Tiba-tiba Jadi Calon Istri Orang
❤️ Happy Reading ❤️
"Kalian harus datang nanti malam."
"Baik Bu."
"Huft..."
Asira langsung menghela nafas panjang ketika sang kepala divisi tempatnya bekerja sudah pergi dari sana.
"Kenapa kamu Ra?" tanya seorang wanita bernama Ami pada orang yang ada di sampingnya. "Kok sampai menghela nafas panjang gitu." sambungnya lagi.
"Kalau bisa milih, aku lebih memilih gak datang." jawab Asira. "Mendingan aku istirahat ... tidur di rumah dari pada dateng ke acara begituan." sambungnya.
Dari sekian banyak karyawan terutama para karyawan wanita, mungkin hanya Sira seorang yang tak ingin menghadiri acara yang di adakan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Karena dengan datang ke acara tersebut, mereka bisa melihat para pengusaha yang tentu saja tajir juga banyak yang tampan.
"Ayolah Ra, sekali-kali kamu itu juga butuh hiburan ... gak cuma kerja sama di rumah aja." kata Beni.
"Makanya elo itu gak punya pacar orang keluar aja males ... iya gak Mon." kata Lina.
"Iya jomblo abadi." sahut Mona. "Cupu ... " ejeknya lagi dengan di ikuti gelak tawa dari Mona juga Lina.
Lina dan Mona adalah rekan satu divisi dengan Asira, Ami juga Beni dan masih ada beberapa rekan yang lain. Namun kedua wanita itu selalu saja mengejek Asira karena di usianya yang sudah bisa di bilang matang tak memiliki kekasih. Hubungan mereka juga tak bisa di bilang akrab ... Hanya sebatas rekan kerja satu divisi saja.
"Atau jangan-jangan elo penyuka sesama jenis ya ... euh takut ... hahaha." cibir Mona lagi dengan berbicara yang lebih seenaknya.
"Jaga ya m**** sampah elo.'' hardik Ami yang merasa tak terima sahabatnya mendapat perkataan seperti itu.
"Kenapa? Marah? Gak terima? Helo siapa elo ... orang dianya aja biasa aja kok jadi elo yang sewot." kata Lina.
Sira yang sudah tak tahan dengan apa yang di katakan oleh Lina juga Mona, akhirnya menggebrak meja juga. Sedari tadi dirinya sudah berusaha untuk tidak meladeni juga mengontrol emosinya, tapi sepertinya kedua rekannya itu sama sekali belum sadar jika perkataan mereka bisa menyinggung perasaan orang lain.
Brak
"Cukup!" bentak Asira saat mereka bertiga masih saja adu mulut. "Dengar ya kalian berdua aku selama ini diam bukan karena aku takut atau terima semua ejekan kalian ... aku diam karena aku di sini itu mau bekerja bukan cari ribut apalagi cari musuh." kata Asira dengan penuh penekanan dan langsung keluar dari ruangan divisinya dengan rasa marah yang begitu menyeruak di dalam hatinya.
Dia saat seperti ini, ke toilet menjadi pilihan tujuannya. Dia butuh waktu sejenak untuk menenangkan pikiran serta meredakan emosinya yang tadi sempat meluap.
Tanpa sadar Sira menutup pintu toilet dengan sedikit kencang, lalu tak lupa pula di kancingnya dari dalam.
Sira menyandarkan tubuhnya di dinding, di hidupnya udara dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-parunya dan tanpa terasa air mata pun meleleh begitu saja di pipinya tanpa ijin.
"Kenapa ... ? Semua selalu mempersalahkan tantang aku yang sendiri, tanpa memahami apa yang aku rasakan." kata Sira dalam tangisnya. "Semua gara-gara dia ... aku gak akan seperti ini kalau buak karena dia." sambungnya dengan kata-kata yang terdengar begitu penuh dengan kekecewaan juga dendam di dalamnya.
Menangis beberapa saat membuat persamaannya jauh lebih tenang, setelah Asira kembali lagi ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda karena masalah yang sebenarnya sama sekali tak penting.
❤️
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Kamu sudah pulang Nak? Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" sambut sang Ibu saat melihat putrinya pulang dari bekerja.
''Hem seperti biasa Bu." jawab Asira seusai menyalami tangan wanita yang telah sangat berjasa dalam hidupnya ... surganya.
"Sira ada yang mau Ibu omongin sama kamu." kata Ibu mengajak Sira untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu.
Di tuntunnya tangan sang putri hingga mereka benar-benar duduk dengan saling berdampingan.
"Ada apa Bu?" tanya Sira, karena tak bisa-bisanya ibunya akan seperti ini jadi dia yakin jika ada sesuatu yang penting yang handak di bicarakan padanya.
"Begini Nak, em umur kamukan sudah dua puluh lima tahun ... apa kamu tak ada keinginan untuk berumah tangga?" tanya ibu dengan sangat hati-hati karena takut menyinggung perasaan putrinya ... Putri satu-satunya yang dia miliki saat ini.
"Bu ... "
"Jalan cerita kehidupan seseorang itu tak sama Nak, jadi belum tentu alur kisah cintamu akan sama dengan Ibu dan almarhum kakak kamu itu akan sama.'' potong ibu. "Jadi Ibu harap dan mohon sekali kamu bisa belajar untuk membuka hati." sambungnya lagi. "Mau sampai kapan kamu seperti ini Nak? Ibu tak akan pernah bisa tenang meninggalkan kamu jika kamu sendirian." imbuhnya dengan tangan yang terus menggenggam tangan sang putri. "Dan apakah kamu tau Nak, jika kamu tetap tak mau menjalin hubungan dengan pria seperti ini, ibu jadi semakin merasa bersalah, karena secara tidak langsung Ibu ikut andil dalam membuat kamu begini." katanya lagi dengan tatapan mata yang sendu serta kata-kata yang mengandung penuh kesedihan.
"Ibu ini ngomong apa ... semua ini bukan salah Ibu, tapi salah laki-laki tak bertanggung jawab itu." kata Sira dengan meluap-luap. "Jadi stop salahin diri Ibu." katanya lagi. "Lagian Ibu itu tak akan kemana-mana, Ibu akan selalu ada sama aku sampai kapanpun" tegas Asira.
"Umur seseorang tak ada yang tau nak." sahut Ibu Lena. "Dan satu lagi ... laki-laki yang kamu sebut tak bertanggung jawab itu adalah ayahmu, kamu tak bisa menghilangkan fakta itu." sambungnya. "Ibu dan ayahmu mungkin memang kami tak berjodoh, jadi semua itu sudah takdir Nak dan kita tak bisa menentang takdir yang di buat oleh Yang Maha Kuasa ... kita hanya bisa menerimanya dengan ikhlas apapun itu." imbuhnya lagi dengan bijak.
Ibu Lena tak ingin jika putrinya itu menjadi anak yang durhaka, karena bagaimanapun hubungan mereka tetaplah seorang ayah dan anak sampai kapanpun. Karena ada mantan istri atau mantan suami, tapi tak akan pernah ada yang namanya mantan anak.
"Sudahlah Bu, Sira mau kedalam dulu ... capek, mau istirahat." kata Asira yang langsung berdiri dari duduknya. Dia sudah benar-benar tak tahan dengan pembicaraan yang seperti ini.
Karena pembicara ini hanya akan menguras emosinya saja dan dia tak ingin jika sang Ibu menjadi sasaran kemarahannya jika sudah tak bisa di bendung lagi nantinya.
"Huh sampai kapan kamu akan terus seperti ini Nak." lirih Ibu Lena dengan tatapan sedih yang terus memandang punggung sang putri hingga menghilang di balik pintu.
Brak
"Gak di kantor gak di rumah ... sama aja yang dibahas." kesal Sira begitu telah benar-benar masuk ke dalam kamarnya.
Bahkan sangking kesalnya dia pun sampai tak sadar jika menutup pintu dengan sedikit kencang.
"Bikin kesel aja ... memang gak ada hal lain apa yang bisa di bahas." gerutunya sambil membuka satu persatu sepatu yang di gunakan dan langsung melemparkannya secara asal.
"Persetan dengan jodoh, pernikahan, cinta atau apalah itu." katanya lagi dan langsung menuju ke arah kamar mandi untuk mengguyur kepala serta badannya agar pikirannya bisa sedikit lebih rileks.
❤️
"Loh kamu dandan kayak gini mau kemana Nak?" tanya Ibu Lena yang sudah duduk di ruang makan menunggu sang putri untuk makan malam bersama.
"Aku ada acara kantor Bu jadi aku gak bisa makan malam sama Ibu." jawab Asira. "Asira berangkat Bu ... takut telat dan itu ojol yang Sira pesan juga sudah nunggu di depan." sambungnya lagi setelah itu dirinya menyalami tangan Ibunya.
"Tunggu." kata Ibu Lena dengan tangan yang memegang tangan Sira. "Kamu seperti ini bukan karena yang Ibu katakan kan Nak? Kamu gak marah sama Ibukan? Ibu gak ada maksud apa-apa ... Ibu cuma ingin yang terbaik untukmu, itu saja." sambungannya lagi dengan sendu.
"Enggak Bu, aku memang lagi ada acara kantor." sahut Sira. "Sira berangkat dulu." katanya lagi sambil melepaskan dengan pelan tangan Ibunya yang sedari tadi masih saja memegang salah satu tangannya.
"Oh kalau begitu hati-hati ya Nak." pesan ibu Lena.
"Iya Bu ... assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sira sampai di tempat acara, karena dirinya menggunakannya motor jadi memudahkan untuk salip sana salip sini memecah kemacetan kota.
"Sira." seru Ami dan Beni yang kebetulan juga baru datang saat Sira turun dari motor.
"Pembayarannya lewat aplikasi ya Bang." kata Sira dengan tangan yang menyerahkan helm pada sang pengemudi. "Terimakasih." ucapnya.
"Sama-sama Mbak ... jangan lupa bintang limanya ya." kata Abang ojol yang di angguki oleh Sira.
"Tau gini tadi kita jemput." kata Beni begitu jarak mereka sudah dekat.
"Ish gak perlu lagi ... aku bisa berangkat sendiri." kata Sira. "Yuk masuk...bentar lagi acaranya mulaikan ... " ajaknya. "Ck, aku jadi kayak obat nyamuk kalau kayak gini." keluh Sira yang sebenarnya hanya bercanda untuk menggoda kedua sahabatnya yang sedang kasmaran.
"Makanya cari pacar dong." cibir Ami yang membuat Sira pura-pura cemberut.
Melihat raut wajah sang sahabat, membuat Ami langsung menarik tangan Sira untuk berdiri sejajar dengan mereka berdua.
Mereka melangkah bertiga dengan Ami yang berada di tengah-tengah antara pacar dan sahabatnya.
"Tempatnya mewah banget ya ... em apalagi banyak cogan dan para pengusaha muda di sini." kata Ami dengan mata menatap sekeliling dengan tatapan berbinar.
"Ingat beb, kamu gak boleh lirik sana lirik sini ... sudah ada aku." peringat Beni.
"Hehehe ya enggak dong sayang." kata Ami dengan cengengesan sehingga membuat Asira merotasi kedua matanya dengan jengah melihatnya.
"Aku ke toilet bentar ya ... " pamit Asira.
"Mau aku temani?" tawar Ami yang hendak bangun dari duduknya.
"Eh gak usah-gak usah ... aku bisa sendiri." tolak Sira.
"Em oke ... jangan lama-lama." kata Ami.
Sempat bertanya pada pelayan yang ada di sana sehingga Asira bisa tau dimana letak toiletnya berada.
"Wes siapa nih ... si jomblo abadi." ejek Lina.
"Gak usah bikin gara-gara atau aku bisa kasar sama kalian berdua." tekan Sira yang sudah terlalu muak dengan tingkah kedua orang di depannya itu.
"Eiuh takut ... hahaha." kata Mona mengejek.
"Minggir." kata Sira yang langsung berjalan menerobos begitu aja di tengah-tengah Lina dan Mona tanpa memperdulikan semua umpatan yang keluar dari mulut kedua rekannya itu.
"Senengnya kok cari gara-gara." kata Asira sambil mencuci kedua tangannya di wastafel toilet. "Cari angin sebentarlah ... biar gak sesek." gumam Asira yang kemudian memilih untuk melangkah ke arah taman.
"Segernya." gumam Asira sambil merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara dalam-dalam saat sudah berada di taman.
"Lepas!" kata seorang pria dengan suara membentak.
"Eh siapa itu." gumam Asira dengan rasa penasarannya akan apa yang terjadi, Sira membawa langkah kakinya perlahan menuju ke arah sumber suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Aidah Djafar
mampir Thor 🙏
2024-09-03
0
Yohana UE
Salut dengan alira yang tidak ingin pacaran/Heart/
2024-08-23
0
Sulaiman Efendy
NOVEL INI LUMAYAN BNYK YG LIKE, KASIH HADIAH DN VOTE,
NOVEL.PERI CINTA MLH SEDIKIT YG LIKE, YG KSIH HADIAH & VOTE..
2024-08-20
1