Pagi hari yang cerah…
Seperti biasa, Monita bangun lebih awal demi menyiapkan sarapan pagi untuk Ilham, tinggal selama dua minggu di rumah Ilham membuat Monita tau makanan kesukaan Ilham, Ilham menyukai nasi goreng sea food buatan Monita, nasi goreng sea food buatan Monita waktu pertama kali datang di rumah Ilham ternyata memang benar-benar makanan favorit Ilham.
Setelah selesai berkutat di dapur, kini Monita sudah menghidangkan nasi goreng beserta lauk lainnya di atas meja, meski pun pelayan sudah melarang Monita untuk memasak, Monita tetap saja memasak, duduk diam di rumah sebesar dan semegah itu membuat Monita gerah, Monita yang biasa banyak beraktivitas tiap harinya tidak biasa tentunya jika hanya rebahan saja di kamar.
Monita pun menaiki anak tangga untuk memastikan apakah suaminya itu sudah bangun atau belum, tapi tunggu, suami? Suami siapa? Monita kembali menepis pikiran halunya itu, dia kembali tersadar kalau dia hanyalah istri siri.
Sesampainya di kamar, Ilham sudah ada di kamar mandi, Monita segera melangkah menuju lemari yang ada di walk in closet mengambil setelan jas untuk suaminya, kemudian ia letakkan di meja khusus yang ada di walk in closet itu, lalu ia bergegas pergi meninggalkan kamar itu.
Tak lama, Ilham keluar dari kamar mandi dengan masih memakai handuk yang ia lilitkan di pinggang, pada saat keluar Ilham mendapati satu stel jas yang sudah disediakan di atas meja walk in closet itu, Ilham pun mengerinyitkan dahi, namun tak mau terlalu mengambil pusing, Ilham pun meraih setelan jas itu, lalu mengenakannya, karena menurut Ilham warnanya sangat cocok.
Ilham pun menatap pantulan dirinya di cermin, sembari mengancing jasnya dan membetulkan dasinya.
“Not bad.” Gumam Ilham seorang diri, sementara Monita yang mengintip dari balik pintu, seketika dibuat sumringah saat melihat Ilham sudah keluar dari wak in closet itu dengan sudah memakai setelan jas pilihannya.
Tak mau dirinya sampai tertangkap basah, Monita bergegas turun ke bawah dan kembali menuju ruang makan.
Beberapa menit kemudian, Ilham sudah turun ke bawah dan berjalan menuju meja makan, begitu duduk Ilham menatap Monita sejenak dan berniat ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.
“Monita.”
“Emmm.” Monita menyahut dengan hanya mengangkat kedua alisnya.
“Sore nanti kita akan berangkat ke Swis, saya sudah mengurus jadwal penerbangan untuk kita berdua, kita ke sana untuk menjemput Naomi pulang ke rumah.” Ungkap Ilham kemudian langsung menyendok nasi goreng sea food ke piringnya lalu mulai melahapnya, mengabaikan Monita dan tak peduli dengan reaksinya setelah itu.
“Apa saya juga perlu ikut?” Tanya Monita dengan ragu-ragu.
“Iya, kenapa? kau keberatan? Keberatan atau tidak, saya tidak perlu persetujuanmu, mau tidak mau kau harus tetap ikut!” Tegas Ilham memberi penekanan pada istri mudanya itu.
Monita pun sontak terdiam sembari mulai memainkan sendok dan garpu di piringnya tanpa berniat digunakan untuk menyendok nasi, Monita mendadak jadi lesu karena Ilham mengajaknya ke Swis hanya untuk menjemput istri pertamanya, tiba-tiba saja selera makan Monita hilang begitu saja, Monita jadi tampak tak bersemangat, entah mengapa begitu mendengar nama Naomi membuat Monita jadi tak bergairah lagi, seakan tak punya gairah hidup, entah apa yang ada di pikiran Monita sekarang, Monita pun tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan itu.
Sore harinya, penerbangan untuk pesawat yang akan Monita dan Ilham tumpangi, kini sudah lepas landas dengan membawa Monita dan juga Ilham yang kini sudah berada di dalam pesawat.
Monita yang baru pertama kali naik pesawat dibuat jadi berkeringat dingin saking nervousnya, hal itu tak luput dari perhatian Ilham, Monita mulai memainkan jari-jarinya sambil sesekali mengusap keringat yang ada di dahinya, Ilham pun mengerinyitkan dahi saat melihat tingkah aneh Monita.
“Kau kenapa?” Tanya Ilham dengan tatapan sinisnya.
“Ti… tidak.” Jawab Monita dengan tersendat-sendat.
Ilham pun meraih tangan Monita dan merasakan tangannya yang sudah berkeringat dingin sejak tadi.
“Kau takut?” Tanya Ilham sembari memegang tangan Monita.
“Iy.. iya, ini kali pertama saya naik pesawat.” Jawab Monita dengan jujur.
“Cih dasar kampung.” Cibir Ilham lalu menghempas kasar tangan Monita.
“Pria ini benar-benar tak berperasaan, aku memang lah orang kampung, tapi jangan mencibirku di saat aku benar-benar takut seperti ini.” Batin Monita sembari menatap kesal ke arah suaminya.
Akhirnya Monita memalingkan wajahnya ke kanan, lalu mulai menyandarkan kepalanya, tak lama mata Monita mulai layu, dan akhirnya dengan sekejap Monita mulai tertidur dengan kepala yang miring ke kanan.
Sementara Ilham yang menyadari Monita sudah tertidur, berinisiatif merubah posisi kepalanya yang mulanya miring kanan, jadi bersandar di bahunya, ia pun meraih tangan Monita dan menggenggamnya dengan erat.
Setelah sudah 5 jam penerbangan, Ilham yang menempati tempat yang ada di kelas bisnis itu menekuk tempat duduk dengan desain ergonomis itu sampai mendatar seperti tempat tidur, Monita pun bisa tidur dengan nyaman di samping Ilham, karena perjalanan menuju Swis masih sangat sangat lah jauh.
Saking nyenyaknya tidur Monita, Ilham sampai tersentak karena tiba-tiba Monita meletakkan tangannya di atas dada bidang Ilham, Monita kini tidur di samping Ilham dengan posisi tengah memeluk Ilham, Ilham yang menyadari akan hal itu, hanya bisa diam dengan alasan tidak mau mengganggu tidur Monita, entah itu benar-benar tidak mau mengganggu tidur Monita atau karena ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, terserahlah yang jelas Ilham tidak mempermasalahkannya.
“Ternyata gadis ini sangat cantik.” Batin Ilham sembari menatap Monita dengan senyuman ketertarikan, tanpa Ilham sadari dia sudah mulai terpikat.
Tenyata benar kata orang, cinta akan datang karena terbiasa, oleh sebab itu, jangan pernah beri celah sedikitpun untuk suami kita dekat dengan wanita lain, meski pun dia tidak berniat berpaling, dia akan jadi berpaling karena terbiasa bersama.
Akhirnya, sudah 16 jam 10 menit penerbangan, kini pesawat yang ditumpangi Monita dan juga Ilham sudah mendarat di bandara Zurich yang ada di Swiss.
Ilham dan juga Monita turun dari pesawat dan berjalan menuju bandara, begitu sampai di depan bandara, mereka sudah dijemput oleh mobil pribadi Ilham yang ada di Swiss.
Melihat wanita yang sedang bersama Ilham, supir yang mengemudi mobil Ilham tampak mengerutkan dahinya.
“Siapa wanita ini? Apa dia simpanan tuan muda? Biasanya dia ke sini bersama Nyonya Naomi, tapi kenapa sekarang bersama wanita lain?” Tanya supir itu dalam hati, namun lamunannya seketika buyar saat Ilham menyuruhnya untuk segera menjalankan mobil, supir pribadi Ilham pun mulai menancap gas dan melajukan mobilnya.
“Kita mau ke mana tuan?” Tanya sang supir ketika sudah setengah perjalanan.
“Ke hotel biasa.” Jawab Ilham singkat.
“Baik.” Supir itu langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju hotel yang dimaksud.
Sesampainya di hotel, Ilham dan juga Monita langsung turun dari mobil, dengan di bantu supir tersebut membawakan barang-barang mereka sampai dalam kamar hotel, hotel itu juga milik keluarga Adhitama, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, keluarga Adhitama mempunyai berbagai bisnis di dalam maupun luar negeri, dan Swiss adalah salah satu negara yang mereka pilih untuk membangun salah satu bisnis besar mereka.
Ilham hanya memesan satu kamar, jadi Ilham dan Monita akan tidur satu kamar.
Seakan tak merasa penat sedikitpun, seperti tujuan utamanya, berangkat ke Swiss untuk menjemput Naomi, Ilham kembali keluar dari kamarnya untuk langsung ke vila keluarganya demi menemui Naomi.
“Kau tunggu di sini, atau istirahatlah, saya akan ke vila untuk menemui istri saya.” Ujar Ilham saat mulai beranjak tanpa menatap Monita sedikit pun.
Setelah Ilham keluar dari kamar dan menutup pintu kamar itu, Monita kembali mulai merasakan panas di hatinya.
“Istri? Bukan kah aku juga istrinya? Aku hanya terus diabaikan seperti ini.” Lirih Monita dalam hati.
“Tapi tunggu, Mbak Naomi kan memang istri pertama yang amat sangat ia cintai, apa artinya aku yang hanya dianggap mesin pencetak anak baginya, ah sudah lah Monita, jangan terlalu berekspektasi terlalu tinggi jika tidak mau terhempas jatuh.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Monika jangan main hati nanti kecewa
2024-05-10
0