“Pekerjaan apa itu nyonya.. eh maksud saya mami.” Tanya Monita tampak gelagapan.
“Menjadi salah satu ladies di sini, kau bisa mendapatkan bayaran yang sangat fantastis, bahkan kau bisa menjadi primadona di sini, mengalahkan Rosa.” Ujar Mami Bela mencoba memberi penawaran pada Monita.
Mendengar itu, Monita sontak mebulatkan matanya, lantas dengan cepat Monita menggelengkan kepalanya, dari kecil sampai sekarang dia tidak pernah bercita-cita menjadi seorang pelacur.
“Tidak mam tidak, saya tidak mau, lebih baik saya menjadi waiters saja, walau pun bayarannya sedikit, asalkan halal.” Jawab Monita menolak mentah-mentah tawaran Mami Bela, dan berlalu begitu saja meninggalkan Bela.
“Tidak apa jika kau menolaknya sekarang, tapi kalau kau berubah pikiran, kau bisa datang kapan saja,” ujar Bela menghentikan sejenak langkah Monita.
Monita pun tidak menjawab sama sekali, ia terus saja mengayunkan kakinya dan benar-benar pergi meninggalkan Bela yang masih berdiri mematung.
Hari ini Monita benar-benar merasa penat, dia terus melangkah kan kakinya menuju halte dengan membawa perasaan kesalnya, bagaimana tidak hari ini Mami Bela benar-benar membuat hatinya gusar, tega-teganya Mami Bela menawarkan dia untuk menjadi ladies di club mewah itu.
Tak lama, sebuah taxi terlihat mulai melintasi jalanan yang mulai sepi itu, melihat taxi yang hendak melintasinya, Monita segera berdiri dan menyetop taxi itu.
Hanya butuh waktu 10 menit, sampai lah Monita dikost nya, begitu sampai Monita menghempaskan tubuhnya di kasur single size yang terletak di lantai itu, sembari memjiti pelipisnya, kepalanya mulai terasa berdenyut, setelah berbaring cukup lama, Monita mulai bangkit dari tempat tidurnya hendak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Namun belum sampai di kamar mandi, ponsel Monita berdering dengan menampilkan nama Eden di layar depan, Monita pun bergegas menjawab panggilan telepon itu.
“Halo.”
“Kak, ibu kak.” Ucap Eden dengan isak tangisnya.
“Ibu kenapa Den?” Tanya Monita dengan mendelikan matanya, jantungnya kini mulai berdebar begitu kencangnya menanti jawaban dari Eden adiknya.
“Ibu masuk rumah sakit penyakit ibu kambuh, dan sekarang ibu tidak sadarkan diri.” Jawab Eden dengan tangisan yang semakin memilukan.
“Apa? La..lalu bagaimana? Apa tindakan dokter?”
“Kata dokter, ibu harus segera di operasi, jika dalam 24 jam ibu tidak segera di operasi, nyawa ibu tidak akan terselamatkan,”
Monita pun semakin di buat cemas kala itu, deru jantungnya semakin berdegup kencang seakan ingin keluar dari sarangnya, bagaimana tidak, ibu nya sedang dirawat di rumah sakit sedangkan dia sedang berada di kejauhan demi mencari sesuap nasi.
“Kak, kakak.” Panggil Eden seketika langsung membuyarkan lamunan Monita.
“Iya dek, maaf kakak sangat syok, berapa biaya operasi yang disebut kan dokter?” Tanya Monita dengan raut wajah yang begitu cemas.
“50 juta kak.” Jawab Eden singkat.
“Apa? 50 juta?” Monita menutup mulutnya yang menganga.
“Iya kak 50 juta, apa kakak tidak punya uang?” Tanya adiknya mulai kasihan dengan kakaknya itu.
“Ah tidak dek, kamu tenang saja, kamu jaga ibu ya, kakak janji kakak akan segera mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu, kamu jaga ibu baik-baik ya, begitu pun dengan kamu, jaga kesehatan dan jangan lupa makan.”
“Iya kak, kakak juga jaga kesehatan ya.”
“Iya, kakak tutup telepon dulu ya.” Tutur Monita langsung mengakhiri panggilan telepon.
Eden Kusuma
Selesai bicara dengan sang adik, kini perasaan Monita mulai berkecamuk, di mana dia harus mendapatkan uang 50 juta dalam waktu kurang dari 24 jam, namun di tengah kecemasannya tiba-tiba Monita teringat Mami Bela, di pikiran Monita saat ini hanya Mami Bela lah yang bisa menolongnya.
Tanpa pikir panjang lagi, Monita segera meraih ponselnya lalu menghubungi nomor Mami Bela, semua pekerja di club itu termasuk waiters seperti Monita tentunya menyimpan nomor Mami Bela.
Lima kali mencoba menghubungi Mami Bela, akhirnya panggilan telepon itu terjawab juga.
“Halo, siapa ya?” Tanya Mami Bela dari seberang telepon.
“Mam, ini saya Monita.” Jawab Monita dengan ragu-ragu.
Mendengar nama Monita, Mami Bela sontak mengutas senyumannya.
“Akhirnya kamu menghubungi Mami juga ya Mon, apa kamu mulai berubah pikiran?”
“Ah tidak tidak Mam, to..tolong jangan salah paham, ak..aku… aku…” Ucap Monita dengan tersendat-sendat.
“Kenapa sayang? Bicara lah, Mami akan mendengarkannya.” Ucap Bela dengan nada lembut.
“Jadi begini Mam, aku… aku butuh uang 50 juta, ibuku sedang dirawat di rumah sakit sekarang, ibuku butuh biaya operasi, dan waktu ku hanya 24 jam, kalau sampai lewat 24 jam ibuku tidak di operasi, itu bisa membahayakan nyawa ibu ku.” Jelas Monita lirih.
“Apa yang bisa menjadi jaminannya agar saya bisa mempercayaimu?”
Monita pun terdiam, sejujurnya dia dia tidak tau jaminan apa yang harus ia berikan untuk meyakinkan Mami Bela, tapi saat ini dia benar-benar butuh uang, pikiran Monita pun jadi di buat kalut.
“Monita?”
“Eh iya maaf mam… jujur aku tidak punya jaminan apa-apa, tapi aku akan bekerja dari pagi sampai malam agar bisa melunasi hutang ku pada Mami, bila perlu Mami bisa mengambil sebagian besar gajiku sebagai jaminannya, dan aku akan terus bekerja sebagai waiters sampai hutang ku lunas.” Jawab Monita penuh keyakinan.
“Monita… Monita, di dunia ini mendapatkan uang 50 juta itu tidak semudah itu, lebih baik kamu pikirkan saja tawaran Mami tadi, kalau kamu bersedia besok kamu akan segera mendapatkan bahkan lebih dari 50 juta, kamu akan mendapatkan bayaran yang lebih mahal dari Rosa, Mami bisa jamin itu.” Ungkap Bela mencoba memberi penawaran lagi pada Monita.
“Maaf Mam, aku tidak bisa, aku akan cari pinjaman di tempat lain saja.” Ucap Monita kemudian langsung mematikan panggilan teleponnya.
“Dasar keras kepala, kita lihat saja nanti, apa kamu benar-benar tidak membutuhkan pekerjaan ini.” Gumam Bela seorang diri dengan tatapan sinis.
Mami Bela
Setelah bolak balik mencari pinjaman namun tak kunjung mendapatkannya, akhirnya Monita memutuskan untuk pulang dulu dan lanjut kembali mencari seseorang yang dengan sukarela mau meminjamkan uang padanya.
Kini Monita sudah berada di kostnya, setelah selesai membersihkan diri, Monita pun membaringkan tubuhnya yang terasa begitu letih di kasur kecilnya.
Keesokan harinya…
Sinar mentari pagi kini menyapa Monita lewat sela-sela jendela kamar kostnya, hangatnya sengatan matahari dari balik jendela berhasil membangunkan Monita, hari ini Monita tidak ke pasar untuk membeli bahan kue untuk dijual, Monita libur jualan karena harus lanjut mencari pinjaman kemana-mana.
Setelah duduk berdiam diri di tempat tidurnya, Monita kembali memikirkan tawaran Mami Bela semalam, Monita tampak berpikir keras, perasaannya saat ini begitu kacau, pikiran Monita seolah buntu, ia sudah mencoba mencari pinjaman di mana-mana, namun tidak ada yang bersedia memberikannya pinjaman karena memang uang yang akan Monita pinjam jumlah nya tidak sedikit.
“Apa aku terima saja tawaran Mami Bela.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments