Bab 9

❤️ Happy Reading ❤️

"Kamu kenapa?" tanya Damar pada sang istri saat mereka berdua sudah berada dikamar untuk membersihkan diri.

Melihat wajah istrinya yang cemberut seperti itu membuat Damar bisa langsung menebak kalau perasaan istrinya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Adik kamu itu ... apa-apaan bawa wanita gak jelas ke rumah." ketus Cika. "Dari hanya melihat penampilannya saja aku sudah bisa menebak jika dia pasti bukan dari kalangan orang berada ... tidak selevel sama kita." sambungnya lagi.

"Tapi aku lihat dia sepertinya baik, sopan." kata Damar sambil melepas satu persatu kancing kemejanya.

"Halah jangan mudah tertipu sekarang dengan wajah yang di buat lugu atau polos seperti itu, di dunia ini sekarang banyak sekali orang yang pandai berpura-pura." kata Cika lagi dengan perasan lebih kesal lagi karena sang suami malah memberi penilaian positif untuk wanita yang menjadi rivalnya dalam memenangkan hati Davin.

"Ya udah sih biarin aja toh Davinnya juga cinta." kata Damar pada akhirnya.

"Tapi dia itu adik kamu loh." kata Cika.

"Iya, tapi kita ... aku ataupun kamu tidak berhak untuk ikut campur dalam urusan pribadi mereka." kata Damar lagi. "Sudahlah aku mau mandi terlebih dahulu, kasihan kalau mereka terlalu lama menunggu kita untuk makan malam." imbuhnya dan langsung berjalan menuju ke arah kamar mandi.

Selain takut yang di bawah jadi lama menunggu, Damar juga tak ingin lebih lama menanggapi kekesalan Cika yang akan bisa berujung terjadi pertengkaran di dalam ruang tangga mereka jika dirinya nanti sampai salah bicara.

Selama Damar mandi, rasa kesal di hati Cika belum juga surut bahkan malah semakin berkobar bak api yang di siram minyak. Rasa panas kerena cemburu masih begitu menguasai hatinya pada saat ini.

"Lihat saja, akan aku buat mereka pisah." kata Cika dengan mengepalkan tangannya. "Tak ada satu orang pun yang boleh memiliki Davin, karena Davin hanya milikku." sambungnya lagi. "Cepat atau lambat, aku pasti bisa untuk mendapatkan Davin ... karena tak ada satu pria pun yang bisa menolak pesona seorang Cika." imbuhnya dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi.

Cika melangkahkan kakinya dan duduk di tepi tempat tidur.

"Davin, kamu boleh jual mahal sekarang ... tapi aku yakin kamu pasti akan jatuh ke dalam pelukanku." gumam Cika. "Kedalam pelukan seorang Cika." imbuhnya dengan senyum smirk menghiasi bibirnya yang tipis.

Jika di lihat, Damar sudah termasuk dalam katagori pria yang gagah dan tampan ... good looking, namun jika di bandingkan dengan Davin ... ketampanan serta kegagahannya masih satu tingkat di bawah sang adik.

Dan Cika sudah begitu terpesona pada sosok Davin saat dirinya di kenalkan pertama kali ke keluarga Ardiansyah oleh Damar.

Cika benar-benar tak menyangka jika Damar memiliki adik yang setampan itu.

❤️

Damar dan Cika langsung ikut bergabung di ruang makan begitu mereka turun dari kamarnya dan kebetulan semua sudah menunggu di sana.

"Nah karena semuanya sudah hadir, jadi kita langsung saja mulai makan malamnya." kata papa Diki ketika anak dan menantunya sudah mendudukkan diri di kursi.

Mama Dinar yang memulai lebih dulu mengambilkan makan untuk papa Diki baru setelah itu dirinya mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Baru setelah selesai, yang lainnya mulai juga mengambil makanan.

Damar selalu mengambil makanannya sendiri, tak di layani sang istri seperti papanya ... namun dirinya tak pernah mempermasalahkan akan hal itu karena tangannya juga masih sanggup kalau hanya untuk sekedar mengambil makanan.

Mama Dinar dan papa Diki pun tak mempermasalahkan sikap menantunya yang tak pernah melayani suami di meja makan, selama putranya tak masalah ... ya biarlah, toh mereka berdua yang menjalani.

"Biar aku ambilkan." kata Sira saat melihat Davin hendak meraih centong nasi.

Mendengar perkataan Sira, membuat yang ada di sana langsung mengalihkan pandangan mereka menjadi ke arah Sira juga Davin.

Mama Dinar juga papa Diki pun sampai sempat saling pandang sejenak sebelum senyum manis terbit di bibir keduanya melihat bagaimana wanita yang baru di perkenalkan pada melayani sang putra. Satu poin plus di dapatkan lagi oleh Sira dari orangtua Davin tanpa di sadarinya.

Davin pun menyerahkan piringnya yang masih kosong pada tangan Sira yang terulur ke arahnya dengan senyum yang tercetak jelas di bibirnya.

"Apa segini cukup mas?" tanya Sira.

"Hem cukup." jawab Davin.

"Mau pakai apa?" tanya Sira karena di meja itu ada beberapa sayur juga beberapa jenis lauk yang tersaji.

"Terserah kamu aja, apapun yang kamu ambilkan ... pasti aku makan." kata Davin yang entah kenapa membuat Sira mendadak jadi baper sampai pipinya pun memerah.

"Sadar Sira, sadar ... ini hanya sandiwara, jangan sampai kamu benar-benar jatuh hati sama dia." gumam Sira dalam hati untuk mengingatkan posisi dirinya yang sebenarnya.

"Apa kayak gini rasanya di layani dengan seorang istri?" tanya Davin dalam hati saat merasa seperti ada rasa hangat di dalam hatinya.

"Terimakasih." ucap Davin saat Sira meletakkan piring yang sudah terisi penuh dengan makanan di hadapan Davin.

Sira tak menjawab ucapan Davin, namun dirinya hanya memberikan seulas senyum manis saja pada kekasih pura-puranya itu.

Sedangkan di sana juga ada Cika yang semakin di buat kesal di dalam hatinya karena melihat bagaimana interaksi antara Davin dan Sira, bahkan sampai dirinya pun tak sadar kalau berdecak.

"Kamu kenapa?" bisik Damar tepat di telinga Cika.

"Aku?" tanya Cika sambil menunjuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuknya. "Memangnya aku kenapa?" tanya balik Cika.

"Aku denger kamu berdecak gitu." kata Damar.

"Enggak, salah denger kali." kilah Cika.

"Kalian berdua ... makan, kenapa malah jadi ngobrol." tegur mama Dinar pada Damar dan Cika.

"Iya ma." sahut keduanya.

Bukan karena apa-apa, selain tak sopan jika makan sambil berbicara ... sebenarnya juga takut nanti kalau malah tersedak.

❤️

Begitu selesai makan, mereka lanjut mengobrol di ruang keluarga.

"Nanti hari minggu main kesini lagi ya sayang." kata mama Dinar pada Sira.

"Nanti Sira usahakan ya Tante." jawab Sira, karena dirinya sama sekali belum membicarakan hal ini dengan Davin.

Mau minta pendapat Davin, sayangnya pria itu saat ini sedang berada di ruang kerja sang papa untuk membahas tentang perkembangan perusahan bersama papa juga kakaknya.

"Ah mama itu seneng banget Davin bawa pacarnya ke sini, sebelumnya mama merasa tak percaya jika Davin akan memperkenalkan kekasihnya." celoteh mama Dinar. "Dengan begini berarti rumor yang berkeliaran di luaran sana yang mengatakan jika Davin mempunyai kelainan ... sama sekali tidak benar." sambungnya lagi yang membuat Sira hanya tersenyum, sebab bingung mau menanggapi seperti apa.

Sedangkan Cika yang memang dasarnya sudah gak suka dengan Sira, lebih memilih untuk sibuk memainkan ponsel miliknya ketimbang ikut bergabung mengobrol bersama kedua wanita beda generasi itu.

Cika hanya akan mengeluarkan atau merespon jika namanya di sebut oleh sang mertua kalau tidak dirinya akan kembali lagi sibuk dengan gawai yang ada di tangannya.

Terpopuler

Comments

Andi wijaya

Andi wijaya

sudah gila kau Cika sudah punya suami masih mencintai adik ipar

2024-05-06

1

ira

ira

dasar Cika ga tau diri sdh punya suami yg bisa d katakan sempurna masih aja mau dapetin Davin lagi dasar serakah 😤😤😤sdh dpt lampu hijau nih🤭🤭🤭

2024-04-06

4

Sandisalbiah

Sandisalbiah

cika ini terlalu terobsesi pd Davin, gak bersyukur punya suami seperti Damar ...dasr perempuan serakah..

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!