Bab 4

❤️ Happy Reading ❤️

Satu persatu ketua divisi masuk ke dalam aula begitu seluruh karyawan sudah berkumpul.

Tak lama setelah itu Pak Diki Ardiansyah yang selama ini menjadi pemimpin perusahan masuk bersama seorang pemuda tampan di sebelahnya, mereka jalan beriringan dengan menggunakan pakaian yang begitu formal.

"Tampannya."

"Ganteng."

"Paket komplit, ganteng, muda dan mapan."

"Ra, lihat ... " kata Ami menyenggol bahu Sira yang sedari tadi sibuk sendiri dengan ponselnya tanpa menghiraukan keadaan sekitar.

"Hah ... " sahut Sira yang kaget.

"Itu." kata Ami lagi sambil menunjuk ke arah seseorang yang di ikuti oleh mata Sira.

"Dia." gumam Sira setelah melihat siapa yang berdiri di atas sana.

Sama halnya yang di atas pun telah memindahi seluruh calon karyawannya hingga mata tajamnya bertemu dengan pandangan seseorang yang di kenalnya.

Davin, ya sosok itu adalah Davin. Davin tersenyum begitu tipis setelah matanya bertatapan dengan Sira.

"Hah, ternyata dia kerja di sini." gumam Davin dalam hati dengan mata yang terus memperhatikan Sira hingga sang papa memangilnya untuk menyampaikan sepatah dua patah kata sebagai perkenalan.

"Selamat pagi semua ... saya rasa kalian semua sudah tau siapa saya, jadi saya harap kita bisa bekerja sama untuk memajukan perusahaan ini.'' kata Davin dengan begitu singkat, karena baginya tak perlu berkata panjang dan lebar karena sang papa pun sudah menjelaskannya tadi.

Setelah itu seluruh karyawan di bubarkan untuk kembali lagi bekerja.

"Papa harap kamu bisa memajukan perusahaan ini meskipun kamu sendiri sudah memiliki usaha yang lain." kata Pak Diki pada sang putra. "Dan papa juga berharap kamu bisa segera mengenalkan calon istrimu sebelum mama dan papa mengambil tindakan untuk kembali membuat perjodohan untukmu, ingat umurmu sudah semakin bertambah." katanya lagi yang di sertai peringatan karena putra keduanya ini selalu menolak untuk di jodohkan dengan alasan sudah memiliki tambatan hati entah itu benar atau hanya alasan semata.

"Huh segera Pa, tunggu saja." jawab Davin dengan entengnya.

Karena dia merasa sudah ada seseorang yang bisa di ajaknya untuk bertemu dengan keluarganya sekaligus untuk mematahkan segala obsesi sang kakak ipar padanya.

❤️

Sedangkan di divisi keuangan Mona dan juga Lina terus saja berisik membicarakan CEO mereka yang baru.

"Aku yakin bisa dapetin tuh CEO." kata Mona dengan rasa percaya dirinya yang terlalu tinggi. "Lagian siapa juga yang bisa menolak pesona seorang Mona." sambungnya lagi dengan sombong.

"Aku juga ingin dapetin tuh CEO." sahut Lina. "Gak jadi istri satu-satunya, jadi yang kedua, ketiga bahkan ke empat pun tak masalah." sambungnya lagi. "Bahkan untuk sekedar jadi pemuas nafsunya di ranjang pun aku mau." imbuhnya lagi dengan tak tau malu.

"Woi kalian berdua tuh berisik banget!" seru Beni yang merasa tak bisa berkosentrasi. "Ini waktunya kerja bukan ngerumpi." imbuhnya lagi.

"Cih, apaan sih." kata Mona dan Lina yang tak mau ambil pusing.

"Pacar mau di kemanain Woi." timpal Ami.

''Halah itu mah gampang." sahut Mona. "Selama janur kuning belum melengkung di depan rumah ... masih bebas mau sama siapa aja, bener gak Lin?" kata Mona lagi.

"Yo'i." sahut Lina yang memang sefrekuensi.

Sedangkan Sira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar pembicaraan para rekannya yang lain.

Ting

"Pulang bareng."

Sira berdecak melihat siapa yang mengiriminya pesan ... "Si Pemaksa" itulah nama yang dia sematkan untuk kontak milik Davin.

"Enggak, terimakasih."

Balas Sira.

Ting

"Ini bukan sebuah tawaran, melainkan perintah jadi kamu tak bisa menolaknya."

"Ck, dasar pemaksa." gumam Sira. "Darah tinggi nih lama-lama kalau terus kayak gini." gumamnya lagi dengan kesal. "Pantes aja gak punya pacar, lagian siapa juga yang bisa tahan sama dia." imbuhnya lagi dengan terus mengumpat dalam hati.

❤️

"Makan siang yuk Ra." ajak Ami dan Beni yang sudah berdiri di dekat Sira.

"Kalian duluan aja, nanti aku nyusul." sahut Sira. "Nanggung kalau di tinggal." imbuhnya lagi sambil mengangkat berkas yang tengah di kerjakan.

"Ya udah kita duluan ke kantin, tapi nanti kamu beneran nyusul loh." kata Ami yang perutnya sudah merasa sangat lapar.

"Iya, sudah sana ... cacingnya sudah pada demo tu." kata Sira yang mendengar bunyi perut keroncongan yang dia yakini berasal dari perut Ami.

"Hehehe iya." sahut Ami. "Duluan ya ... " katanya lagi yang di angguki oleh Sira.

Sira kadang merasa tak enak hati juga jika harus selalu ada di tengah-tengah antara mereka berdua, kesannya seperti pengganggu saja ... apalagi mengingat hubungan kedua sahabatnya itu bukanlah sekedar berteman melainkan sepasang ke kasih.

"Huh, untung tadi sudah sempet pesan makan ... tinggal nunggu sampai." kata Sira sambil terus melanjutkan pekerjaannya padahal saat ini dirinya hanya sendirian di ruangan itu karena semua rekan-rekannya sudah pergi untuk makan siang.

"Masih kerja aja." bisik seseorang tepat di telinga Sira dari arah belakang, sontak saja hal itu membuat Sira kaget setengah mati.

Dugh

"Akh ... "

"Pak Davin." beo Sira begitu membalikkan tubuhnya. "Aduk pak maaf ... maaf ya saya benar-benar tidak sengaja." kata Sira yang merasa bersalah melihat sang atasan kesakitan dan mengusap dagunya.

"Ck, dagu saya sakit nih.'' keluh Davin yang dagunya terbentur pundak Sira saat wanita itu handak berdiri.

"Ye salah situ kanapa pakek ngagetin segala, langian juga akukan sudah minta maaf." kata Sira yang tak mau di salahkan seorang diri. "Bapak itu ngapain sih di sini?" tanya Sira dengan wajah jutek tak ada ramahnya sama sekali.

"Ya suka-suka saya dong ... perusahaan juga punya saya, jadi suka-suka saya mau di mana." jawab Davin dengan sombongnya sehingga membuat Sira memutar bola matanya karena jengah.

Bukan hal yang besar atau hal sulit untuk Davin mengetahui di bagian apa Sira bekerja mengingat kekuasaannya saat ini, bahkan kalau dia mau untuk menyelidiki kehidupan Sira pun sangat gampang untuknya.

"Kenapa gak makan siang?" tanya Davin.

"Makannya belum datang." jawab Sira.

"Pesan online?" tanya Davin yang di angguki oleh Sira. "Kenapa gak makan di kantin perusahan?" tanyanya.

"Males aja, lagian aku juga lagi banyak pekerjaan." jawab Sira lagi. "Lagian ngapain sih bapak malah duduk sini?" tanya Sira.

"Kenapa memangnya? Ada masalah?" tanya Davin.

"Aku cuma gak mau ya kalau sampai ada karyawan yang lihat bapak lagi di sini sama saya." jawab Sira. "Saya gak mau ada gosip yang enggak-enggak nantinya." sambungnya lagi.

"Lah kamu ini aneh, saat yang lain ingin terlihat dekat sama saya kok kamu malah gak mau." kata Davin heran dengan Sira.

"Itukan perempuan lain ... bukan saya." sahut Sira. ''Kita layaknya orang yang gak kenal ajalah Pak kalau di kantor." kata Sira lagi.

"Heh terserah kamu ajalah, aku gak habis pikir sama kamu." kata Davin. "Nanti sore aku tunggu kamu di parkiran khusus." kata Davin lagi.

"Ck, harus ya pulang bareng?" tanya Sira sambil berdecak.

"Ada yang mau aku omongin." jawab Davin yang langsung berdiri dari duduknya.

Setelah Davin pergi, Sira hanya bisa menghela nafasnya panjang, kenapa hidupnya jadi rumit seperti ini.

Tak lama kemudian dia mendapatkan notifikasi jika makanan yang di pesan telah sampai di lobi perusahaan sehingga membuat Sira mau tak mau harus turun untuk mengambilnya.

Terpopuler

Comments

@Rinjani

@Rinjani

Hadir Kak othor

2024-05-09

0

ira

ira

jangan jutek² sama calon suami Ra🤭🤭🤭

2024-04-06

5

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Bismillah aja Ra.... semoga dia jd pengibar rasa traumamu yg akan menggantinya dgn kata BAHAGIA...

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!