Bab 19

❤️ Happy Reading ❤️

Mama Dinar duduk di samping papa Diki, tangannya terus di genggam sang suami, karena papa Diki tau bahwa istrinya itu saat ini tak hanya merasa khawatir tapi juga merasa bersalah.

Riko sang asisten juga duduk tak jauh dari mereka.

"Ma." panggil papa Diki dengan lirih. Papa Diki memberikan kode dengan matanya untuk mama Dinar menghampiri Davin.

Mama Dinar yang mengerti pun langsung menganggukkan kepalanya dan berdiri dari duduknya menghampiri sang putra.

Meraka berdua belum pernah melihat Davin sekhawatir ini pada seorang wanita selain mama serta mendiang kedua Omanya.

Jadi mama dan papa Diki tambah yakin jika putranya itu begitu mencintai sosok wanita yang sedang terbaring lemah di dalam sana.

"Duduk Dav." kata mama Dinar menyentuh pundak Davin yang sejak tadi berdiri dan sesekali berjalan mondar-mandir di depan pintu.

"Gimana Davin bisa duduk Ma, sementara Davin saja belum tau bagaimana keadaan Sira." kata Davin. "Semua ini salah Davin Ma, andai Davin tak membiarkan Sira jauh dari Davin, semua ini tak akan terjadi." katanya lagi yang jelas begitu merasa bersalah.

''Ini bukan salah kamu Dav, jangan seperti ini ... Mama juga merasa bersalah." kata mama Dinar dengan mata yang sudah berkaca-kaca sejak tadi.

Grep

"Davin takut Sira kenapa-napa Ma.'' lirih Davin yang langsung memeluk tubuh wanita nomor satu di hatinya, wanita yang sampai kapan pun akan selalu menempati tahta tertinggi di hatinya.

"Percaya sama mama ... tidak akan terjadi apa-apa sama Sira, mama bisa melihat dia gadis yang kuat." kata mama Dinar berusaha menenangkan hati sang putra padahal jauh di dalam hatinya pun merasakan hal yang sama, tapi yang namanya seorang ibu, dia harus bisa jadi sosok yang bisa menenangkan. "Ayo duduk dulu, Sira pasti sedih kalau lihat kamu kayak gini." bujuk mama Dinar.

Akhirnya Davin pun menurut dengan apa yang di katakan sang mama.

Davin di tuntun untuk duduk di samping mama Dinar. Davin duduk dengan tangan yang saling di takutkan di sela kakinya, bahkan dirinya pun selalu menoleh ke arah pintu.

Cklek

Mendengar suara pintu yang akan terbuka membuat Davin segera berdiri dari duduknya dan menghampiri sang dokter yang baru keluar.

"Dok, bagaimana keadaannya?" tanya Davin dengan raut cemas.

"Pasien saat ini masih belum sadarkan diri, tapi secara keseluruhan semuanya baik." jawab sang dokter. "Pasien akan segera di pindahkan ke ruang rawat, karena kami ingin melihat perkembangannya agar bisa memastikan keadaannya, jadi keluarga bisa menjenguknya di sana." sambungnya lagi.

"Baik dok, terimakasih." ucap Davin.

Tapi mendengar keterangan sang dokter saja tak cukup membuat hati Davin tenang. Pemuda itu ingin melihat dan memastikan secara langsung bagaimana keadaan Sira.

Setelah sang dokter pergi, tak terlalu lama Sira keluar dengan kembali di bawa menggunakan brankar dorong menuju ke ruang perawatannya.

Sebelumnya Riko sudah di minta Davin untuk mengurus segala administrasinya.

Sira di pindahkan ke ruang perawatan kelas VVIP dan tentu saja itu semua adalah permintaan Davin serta keluarga, mereka ingin memberikan yang terbaik untuk perawan Sira.

❤️

"Gak ... gak ... aku gak mau di sini." kata Sira dengan mata yang masih tertutup rapat dan keringat yang mengalir.

"Sira ... Ra ... " panggil Davin dengan pelan tepat di samping Sira, tangannya pun sudah terulur untuk mengelus pipi Sira dengan tujuan agar gadis itu bangun.

"Aku mau keluar ... tolong ... tolong aku, aku takut ... TOLONG." kata Sira lagi dengan kata tolong yang semakin keras di akhirnya dan di ikuti dengan dirinya yang langsung refleks duduk serta nafas yang terengah-engah.

"Ra." panggil Davin.

"Davin." lirih Sira dengan menoleh ke arah Davin ketika namanya di panggil, air mata pun sudah menetes dengan deras di pipinya.

Grep

Davin pun membawa tubuh Sira kedalam pelukannya.

"Hiks ... hiks ... hiks ... aku takut Vin, aku takut ... hiks ... hiks ... " kata Sira dengan suara tangisan yang menyayat hati.

"Shuttt ... sudah ada aku di sini." kata Davin dengan lembut, tangannya pun yang sebelah dia gunakan untuk mengelus punggung Sira dengan tujuan untuk menenangkan wanita itu.

Mama Dinar dan papa Diki yang juga masih berada di sana bisa melihat dengan jelas ketakutan dari Sira. Bahkan mama Dinar juga sampai meneteskan air matanya meluhat keadaan Sira yang bisa di bilang kacau, sehingga papa Diki pun harus menarik tubuh sang istri kedalam pelukannya.

"Aku mau pulang Vin, aku mau pulang." kata Sira lagi. "Aku takut ... aku gak mau di sini." sambungnya.

"Tunggu sampai dokter memeriksa kamu dulu ya." kata Davin.

"Selamat malam." sapa sang dokter yang datang bersama satu perawat.

Begitu melihat Sira yang siuman, Riko dengan sigap langsung memanggil dokter yang menangani kekasih atasannya itu.

"Selamat malam dok." sahut mama Dinar, papa Diki juga Davin, sedangkan Sira masih setia di pelukan Davin.

"Karena pasien sudah sadar jadi saya ingin memeriksanya." kata dokter memberi tau tujuannya datang ke ruangan itu.

"Ra, lepas dulu ya ... biar kamu di periksa dokter." kata Davin namun Sira terlihat sangat enggan untuk melepaskan pelukannya. "Katanya mau pulang, jadi lepas dulu sebentar ya." bujuk Davin lagi.

"Tapi aku gak mau di tinggal Dav." rengek Sira.

"Aku gak kemana-mana, aku ada di sini untuk temani kamu." sahut Davin barulah Sira mau melepaskan pelukannya.

Selama pemeriksaan Sira sama sekali tak melepaskan tangan Davin, Davin pun dengan setia berada di samping Sira sambil menggenggam tangan gadis itu.

"Bagaimana dok?" tanya Davin.

"Aku mau pulang." kata Sira.

"Keadaannya baik-baik saja, namun ... " kata dokter.

"Namun apa dok?" potong Davin.

"Sepertinya Nona Sira pernah mengalami kejadian buruk yang sangat membekas hingga sekarang, em bisa di bilang trauma." kata dokter menyampaikan analisanya.

Davin yang mendengar hal itu pun sedikit kaget, dia tak pernah menyangka gadis seperti Sira yang terlihat kuat ternyata memiliki sebuah trauma.

"Jadi apa boleh pulang dok?" tanya Davin.

"Malam ini di sini dulu ya." jawab dokter.

"Enggak, aku mau pulang." sahut Sira. "Dav, aku mau pulang Dav, aku gak mau disini ... aku gak mau bikin ibu khawatir Dav." kata Sira pada Davin.

"Huft baiklah kalau pasien memaksa, tapi harap anda banyak beristirahat dan jangan lupa untuk meminum obatnya secara teratur." kata dokter pada akhirnya. "Kalau sudah tak ada yang ingin di tanyakan, saya permisi dulu." pamitnya.

"Baik dok, terimakasih." ucap Davin.

"Maafkan mama ya sayang, andai tadi mama temani kamu pasti ... " ucap mama Dinar dengan penuh penyesalan.

"Gak apa-apa Tan, tadi juga Sirakan yang nolak untuk di temani." potong Sira yang kini sudah lebih tenang, dia tak ingin mama Dinar bersedih karena merasa bersalah padahal semua itu memang bukan kesalahannya.

"Bagaimana Ko?" tanya Davin pada Riko yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Semuanya sudah beres Tuan, Nona Sira sudah bisa pulang." jawab Riko yang telah menyelesaikan pembayaran.

Terpopuler

Comments

ira

ira

Davin kamu hrs selidiki kejadian yg menimpa sira

2024-04-06

4

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Davin gak ada inisiatif buat menyelidiki kejadian ini.. cek cctv misalkan, krn Sira terkunci dr luar ditambah keterangan yg menyatakan kondisi tiloilet rusak itukan artinya di sengaja..

2024-03-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!