Makan malam sudah selesai, Monita mulai beranjak untuk membantu para pelayan membereskan meja makan.
“Monita, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Naomi berusaha mencegah Monita.
“Membantu membereskan meja makan Mbak.”
“Ah tidak usah, biar pelayan saja, lebih baik kamu ikut saya, saya akan tunjukkan kamar untukmu.”
“Ta.. tapi Mbak.”
“Sudah ayo.” Naomi mulai menarik pelan tangan Monita dan berlalu meninggalkan ruang makan.
Monita dengan diantar oleh Naomi mulai menaiki anak tangga menuju kamar utama.
“Ini kamarmu.” Ucap Naomi begitu sampai di kamar utama yang tidak lain adalah kamarnya dan juga Ilham.
Monita mulai menyapu seluruh isi kamar yang sangat luas itu dengan matanya, tanpa ada foto pernikahan Ilham dan juga Naomi, semua itu sudah Naomi bereskan, karena Naomi tidak mau Monita merasa tidak enak dan menolak untuk tidur di kamar utama, Naomi sengaja tidak memberitahu Monita kalau kamar yang akan Monita tempati itu adalah kamar utama milik Naomi dan Ilham.
“Kamarnya bagus sekali.” Batin Monita sembari terus menyisiri isi kamar itu.
“Bagaimana apa kamu suka?”
“Suka Mbak, terima kasih ya Mbak.” Jawab Monita sembari menggenggam erat kedua tangan Naomi.
“Iya sama-sama, kamu istirahat dulu ya, aku tinggal keluar.” Ucap Naomi kemudian berlalu meninggalkan Monita sendirian di kamar itu.
Begitu Naomi pergi, Monita segera menghempaskan tubuhnya di kasur empuk itu.
“Nyamannya.” Gumam Monita sembari memejamkan matanya dan tersenyum senang, lalu menutup dirinya dengan selimut sampai ke bagian kepala.
Tak lama pintu kamar pun terbuka, Ilham masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring di samping Monita, Ilham masih tidak tau kalau wanita yang di sampingnya sekarang adalah Monita, jadi dengan spontan dia langsung memeluk tubuh Monita begitu saja.
Merasa sebuah tangan kekar memeluk tubuhnya, mata Minita seketika dibuat terbelalak dengan mulutnya yang mulai menganga, Monita melepaskan tangan kekar itu lalu membuka selimut yang menutupi wajahnya, melihat siapa yang ada dibalik selimut membuat Ilham membulatkan matanya dengan sempurna.
“Kau.” Ucap Ilham lalu dengan segera ia bangkit dari tidurnya karena saking kagetnya.
“Mas!” Pekik Monita yang sama terkejutnya.
“Ada apa ini? Untuk apa kau tidur di kamar saya?” Bentak Ilham saking terkejutnya.
“Kamar Mas? Ini kan kamar saya.”
“Apa katamu?” Ilham mulai memelototinya, membuat nyali Monita ciut dan sontak menundukkan wajahnya.
“Naomi! Naomi!” Teriak Ilham memanggil Naomi.
Tak lama yang dipanggil pun segera datang.
“Iya Mas ada apa?” Tanya Naomi begitu masuk ke dalam kamar.
“Bagaimana wanita ini bisa ada dalam kamar kita?”
Mendengar itu Naomi segera menarik tangan sang suami dan membawanya keluar kamar.
“Ada apa ini sayang?” Tanya Ilham mulai melepas tautan tangannya dari Naomi.
“Mas pelankan suaramu, nanti Monita dengar.”
“Iya kalau begitu jelaskan!”
“Aku yang menyuruh Monita tidur di kamar utama.”
Mendengar itu Ilham mengusap kasar wajahnya.
“Tapi kenapa sayang?”
“Agar dia mendapatkan kamar yang nyaman.”
“Tapi tidak harus di kamar kita, masih banyak kamar yang nyaman yang bisa dia tempati.” Ucap Ilham setengah berbisik.
“Tapi tidak senyaman kamar kita kan Mas.”
“Percayalah, aku hanya ingin memberikan dia tempat yang nyaman dan makan yang baik di rumah ini, tolong kamu mengertilah, aku juga ingin agar kalian bisa melakukan hal itu dengan nyaman.” Lanjut Naomi kemudian.
“Aaggghh terserah kau saja, yang jelas malam ini aku tidak akan tidur di kamar itu bersama dengan dia.” Ujar Ilham lalu beranjak begitu saja menuju kamar tamu.
“Mas!” Panggil Naomi namun Ilham tidak menggubrisnya.
Ilham terus saja melangkah dan tidur di kamar tamu dengan membawa rasa kesalnya.
Naomi pun jadi begitu kalut lalu memjiti pelipisnya yang sedikit berdenyut, dengan satu tangannya yang mengecak pinggang.
“Ada apa Mbak? Mas Ilham mau ke mana?” Tanya Monita tiba-tiba, berhasil membuat Naomi sedikit terkejut.
“Mon… Monita! Sejak kapan kamu di sini?” Tanya Naomi sedikit gugup.
“Sejak Mas Ilham beranjak turun ke bawah.”
“Hah syukurlah.” Batin Naomi mengusap dadanya.
“Mbak kenapa mengusap dada seperti itu?”
“Ah tidak, ya sudah sebaiknya kamu tidur ya, kamu istirahat yang cukup jangan terlalu banyak begadang, tidak baik untuk kesehatan, ayo aku antar lagi ke kamar.” Ajak Naomi kemudian menggiring Monita kembali masuk ke kamar utama.
Monita pun sudah kembali masuk ke dalam kamar utama dengan diantar Naomi.
“Ya sudah Mbak juga mau tidur, kamu juga tidur ya.” Ucap Naomi mengusap lembut pundak Monita lalu berbalik badan untuk keluar dari kamar itu.
“Emm Mbak!” Panggil Monita berhasil menghentikan langkah Naomi.
“Ada apa?” Tanya Naomi kembali membalikkan badannya.
“Tadi Mas Ilham mau ke mana?” Tanya Monita dengan ragu-ragu.
“Ternyata dia juga sudah mulai mengkhawatirkan Mas Ilham.” Batin Naomi dengan tersenyum tipis.
“Mas Ilham hanya turun ke bawah untuk ke taman belakang, tidak apa, sebaiknya kamu tidur saja.”
“Iy.. iya.”
Naomi pun tersenyum lalu kembali beranjak namun lagi-lagi Monita menghentikan langkahnya.
“Ada apa lagi Monita?” Tanya Naomi dengan tenang.
“Tadi kata Mas Ilham ini kamarnya, tapi kenapa Mbak Naomi menyuruh saya tidur di sini.”
“Oh itu, sebelumnya ini memang kamar Mas Ilham, tapi beberapa hari lalu kamar utama sudah di rubah sudah bukan di sini tapi sudah ada di samping kamar ini, jadi kami pindah di kamar sebelah.” Jawab Naomi mencoba mencari alasan.
“Begitu ya Mbak, ya sudah kalau begitu Mbak Naomi tidur saja, maaf sudah banyak bertanya.”
“Tidak apa-apa, ya sudah saya ke kamar saya dulu ya.”
“Iya Mbak.”
Naomi pun beranjak dari kamar itu menuju kamar tamu yang ada di samping kamar utama.
Sementara Ilham tidur di kamar tamu yang ad di lantai dasar, tidak ingin menyakiti hati keduanya, Ilham memilih tidur sendiri dan membiarkan kedua istrinya juga tidur sendiri di kamar mereka masing-masing.
Pagi Hari yang Cerah…
Pagi ini Monita bangun lebih awal, bahkan ia sudah bangun saat sinar mentari belum menyapa dari sela-sela jendela, jam baru menunjukkan pukul 05.00 pagi, ia memasak nasi goreng seafood yang ia sendiri tak tau apa itu menjadi kegemaran Ilham atau tidak.
Menatanya di meja serta secangkir teh dan orange jus, selesai masak ia menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air hangat yang cukup membantu merilekskan tubuhnya saat ini.
Dua puluh menit berlalu dengan cepat kini Monita sudah terlihat menuruni anak tangga dengan keadaan rambut yang masih basah karena baru selesai mandi.
Tak lama Monita mulai mendudukkan dirinya di kursi khusus ruang makan itu.
“Pagi-pagi kamu sudah fresh saja Monita.” Celetuk Naomi tersenyum manis menatap Monita.
“Iya terima kasih Mbak.”
“Siapa yang memasak sarapan pagi ini?” Tanya Ilham kemudian setelah menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.
“Tidak tau Mas mungkin pelayan.” Jawab Naomi karena memang ia juga tidak tau siapa yang sudah menyiapkan sarapan untuk mereka.
“Ternyata pelayan di sini sudah ada kemajuan memasaknya ya, masakannya hari ini sudah semakin enak.” Ucap Ilham yang tak sengaja di dengar oleh salah satu pelayan.
Monita yang mendengar itu hanya tertunduk dan tersipu, karena walaupun dengan cara tidak langsung, Ilham sudah memuji masakannya.
“Maaf tuan muda, tapi semua sarapan di meja ini hasil masakan dari Nona Monita.” Ucap pelayan tiba-tiba memotong ucapan Ilham.
“Apa benar kau yang memasaknya?” Tanya Ilham beralih menatap Monita yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Monita.
“Masakanmu enak Monita, kau punya bakat memasak ternyata.” Puji Naomi kemudian terus menyantap makanannya ke dalam mulut.
“Terima kasih Mbak.”
“Lalu kenapa sejak tadi kau diam saja?” Tanya Ilham dengan nada ketus.
“Mas, jangan terlalu keras padanya.” Ucap Naomi kemudian menggenggam erat tangan sang suami.
Ilham pun terdiam lalu kembali menyantap makanannya hingga kandas, tak lama Ilham mengusap ujung bibirnya dengan tisue lalu beranjak dari tempat duduknya hendak ke kantor.
Naomi mengantar Ilham sampai teras rumah, tanpa disadari Monita juga mengintip mereka dari balik tembok.
Namun tiba-tiba tas bawaan Ilham tertinggal di kamar, Naomi dengan cepat segera berlari menaiki anak tangga untuk mengambil tas Ilham di kamar mereka, sementara Monita tiba-tiba saja muncul dari balik tembok dan memberi kode pada Ilham kalau dasinya miring, Ilham yang tidak mengerti hanya mengangkat kedua pundaknya tanda tak mengerti.
Monita pun berinisiatif untuk berjalan ke arah Ilham dan dengan sigap memperbaiki dasinya yang tampak miring hingga jadi lurus kembali.
“Nah begitu baru benar, perfect.” Ucap Monita dengan mengangkat jempolnya lalu menunjukkan senyum termanisnya.
Melihat senyuman Monita, Ilham pun jadi dibuat tertegun, lalu tiba-tiba Naomi datang dengan membawa tas kantor Ilham sehingga berhasil membuyarkan lamunan Ilham.
“Terima kasih ya sayang.” Ucap Ilham lalu mengecup kening Naomi.
Melihat itu, hati Monita sedikit berdenyut, perasaan sakit hati mulai menyapa dirinya saat melihat suaminya mengecup wanita lain di depannya.
“Tidak tidak, apa yang kau pikirkan Monita? Jelas-jelas yang orang lain di sini adalah kau, kenapa harus sakit hati, Naomi bukan wanita lain tapi dia istri pertama Mas Ilham, yang sudah menempati hati Mas Ilham lebih dulu.” Elak Monita mencoba membuang perasaannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments