Malam hari di sebuah Club…
Ilham saat ini sedang berada di sebuah club ternama di kota itu, kepalanya yang begitu pusing membuat dia ingin minum sedikit, di bawah lampu remang-remang, di tengah hingar bingar musik yang bergemuru Ilham menenggak wine langsung dari botolnya saking penatnya pikiran Ilham saat ini.
Di tengah pikirannya yang teramat kalut, Ilham seketika di buat tertegun melihat seorang wanita yang cukup familiar di matanya.
Wanita itu sedang duduk menuangkan minuman di gelas seorang pria yang kini duduk di sampingnya sembari merangkul mesra pinggang ramping wanita itu, wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Monita.
“Aku baru ingat, wanita itu kan waiters disini yang pernah mengantarkan minuman di ruangan VIP waktu itu, rupanya sekarang dia juga seorang ladies disini.” Gumam Ilham dalam hati dengan senyum menyeringai.
“Sepertinya dia cocok menjadi istri siriku, lagipula di dunia ini mana ada wanita baik-baik yang mau menjual rahimnya padaku, dia kan hanya wanita malam, dipikirannya hanya uang uang dan uang, jadi dia pasti dengan mudah mau menerima tawaranku.” Batin Ilham dengan matanya yang tak lekang memandangi gadis itu.
Banyak wanita yang rela menjadi istri kedua Ilham, karena wajah Ilham yang sangat tampan itu, tidak sedikit wanita yang menggilainya, tapi entah kenapa dia menjatuhkan pilihannya pada Monita, menurut Ilham, Monita adalah gadis yang bisa dia manfaatkan.
Sehingga tanpa pikir panjang, Ilham menyuruh salah satu waiters untuk memanggil Mami Bela.
Tak perlu waktu lama, Mami Bela kini sudah ada di hadapan Ilham.
“Selamat malam tuan muda, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya Mami Bela dengan ramah.
“Siapa nama wanita itu?” Tanya Ilham menunjuk ke arah Monita.
“Oh yang itu namanya Mon.. eh maksud saya Katty tuan, emmm ada apa gerangan tuan menanyakan gadis itu?” Tanya Bela begitu ramah.
“Panggilkan dia untukku, aku ingin dia menemaniku malam ini.”
“Ta..tapi tuan, dia sedang bersama tuan yang itu, apa perlu aku panggilkan ladies yang lain, disini ada ladies yang tak kalah cantik, namanya Rosa, mau ku panggilkan?” Tanya Bela tersenyum dan mencoba memberi penawaran.
“Tidak! Aku hanya ingin wanita itu, panggilkan dia untukku sekarang, aku akan membayarmu 100 juta.” Jawab Ilham sembari mulai kembali menenggak sebotol wine.
Mendengar itu, Bela nampak sumringah, bagaimana tidak, fee yang di tawarkan Ilham jauh lebih besar dari apa yang di berikan pria yang kini menjadi tamu Monita, sehingga tanpa pikir panjang, Bela segera memanggil Monita yang sedang menuangkan kembali sebotol wine di gelas pria itu.
“Tapi kenapa Bel? Dia ladiesku, kau tidak bisa seenaknya mengambil dia begitu saja.” Ketus pria itu menatap sinis ke arah Bela.
“Maaf tuan Dika, tapi waktu anda bersama Katty tinggal 5 menit lagi, bukankah lebih baik kau lepaskan saja dia, lagipula orang yang meminta Katty bukan orang sembarangan, dia CEO Anugrahjaya.” Ucap Bela setengah berbisik.
Mendengar itu, Dika segera melepas Monita untuk Ilham, ternyata Ilham adalah klien barunya yang akan memberikan proyek besar untuknya, jadi dia takut membuat Ilham kecewa.
“Katty, ayo kita ke kursi sebelah sana.” Ajak Bela menarik pelan tangan Monita menuju kursi yang di tempati Ilham.
“Baik Mam.” Jawab Monita singkat.
Kini Monita sudah berada di hadapan Ilham.
“Permisi tuan muda, ini ladies yang tuan inginkan.”
Ilham melirik Monita sejenak, lalu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sembari menggoyangkan ke samping kanan sebagai isyarat agar Bela segera pergi meninggalkan mereka berdua, Bela pun pamit dan berlalu pergi, menyisakan Monita dan Ilham disana.
“Kemarilah!” Panggil Ilham kemudian.
Monita pun berjalan dengan langkah gontai dan mendudukkan dirinya di sofa tempat Ilham duduk.
“Saya ingin mengajakmu booking out.” Ucap Ilham tanpa melirik Monita sedikit pun.
“Ta…tapi tuan, saya tidak pernah booking out.” Jawab Monita sembari menundukkan kepalanya.
“Aku bayar kamu 100 juta jika mau ku ajak keluar.”
Mendengar itu Monita sontak mendelikan matanya, bagaimana tidak tawaran yang di berikan pria itu sangat fantastis, bahkan jauh dari kata cukup, bisa-bisa ibunya akan segera di operasi malam ini juga jika dia bersedia menerima tawaran Ilham Adhitama.
Monita tampak berfikir keras, bagaimana pun ini menyangkut masa depannya, jika Monita setuju untuk booking out, itu artinya dia harus siap memberikan tubuhnya pada pria yang baru dia kali bertemu dengan dirinya itu, yang bisa dibilang masih begitu asing bagi Monita, namun lagi-lagi, bayang-bayang wajah sang ibu mulai memenuhi benak Monita, akhirnya dengan menghela nafas panjang lalu menghembuskannya, Monita pun menyetujui tawaran pria itu.
“Berikan nomor rekeningmu, kau bisa mengirimkan nomor rekening itu ke whatsapp pribadiku.” Ujar Ilham sambil menyodorkan ponselnya yang sudah menampilkan nomor teleponnya di depan Monita.
“Baik tuan.”
Dengan cepat Monita segera mencatat nomor telepon itu di ponsel miliknya, dan mengirimkan nomor rekeningnya di whatsapp Ilham.
“Jangan lupa nomor rekening Mami mu juga.”
Akhirnya Monita kembali mengutak-atik ponselnya untuk mengirim nomor rekening Mami Bela di nomor Whatsapp Ilham.
“Sudah ku duga, wanita panggilan seperti dia akan cepat silau matanya jika menyangkut soal uang.” Gumam Ilham dalam hati dengan wajah sinisnya.
Kini Ilham sudah berhasil membawa Monita di sebuah hotel, Ilham menempelkan sebuah kartu di gagang pintu kamar hotel yang sudah Ilham pilih untuk mereka berdua.
Ilham pun masuk begitu saja meninggalkan Monita yang masih berdiri mematung saking ragunya.
“Apakah ini keputusan yang tepat? Ya Tuhan, maafkan aku, ini semua demi ibu.” Lirih Monita dalam hati dengan air mata yang sudah berhasil lolos membasahi pipi halusnya.
“Hei apa yang kau lakukan disitu? Ayo cepatlah masuk.” Ketus Ilham berhasil membuyarkan lamunan Monita.
Sesampainya di dalam kamar, dengan tenang Ilham mulai mendudukan dirinya di sofa yang sudah di sediakan khusus di kamar itu.
“Duduklah!” Titah Ilham saat melihat Monita hanya diam berdiri di depannya.
“Baik tuan.” Monita pun ikut duduk di sofa yang ada di depan Ilham.
“Kenapa hanya duduk disitu? Ayo duduklah disini.” Ucap Ilham sembari menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya yang ada di sofa panjang, tempat di mana ia terduduk.
Akhirnya dengan gugup dan takut-takut, Monita menuruti perkataan Ilham dan mulai duduk di samping Ilham.
“Tenang saja, saya tidak akan macam-macam denganmu sekarang, saya sudah punya istri.”
Mendengar itu Monita sontak membulatkan matanya, sulit dipercaya, pria setampan ini ternyata sudah menikah, tapi bukankah itu bagus, artinya Monita tidak akan ia apa-apakan, tapi untuk apa kira-kira pria ini memanggilnya, itulah yang ada dalam benak Monita saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments