Selesai dengan pergulatan panas mereka, pria yang tadinya melakuan hubungan terlarang dengan Mami Bela tampak keluar dari ruangan itu.
Pria itu menatap Monita dengan tatapan tak biasa, nampaknya dia tertarik melihat gadis di depan matanya sekarang, saking terpesonanya, pria itu tanpa sadar membuka lebar mulutnya.
“Apa kau ladies baru di sini?” Tanya pria itu mulai melangkah mendekati Monita.
“Bukan.” Jawab Monita yang kini berdiri di hadapan pria itu.
“Kau sangat cocok jika harus jadi ladies di sini, kenapa tidak menjadi ladies saja?” Tanya pria itu hendak mencolek dagu Monita namun dengan cepat Monita segera menepisnya.
“Jauhkan tangan kotormu itu dariku.” Ketus Monita kemudian berlalu begitu saja meninggalkan pria itu, Monita pun kini masuk ke dalam ruangan Mami Bela, yang sedang merapikan penampilannya yang cukup berantakan.
“Hei sayang, ayo sini duduk, ada apa?” Tanya Bela dengan lembut seakan tau maksud kedatangan Monita saat ini.
“Iya mam.” Monita pun mendudukkan dirinya di sofa king size milik Mami Bela.
“Ada apa sayang? Apa kau berubah pikiran dan ingin menerima tawaran Mami?” Tanya Mami Bela yang duduk berpangku kaki dengan lengan yang diletakkan di sandaran sofa, sembari menatap Monita dengan tatapan sinisnya.
“Iy… iya Mam, sepertinya aku berubah pikiran dan mau menerima tawaran Mami.” Jawab Monita dengan menundukkan kepalanya.
Mendengar itu, Bela pun seketika tersenyum penuh kemenangan, akhirnya dia bisa mendapatkan banyak keuntungan, karena dia sangat yakin, kecantikan Monita akan berhasil memikat hati para pria hidung belang nantinya.
“Akhirnya kau berubah pikiran juga sayang, Mami sangat senang mendengarnya.” Ucap Bela yang kini sudah duduk didekat Monita dan mengusap lembut rambut panjangnya.
“Tapi Mam, aku masih perawan.” Jawab Monita dengan mata berkaca-kaca.
“Kau yakin masih perawan?” Tanya Bela yang kelihatannya sedikit ragu-ragu.
Karena perempuan perawan sebelum menikah di jaman serba modern ini sudah sangat langka, menurut Bela.
Monita pun hanya mengangguk sembari menundukkan kepalanya.
“Kalau memang karena itu, tidak akan jadi masalah.” Jawab Bela sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara.
“Maksud anda Mami?” Monita pun mulai mengusap air matanya yang sudah lolos membasahi kedua pipi mulusnya.
“Ya, karena pekerjaan utamamu hanyalah menemani tamu minum atau pun karaoke, initnya kau hanya perlu membuat tamu betah dan memesan banyak minuman di club ini.” Jelas Bela dengan santai.
“Jadi tidak melakukan itu?”
“Tidak sayang, kalau itu hitungannya juga beda sayang, jika kau menemani mereka melakukan ML, kau akan mendapat tambahan fee dari perusahaan dan dari tamu itu sendiri, tapi kau juga punya hak untuk menolaknya jika tidak berminat.” Jelas Bela secara detail.
Monita pun terdiam sembari terus menyimak penjelasan Bela.
“Bagaimana? Apa kau tertarik?” Tanya Bela sembari terus mengusap rambut panjang Monita.
“Lalu apa saja syaratnya Mami, apa aku perlu memasukan surat-surat dan sebagainya?” Tanya Monita dengan begitu polosnya.
“Hahahaha, kalau bekerja sebagai penghibur di dunia malam, tidak di butuhkan syarat seperti itu, kau hanya perlu melakukan 3 hal.”
“Apa itu Mam?” Monita pun mengerinyitkan dahinya.
“Pertama kau harus tampil cantik, kedua kau harus tampil seksi dan ketiga harus bisa minum alkohol, itu saja.” Jelas Bela dengan begitu santai.
“Tapi Mam, saya tidak pernah minum alkohol.” Monita pun kembali menundukkan kepalanya.
“Itu masalah gampang, nantinya juga kamu akan terbiasa.”
“Tapi ingat, kau harus bisa membuat tamu itu senang, semakin tamu itu senang, semakin banyak tips yang akan kamu peroleh.”
“Apa lagi jika tamu yang kau temani adalah tamu kelas kakap, bisa-bisa kau akan kaya dalam waktu semalam, hahaha.” Jelas Bela panjang lebar lalu kemudian tertawa.
Monita tampak terus berfikir dan merasa sedikit ragu, namun lagi-lagi wajah Eden dan ibunya terus terlintas di benaknya, sampai akhirnya, Monita pun memberanikan diri untuk menerima tawaran Bela.
“Lalu berapa gaji pokok yang akan saya terima jika saya bekerja disini?” Tanya Monita penasaran.
“Jika dalam sebulan kau full menemani satu tamu setiap malam selama jam kerja, tanpa ada sehari pun yang bolong, maka gaji mu 15 juta, namun jika bisa menemani tamu dua kali dalam 1 malam dalam sebulan maka kau akan mendapat 30 juta, itu di luar tips dari tamu dan di luar hitungan BO.”
“Baik Mami saya mengerti, kapan saya bisa mulai?”
“Bukan kah lebih cepat lebih baik? Malam ini, kau sudah langsung bisa bekerja, berdandan dan berpakaian lah yang cantik dan seksi, aku yakin orang secantikmu, tak butuh waktu lama membuat para tamu disini melirikmu.”
“Tapi Mam, aku tidak punya pakaian yang seksi dan tidak bisa berdandan.”
“Kau tenang saja, aku yang akan meriasmu dan meminjamkan bajuku padamu, kau hanya perlu datang membawa badanmu kemari nanti pukul 19.00 malam.
“Oh ya, apa kau akan menggunakan nama Monita? Atau memberi nama samaran untuk menjaga privasimu?” Tanya Bela kemudian.
“Nama samaran Mami?” Tanya Monita dengan dahi mengkerut.
“Iya, kebanyakan ladies disini menggunakan nama samaran demi menjaga privasi, kecuali Rosa, apa kau juga akan mengganti namamu?”
“Iy…iya Mam, tapi aku bingung harus pakai nama apa.”
“Tenang saja aku yang akan memberi nama.”
“Jadi mulai sekarang namamu sebagai ladies disini adalah Katty.”
“Katty?”
“Ya, apa kau tidak suka?”
“Ah tidak tidak Mam, aku suka baiklah aku akan memakai nama itu.”
“Ya sudah Mam, sebentar malam aku akan datang, terima kasih Mami, terima kasih banyak sudah membantuku.”
“Sekarang pulang lah, persiapkan dirimu dan tenagamu untuk nanti malam.”
“Baik Mami, aku pulang dulu.”
Akhirnya Monita pun bisa sedikit bernafas lega, walau pun sebenarnya pekerjaan yang akan dia jalani sama sekali bukan keinginannya, tapi demi ibu dan adiknya, dia rela melakukan apa saja, asalkan bisa menghasilkan uang dengan cepat.
Sisi Lain Rumah Sakit…
Ilham sedang duduk di samping ranjang sang istri yang masih belum sadarkan diri.
Ia berulang kali mengecup punggung tangan istrinya itu dengan tatapan sendu, melihat itu Nancy jadi semakin tidak tega, disisi lain dia sangat menginginkan cucu, tapi melihat keadaan menantunya seperti itu, membuat Nancy terpaksa harus mengubur dalam-dalam keinginannya saat ini, dia berfikir kalau Naomi pasti akan tetap hamil setelah ini, anggap saja ini bukan rejeki mereka, dan Nancy yakin masih ada rejeki yang lain yang akan datang menghampiri mereka.
“Ilham, kau ke ruang dokter saja sekarang, tandatangani surat persetujuan itu agar Naomi bisa segera dioperasi.” Jelas sang Mama kemudian.
“Iya Ma, jaga Naomi sebentar ya.” Jawab Ilham setelah bangkit dari tempat duduknya.
Kini Ilham sudah berada di ruangan dokter.
“Tuan Ilham, mari silahkan duduk.” Ucap sang dokter mempersilahkan Ilham untuk duduk.
“Mana surat yang harus saya tandatangani Dok.” Ujar Ilham lirih.
“Maaf tuan, sebelumnya saya akan menjelaskan satu hal yang tak kalah penting.”
“Apa itu Dok?” Tanya Ilham tampak antusias dengan mulai menunjukkan raut wajah kecemasan.
“Selain mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya, Nyonya Naomi juga mengalami penyumbatan tuba falopi yang menyebabkan Nyonya Naomi sulit hamil, karena tuba falopi adalah saluran yang mengubungkan antara indung telur dan rahim.”
“Saluran ini berfungsi sebagai tempat berjalannya sel telur dari ovarium menuju rahim saat ovulasi dan sebagai tempat pertemuan sel telur dan sel sper** saat proses pembuahan, jika tuba falopi tersumbat, maka perjalanan sel telur menuju rahim akan terhambat.” Jelas dokter itu secara detail.
Mendengar itu Ilham nampak terpukul, bagaiamana pun, jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, dia sangat mendambakan hadirnya sang buah hati di tengah-tengah pernikahan mereka, namun dia juga tidak mau egois, demi kebaikan istrinya terpaksa dia harus menandatangani surat persetujuan itu, Ilham masih tetap mau menerima sang istri bagaimana pun keadaannya, karena cinta Ilham pada Naomi yang tiada tara.
Akhirnya dengan berat hati dan dengan tangan yang bergetar, Ilham menandatangani surat persetujuan itu, dengan buliran bening yang lolos begitu saja dari matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments