara resepsionis gugup karena terkejut dan takut. Dia telah meremehkan tamu hotel ini.
Kini dia menyesal. Dia mempercepat proses pembayaran dan akhirnya menyerahkan kartu dan kunci gesek serta pin pintu kamar. Dengan sangat hormat, dia segera meminta maaf lagi. Melihat itu, Dara yang juga jengkel, membuang muka dan dilihat oleh kedua resepsionis itu. Mereka tampak justru merasa lucu dan tersenyum saling pandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Ymmers
masak siy PIN di kasih liat/tau ke orang2 ain..
2023-11-30
2
Mamat Stone
Cakep
2023-07-07
3
Rista Ayu
Dara lucunya
2023-06-29
2