Draft 8

Mendengar putri Jeliska ingin membeli burung Phoenix yang di dapatkannya, Nuril sontak mengerutkan dahinya.

'Kalau burung ini sangat langka, pasti akan sulit untuk menemukanya, jadi aku tidak mau membuat ini mudah untukmu, kau harus memohon dulu padaku gadis' pikir Nuril

"Aku pikir burung ini sangat bagus, jadi aku tidak ingin menjualnya pada siapapun, aku ingin memeliharanya" ucap Nuril

"Lancang, Kau benar benar menguji batas kesabaranku, kalau aku tidak bisa mendapatkannya secara baik baik, jangan salahkan aku jika aku mendapatkannya dengan cara yang lain" ucap Jelsika.

Dia langsung merentangkan kedua tangannya untuk memanggil senjata utamanya.

Seketika kilatan guntur pun langsung menyambar nyambar dari langit.

Rayuna merasa kalau itu hal yang tidak bagus, jadi dia mencoba untuk bernegosiasi dengan Nuril.

"Nuril, aku mohon, turuti saja kemauannya, aku tidak ingin kau celaka nanti, tidak ada yang bisa menahan senjata Putri Jeliska" ucap Rayuna

Sementara raut kecemasan juga jelas terlihat di wajah para gadis gadis elf, tidak terkecuali di wajah Aruni.

"Tenang saja, aku hanya ingin menguji kemampuan gadis cantik itu, kalau aku kewalahan, aku akan menyerah sebelum aku di bunuh olehnya" ucap Nuril langsung berdiri dari duduknya, dan maju ke depan dengan menatap lurus pada jeliska.

"Nuril, jangan gegabah" ucap Aruni

Tapi tekad Nuril sudah bulat, dan tidak menghiraukan Aruni.

"Aku siap untuk melayani mu, tapi Jangan terlalu kasar kasar, pelan pelan saja" ucap Nuril

Mendengar perkataan Nuril, Jeliska semakin geram untuk segera menyerangnya hingga tuntas, karena baru kali ini ada orang yang berani menentangnya secara blak blakan.

Dan Nuril seperti tidak takut dengan senjata pamungkas Jeliska yang mampu menggetarkan langit bahkan sebelum kemunculan nya.

"Baik, jika itu maumu, aku akan pelan pelan menyelesaikannya" ucap Jeliska yang langsung mendapatkan senjata utamanya yang berupa dua bilah pedang naga.

Tapi sebelum Jeliska menyerang Nuril, dia ingi mengetahui dulu bocoran kekutan Nuril, itu karena dia tidak ingin bertindak gegabah

Jeliska memang tidak bisa mengukur batas kekuatan Nuril oleh dirinya sendiri, tapi dia memiliki bawahan yang memiliki kemapuan sama seperti Aruni yang bisa merasakan Aura kemampuan lawan.

"Yasmin, Apa kau bisa melihat seberapa besar kekuatannya" tanya Jeliska sedikit menoleh ke belakangnya.

Yasmin langsung maju mendekati Jeliska.

"Maaf tuan putri, bukan saya meragukan teknik bertarung tuan putri, tapi pemuda itu memiliki aura yang cukup besar, mungkin itu sanggup untuk menandingi kekuatan dari pedang naga Anda, apalagi dia memiliki teknik bertarung yang sangat cepat , saya takut anda akan kewalahan jika menghadapinya sekarang" bisik Yasmin di telinga Jeliska

"Benarkah?, pantas saja dia tidak bergeming melihat pedang naga ku, rupanya dia sudah bisa mengukur kemampuan nya, kurasa dia berniat untuk mengolok sebelum dia menunjukan senjata pamungkasnya, aku tidak ingin terjebak di permainan yang menyulitkan seperti itu" gumam Jeliska.

"Senjatamu cukup bagus, sepertinya itu sangat kuat" ucap Nuril memuji keindahan relief yang terdapat di hampir setiap bagian pedang Jeliska. tapi nuril tentunya tidak tau kekutan pedang itu seperti apa, jadi itu hanya sekadar pujian kiasannya saja.

"Kenapa kau belum mengeluarkan senjatamu?, Kalau kau tidak berniat mengeluarkannya,, aku tidak akan mau bertarung denganmu, karena aku tidak suka pertarungan yang tidak seimbang" ucap Jeliska berdalih.

Dia bahkan langsung memudarkan kembali senjata yang sudah dia panggil itu, dan menyerapnya kembali ke dalam dirinya.

Jeliska hanya tidak ingin menerima sebuah kekalahan telak dalam hidupnya, karena dia sangat menjaga reputasinya sebagai wanita terkuat di negeri elf.

"Anda sangat bijaksana putri Jeliska, mohon anda bisa mengampuni saudara saya Nuril" ucap Aruni yang berinisiatif ambil suara.

"Baik, kali ini dia ku ampuni, tapi tidak untuk lain kali, dan aku peringatkan, aku pasti akan mendapatkan apapun yang ku inginkan darimu" ucap Jeliska tidak bersikukuh lagi setelah tau informasi kekuatan Nuril.

Kereta kencana emas jeliska tiba tiba turun dari langit dan mendarat persis di hadapannya.

"Ayo pergi" ucap jeliska pada Yasmin orang kepercayaannya.

"Baik tuan putri" ucap Yasmin segera mengikuti tuanya untuk naik ke kereta kencana.

Jeliska dan rombongan nya pun segera pergi melayang ke udara lagi, dan meninggalkan tempat Nuril dan yang lainya.

"Yasmin, kau harus mencari tau tentang pemuda itu" ucap jeliska pada wanita yang duduk di sampingnya.

"Baik tuan putri" jawab Yasmin, dia pun langsung tiba tiba lenyap dari samping Jeliska untuk melaksanakan tugas dari Jeliska.

"Hmh, Aku pasti bisa menjadikanmu sebagai pengikutku, lihat saja nanti" gumam Jeliska dengan tersenyum angkuh.

Dia sudah melihat kemapuan Nuril saat menghadapi burung Phoenix itu, jadi jeliska cukup tertarik untuk merekrut Nuril jadi orangnya.

Sementara di tempat semula, Nuril langsung jadi bulan bulanan kelima saudarinya.

"Kau benar benar keras kepala, kau bisa saja membuatku mati berdiri tau, kau membuat masalah dengan orang yang tidak seharusnya kau usik, untung saja putri Jeliska masih bisa memaafkan mu" ucap Rayuna dengan wajah kesal.

"Kami tidak bisa menjamin keselamatan mu kalau saja tadi putri jeliska itu benar benar menyerang mu," ucap Hasyira

"Aku tidak tau itu, aku hanya penasaran saja" ucap nuril yang merasa di pojokan

"Tidak, putri jeliska mundur bukan karena dia baik hati, tapi kemungkinan dia sengaja menghindarinya, dia pasti bisa mengukur Aura kuat dari senjata yang di miliki oleh Nuril" ucap Aruni

"Jadi maksudmu putri jeliska takut oleh Nuril?" tanya Hasyira

"Ya, tebakan ku memang itu yang terjadi, itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang seperti sudah salah pilih lawan, hanya saja dia bisa sedikit berpura pura" ucap Aruni

"Itu sedikit mustahil, aku pernah menyaksikan kedahsyatan dua bilah pedang naga milik putri jeliska itu, dan itu benar benar kuat, Nuril, cepat keluarkan senjata yang kau sembunyikan itu, kami penasaran seperti apa kekuatannya" ucap Rayuna.

Nuril langsung berekpresi bingung karena dia tidak tau senjata apa yang mereka maksud itu.

"Aku hanya punya ini sekarang , mungkin dia memang takut dengan ini" ucap Nuril menunjukan mahkota Foniks yang kini berubah jadi sebilah belati bertahtakan safir merah ujung pegangannya.

"Itu tidak mungkin, belati ini sama sekali bukan tandingan dari pedang naga" ucap Narima

"Iya, itu tidak mungkin" ucap Rayuna

"Kalau bukan ini, terus apa? aku tidak punya yang lainnya" ucap Nuril

"Senjata yang sudah menyatu denganmu!, kau tidak ingin memperlihatkan nya pada kami, atau memang belum bisa memanggilnya keluar?" tanya Aruni

"Entahlah, aku tidak tau" ucap Nuril nyengir

"Pantas saja kau tidak menyombongkan diri, ternyata kau belum tau cara memanggilnya ya?" ucap Imelda

"Bagaimana cara memanggilnya?" tanya Nuril.

"Baiklah, aku yang akan mengajarimu membangkitkan kekuatan terpendam itu" ucap Rayuna.

Rayuna mencari tempat yang tenang untuk tempat bermeditasi, dia duduk bersila berhadapan dengan nuril dengan jarak yang sedikit jauh.

Sementara yang lainya bermain main dengan burung phoenix hasil penaklukan Nuril, dan tidak berniat untuk menganggu konsentrasi Nuril.

"Coba kosongkan dulu pikiranmu, dan atur nafasmu hingga kau merasa rileks, untuk memanggil senjata yang Pertama kalinya memang sedikit sulit untuk pemula, dan harus benar benar fokus" ucap Rayuna

"Baiklah, aku paham" Nuril pun mulai mengikuti langkah langkah yang di berikan Rayuna

"Rasakan semua energi yang mengalir dalam dirimu, lalu pusatkan semuanya ke tanganmu" ucap Rayuna

Nuril mencoba mengikuti instruksi Rayuna dengan terpejam, tapi saat di memusatkan fokusnya pada kepalan tangannya, yang dia rasakan malah benda berbulu yang dia genggam.

Dan fokusnya mendadak hilang saat nuril mendapati kalau Tarsius emasnya yang tiba tiba muncul di genggamannya.

"Astaga, kenapa kau mengganggu ku. menyingkir lah, aku sedang tidak ingin Bermain main denganmu" ucap Nuril yang mengira Tarsius itu hanya mengganggu.

Namun beberapa kali mencoba, hasilnya tetap sama, meski Nuril sudah berkali kali menyerahkan tarsius itu untuk di pegang Aruni, dia tetap kembali lagi dan lagi ke tangannya ketika dia terfokus memanggil senjata.

*

"Sepertinya aku memang tidak punya senjata Una, Aku tidak bisa memanggilnya" ucap Nuril

"Una?, siapa itu Una?" tanya Rayuna yang tidak terbiasa dengan kata panggilan

.

"Ya anggap saja itu kependekan namamu" ucap Nuril

"Tidak, itu terdengar aneh" ucap Rayuna, sebab tidak ada yang menggunakan nama panggilan di dunia Elf

"Baiklah, Rayuna" ucap Nuril

"Aku juga sedikit heran, aku tidak pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya, tidak ada siluman yang datang ketika memanggil senjata, itu jelas berbeda jalur nya" ucap Rayuna

"Mungkin jalur senjata memang tidak ada padaku, jadi yang datang ya tarsius lagi" ucap Nuril.

"Itu jelas tidak mungkin, karena pada dasarnya, wadah lah yang mengendalikan senjatanya, dan senjata yang mengendalikan siluman yang terkait dengan senjata itu sendiri. kalau pun kejadian itu ada, itu sangat jarang terjadi, dan juga tidak sepeti ini, tidak mungkin siluman sekecil ini bisa memberikanmu kekutan yang sangat besar" ucap Rayuna merasa tidak mengerti dengan kasus Nuril.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!