Bab 6

❤️ Happy Reading ❤️

"Eh mbak Sira ... yang kemarin itu siapa Mbak?" tanya Bu Wati saat Sira akan berangkat bekerja.

"Cakep loh Mbak ... pantesan selama ini banyak yang di tolak." celetuk Ibu Ida yang membuat Sira tersenyum.

''Saya duluan ya Ibu-Ibu." pamit Sira dengan sangat sopan tanpa mau meladeni perkataan para Ibu-Ibu yang ada di sana ... lebih tepatnya sedang belanja sayur di tukang sayur keliling.

Bukannya sombong, tapi Sira hanya terlalu malas untuk meladeni segala omongan yang menurutnya tidak penting.

"Selamat pagi Ibu-Ibu." sapa Ibu Lena yang juga baru keluar dari dalam rumah dan hendak pergi ke pasar untuk berjualan kue buatannya tak lama setelah Sira pergi.

"Selamat pagi juga Bu Lena." sahut semuanya.

"Bu Lena sepertinya sudah akan punya mantu ya ... " celetuk Ibu Wati.

"Iya ... putrinya Bu Lena tak akan menjadi perawan tua lagi." sahut Ibu Ida. "Benarkan Ibu-Ibu?" tanyanya pada Ibu-Ibu yang lain.

"Iya padahal gadis seumur Sira kan seharusnya memang sudah menikah ya Bu dan bahkan sudah memiliki anak." kata Ibu lainnya.

"Bener, para anak gadis di lingkungan ini baik yang seumuran bahkan lebih muda dari Sira sudah menikah semua." kata yang lainnya lagi.

"Do'akan saja supaya Sira bisa cepat menikah Ibu-Ibu." sahut Bu Lena dengan sabarnya. "Saya pamit ya Ibu-Ibu ... mau ke pasar, mari." pamitnya dengan sopan meskipun sedikit geram juga mendengar perkataan para tetangganya tentang sang putri.

Dari pada meladeni omongan para ibu-ibu di sana yang nanti ujung-ujungnya akan merembet kemana-mana ... Bu Lena lebih memilih jalan aman dengan pergi dari sana, lagian beliau juga punya kegiatan yang lebih bermanfaat juga bisa menghasilkan uang dari hanya sekedar bergosip di pagi hari.

❤️

"Hai, pagi Sira." sapa Ami yang baru saja datang bersama dengan Beni tentunya.

"Pagi." sapa balik Sira yang sudah duduk di kursi dengan beberapa berkas yang sudah terbuka serta komputer yang juga sudah menyala.

"Rajin bener Bu, ini masih pagi loh ... jam kerja juga belum di mulai." celetuk Beni.

"Ya habisnya sudah datang ... dari pada gak ngapa-ngapain kan mendingan ngerjain kerjaan." sahut Sira.

"Wah gak di ragukan lagi Ibu satu ini ... patut di acungi jempol dan di nobatkan sebagai karyawan teladan." ujar Ami.

"Masih jauh dari karyawan teladan ... hanya kebetulan aja aku datangnya agak pagian aja." kata Sira.

"Eh Sira ngomong-ngomongkan besok malam Minggu nih, kita jalan yuk ... keluar ... hangout gitu." kata Ami yang menggeser kursi kerjanya mendekat ke arah Sira.

"Kalian ajalah ... aku males keluar." tolak Sira. "Lagian kalian juga butuh jalan berduakan, masak iya aku ngintilin kalian terus." sambungnya lagi.

Gak enak lah ya kalau jadi obat nyamuk dia antara kedua temannya itu, dia masih cukup punya perasan untuk memberikan waktu berdua pada kedua sejoli yang sedang di mabuk asmara.

"Ish gak apa-apa lagi ... malah makin ramekan makin seru." kata Ami. "Iya gak beb?" tanyanya pada Beni.

"Iya bener kata Ami, lagian kita bisa jalan lagi berdua pada hari minggunya kok." jawab Beni. "Atau kita jalan hari minggu aja kalau kamu gak mau keluar malam minggu?" tawarnya.

"Eh gak usah ... beneran." tolak Sira lagi. "Aku mau istirahat aja di rumah ... nyantai." sambungnya.

"Ya udah deh terserah kamu aja kalau gitu." kata Ami yang akhirnya hanya bisa pasrah dengan keputusan sang sahabat.

Obrolan mereka terhenti ketika para karyawan yang lain sudah datang dan waktu kerja pun di mulai.

Walaupun Ami dan Beni bekerja dalam satu divisi, tapi mereka berdua bekerja sangat profesional tanpa mencampur adukkan urusan pribadi mereka.

❤️

Sedangkan di tempat lain ada Davin yang justru merasa kesal sendiri.

Pagi-pagi sudah di teror oleh sang kakak ipar yang langsung nongol di depan pintu kamarnya ketika dirinya hendak keluar dan itu memicu moodnya begitu buruk hingga berimbas pada seluruh karyawannya di perusahaan.

Brak

"Laporan apa ini!" bentak Davin setelah membaca berkas yang di terimanya dari salah satu divisi. "Perbaiki." perintahnya. "Kalau tidak becus ... resign saja." katanya lagi dengan pedas.

Mau tak mau kepala salah satu divisi tersebut hanya diam dan langsung pamit undur diri sebelum di semprot lagi sama yang punya perusahaan.

Tentang CEO yang hari ini marah-marah tersebar di seluruh penjuru perusahaan, hingga semua orang yang hendak masuk ke ruangan CEO merasa takut sendiri.

"Ra, kamu aja deh yang nganterin laporan keuangan yang di minta pak bos." kata Ami sambil menyerahkan berkas berkas laporan pada Sira.

"Enggak-enggak ... enak aja, orang kamu yang di suruh sama Bu Indri kok." tolak Sira yang sebenarnya enggan untuk bertemu dengan Davin karena alasan lain bukan karena perihal pemuda itu yang sedang badmood.

"Ayolah Ra, tolongin aku ... kali ini aja ya ... ya ... " bujuk aku sambil menangkupkan kedua tangannya seperti memohon. "Pak bos lagi ngamuk-ngamuk dari pagi ... aku jadi ngeri." katanya lagi sambil bergidik.

''Oh jadi kamu mau numbalin aku gitu." kata Sira sambil bertolak pinggang di hadapan sang sahabat.

"Gak gitu Ra ... Aku cuma ... '' kata Ami.

"Huft ... ya udah sini." kata Sira yang langsung mengambil map yang ada di tangan Ami. "Untung sahabat, kalau bukan ogah aku." gerutu Sira yang masih bisa di dengar oleh Ami.

''Thank's ya Ra, kamu memang sahabat terbaik aku." kata Ami yang langsung memeluk tubuh Sira untuk sesaat

❤️

"Permisi Bu." kata Sira pada seorang wanita yang sedang sibuk dengan komputer di depannya.

"Ya." sahutnya yang langsung mendongak melihat ke arah Sira.

"Saya Sira dari divisi keuangan, saya di minta sama Bu Indri untuk mengantarkan berkas." kata Sira memberi tahu maksud kedatangannya datang ke sana.

"Kamu langsung serahin ke Pak Bos aja." katanya dan langsung berdiri dari duduk.

Sira langsung berjalan mengekor sang sekretaris CEO itu menuju ke arah di mana ruangan sang CEO berada.

Tok

Tok

Tok

"Masuk."

Cklek

"Maaf Pak ini ada orang dari divisi keuangan ingin mengantarkan berkas yang anda minta." kata sang sekretaris yang bernama Tyas.

"Hem." sahut Davin. "Kamu bisa kembali." katanya lagi pada Tyas.

Saat ini tatapan mata Davin masih tertuju pada berkas yang ada di depannya sehingga belum tau siapa yang ada di depannya saat ini.

"Mana." katanya.

"Ini Pak." kata Sira sambil menyerahkan berkas di hadapan Davin.

Mendengar suara yang begitu familiar di telinganya membuat Davin langsung seketika mendongakkan kepalanya.

"Kamu ... " kata Davin.

"Saya di minta Bu Indri untuk mengantar berkas yang Anda minta." kata Sira yang sikap selayaknya seorang karyawan biasa pada atasannya.

"Nanti malam aku jemput." kata Davin.

''Hah." beo Sira.

"Nanti malam aku akan menjemputmu untuk makan malam di kediaman Ardiansyah." kata Davin lagi.

"Tapi ... " kata Sira yang merasa masih belum siap untuk bertemu dengan orang tua calon pacar pura-puranya itu.

"Aku gak bisa menunda lagi ... makin cepat makin baik." kata Davin. "Kamu gak lupa dengan kesepakatan kitakan?" tanyanya.

"Huft baiklah." kata Sira dengan pasrah.

Terpopuler

Comments

ira

ira

bener tuh kata Davin lebih cepat lebih baik🤣🤣🤣

2024-04-06

8

Erina Situmeang

Erina Situmeang

cocok tuh namanya tuan pemaksa ya sira

2024-01-24

11

miyura

miyura

jangan kasih kendor othor

2023-09-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!