20. Minta Izin Poligami

Gus Sahil menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah gusar. Saat menuju ke kamar Umi Zahra, matanya melihat ke arah Roha yang baru saja keluar dari kamar itu. Tanpa meminta persetujuan Roha, Gus Sahil dengan cepat meraih pergelangan tangannya.

"Apa-apaan ini Gus?!" Roha memberontak. Tapi cengkeraman tangan Gus Sahil terlalu kuat.

"Ikut aku sebentar!" Gus Sahil berkata sembari terus menariknya.

"Lepas Gus! Saya takut kalau ada yang lihat jadi fitnah!"

"Sebentar saja Roha," Gus Sahil akhirnya melepaskan tangan gadis itu. "Lima menit. Aku cuma perlu bicara lima menit,"

Melihat pandangan Gus Sahil yang terlihat serius, Roha akhirnya menurut. Mengikuti Gus Sahil yang melangkah pergi ke area belakang rumah sakit.

"Aku ingin kamu menolak lamaran Kang Alwi," Tanpa tedeng aling-aling, Gus Sahil langsung mengungkapkan keinginannya.

"Gus!" Roha memprotes. Matanya seketika terbelalak "Njenengan itu apa-apaan sih?!"

"Dengar dulu," Gus Sahil tampak melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. "Aku sudah memikirkannya matang-matang Roha. Aku bermaksud menjadikan kamu sebagai istri kedua,"

"Astaghfirullah!" Roha makin terkejut mendengar penuturan Gus Sahil. "Saya menolak Gus!"

"Kenapa?" Gus Sahil menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Apa kamu sudah tidak mencintai aku lagi?"

Roha menatap Gus Sahil dengan tatapan tajam. "Saya nggak mau jadi penghancur rumah tangga orang lain, apa lagi rumah tangga Gus saya sendiri!"

"Memang siapa yang bilang kamu menghancurkan rumah tangga kami? Aku dan Hafsa nggak akan bercerai. Dan kamu, tetap bisa berada di sisi Umi dan aku, sebagai istri keduaku Ha,"

"Saya nggak mau Gus," suara Roha terdengar bergetar. "Saya nggak mau,"

"Ha, coba pikirkan baik-baik. Memang kamu mau, berpisah dari Umi yang kamu sayangi? Tega kamu meninggalkan aku bersama laki-laki lain? Aku nggak mau tahu Ha. Tolong putuskan hubunganmu dengan Kang Alwi. Nanti setelah Umi keluar dari rumah sakit, aku akan minta izin ke Hafsa untuk poligami,"

"Jangan Gus, saya mohon! Saya nggak mau!"

"Roha, apa kenangan kita selama tiga tahun ini nggak ada artinya buat kamu? Apa cuma aku yang merasa rindu sama masa-masa itu?"

Roha terdiam. Dia tidak munafik kalau dirinya masih merindukan Gus Sahil, orang yang sudah mengisi hatinya selama bertahun-tahun. Tapi ia tetap menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Tidak bisa Gus, njenengan sudah beristri,"

"Dalam ketentuan islam, seorang laki-laki itu boleh beristri lebih dari satu Roha. Kamu paham ilmu agama, kamu pasti sudah mengerti. Sudahlah, aku nggak bisa lama-lama. Seperti kamu bilang, aku takut kena fitnah. Aku harap kamu segera mengakhiri hubungan mu dengan Kang Alwi, dan menerima tawaranku. Soal Hafsa, biar aku yang urus,"

Gus Sahil kemudian meninggalkan Roha begitu saja. Roha yang ditinggalkan sendirian merasa sangat frustasi. Kedua kakinya terasa lemas, membuatnya langsung jatuh terduduk. Duh Gusti, apa yang harus ia lakukan sekarang?

...----------------...

Hafsa keluar dari ruang pemeriksaan dengan wajah cemas. Seperti yang direkomendasikan Dr. Anita, Hafsa akhirnya mengikuti tes ultrasonografi di rumah sakit itu. Tentu saja ia melakukan semuanya secara diam-diam, takut kalau orang disekitarnya tahu jadi khawatir.

Setelah selesai mengikuti semua prosedur, Hafsa kemudian dijelaskan kalau hasil pemeriksaan akan keluar dalam waktu seminggu. Hafsa menganggukkan kepala pada dokter yang mendampinginya, mengucapkan terimakasih.

Saat hendak pergi ke ruangan Umi Zahra, Hafsa melihat Gus Sahil yang masuk dari pintu belakang rumah sakit. Tentu saja Hafsa jadi bertanya-tanya, darimana suaminya itu pergi?

"Sa," Gus Sahil mendekati Hafsa yang hendak masuk ke dalam ruangan Umi Zahra. "Besok kalau Umi sudah pulang, ada yang pengen tak bicarakan,"

Hafsa mengerutkan keningnya heran, "Bicara sekarang saja Mas Gus,"

Gus Sahil menggeleng. "Waktunya nggak tepat. Aku butuh tempat yang tenang untuk kita berdua,"

Meski masih merasa penasaran, Hafsa menganggukkan kepala. Ia tidak ingin membebani kepalanya dengan rasa penasaran yang berlebihan. Ia juga masih kepikiran bagaimana hasil pemeriksaannya nanti setelah seminggu kemudian.

Esoknya, dokter yang memeriksa Umi Zahra memberi kabar baik. Kondisi tubuh Umi Zahra sudah kembali sehat, sehingga sudah bisa dibawa pulang ke rumah. Tentu saja kabar itu membuat semua orang senang, tak henti-hentinya mengucap syukur.

Sebagai bentuk rasa syukur atas kesembuhan Umi Zahra, Abah Baharuddin mengundang beberapa kyai untuk mengadakan acara sholawat di ponpes Darul Quran. Dalam satu hari, ponpes Darul Quran menjadi semakin ramai karena kedatangan para jamaah yang ingin ikut bersholawat.

Hafsa tentu turut menyibukkan diri membantu para santri mempersiapkan hidangan untuk para tamu. Sementara Gus Sahil sibuk mengatur jalannya acara, memastikan tidak ada kekurangan suatu apapun. Abah Baharuddin dan Umi Zahra sejak subuh sudah standby di ruang tamu, menyambut kedatangan para Kyai dan jamaah yang datang.

Hari itu semuanya sangat sibuk, sampai tidak ada waktu untuk memikirkan masalah mereka masing-masing.

...----------------...

"Terimakasih ya karena kalian sudah repot-repot menyambut kedatangan Umi," Umi Zahra berkata dengan tulus saat mereka tengah berkumpul di ruang keluarga, setelah acara berakhir dengan lancar.

"Sama-sama Umi, kami harap Umi selalu sehat, dan nggak perlu bolak-balik rumah sakit lagi," Gus Sahil menjawab sembari memijit-mijit kaki uminya.

"Umi sekarang sudah sehat lagi. Rasanya Umi masih bisa hidup sampai seratus tahun," Umi Zahra berseloroh.

"Aamiin.." Serentak semua orang di ruangan itu mengamini perkataan Umi Zahra.

Setelah waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, Abah Baharuddin dan Umi Zahra masuk ke dalam kamar. Mereka harus istirahat karena sudah melalui satu hari yang melelahkan.

Tentu Hafsa juga bersiap-siap untuk segera masuk kamar, sebenarnya dia sudah mengantuk berat sejak tadi.

"Kamu masih ingat kan kalau ada yang mau aku bicarakan sama kamu Sa?" tanya Gus Sahil saat melihat Hafsa beranjak dari duduknya.

Hafsa yang sudah berdiri kembali duduk. "Silahkan bicara Mas Gus,"

Gus Sahil menolehkan kepala ke sekelilingnya. Ia baru menyadari kalau kamar Abah dan Umi terlalu dekat dari ruang tengah.

"Kita masuk kamar dulu ya, supaya tidak terdengar Umi ataupun Abah,"

Hafsa mengangguk. Baiklah, apalagi yang akan dibicarakan suaminya sekarang? Sepertinya cukup penting sampai Abah dan Umi pun tidak boleh mendengar.

"Sebenarnya, aku mau minta izin sama kamu Sa," Ucap Gus Sahil setelah mereka berdua duduk di atas ranjang.

Kedua alis Hafsa bertaut. Sejak kapan suaminya itu harus meminta izin kepadanya kalau mau berbuat sesuatu?

"Mau minta izin apa ya Mas Gus?"

"Itu.." Gus Sahil berkata ragu-ragu. Entahlah, dia sudah berlatih sepanjang hari bagaimana membicarakan hal ini dengan Hafsa. Tapi tetap saja, menatap langsung mata Hafsa yang penasaran membuat lidahnya serasa kelu.

"Aku.."

Hafsa mendengarkan dengan serius.

"Sebenarnya, aku.."

"Mas Gus," Suara Hafsa terdengar lelah. "Njenengan cepat bilang saja, saya sudah capek mau istirahat,"

"Oke, oke, sebentar," Gus Sahil mengatur napas, berusaha memberanikan diri. Ia kemudian memusatkan pandangannya pada Hafsa dan bicara dengan hati-hati.

"Aku..mau minta izin untuk poligami Sa,"

Mata Hafsa seketika terbelalak lebar. "APA?!"

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

dan hafsa hanya akan jadi istri pajangan begitu maksudmu sahil.jahat banget deh jadi laki

2024-12-22

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

jangan mau sa lebih baik pisah dari pada dipoligami

2024-12-22

1

Luh Somenasih

Luh Somenasih

pergi saja ngapain masih ngarep sama lelaki gk punya petasaan kyk gitu

2025-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 1. Aku Tidak Mencintaimu
2 2. Jangan Sentuh Aku
3 3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4 4. Namanya Roha
5 5. Dua : Kosong
6 6. Kenyataan Pahit
7 7. Memberi Hadiah
8 8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9 9. Mengobrol dengan Sahabat
10 10. Dirawat oleh Suami
11 11. Membuka Kotak Pandora
12 12. Kasih Sayang Umi
13 13. Ditolak Dua Wanita
14 14. Kedatangan Gus Ihsan
15 15. Mas Gus
16 16. Umi Zahra Sakit
17 17. Periksa ke Dokter
18 18. Terombang-ambing
19 19. Istri Kedua?
20 20. Minta Izin Poligami
21 21. Pergi Dari Rumah
22 22. Mengungkapkan Perasaan
23 23. Jangan Sampai Menyesal
24 24. Hasil Pemeriksaan
25 25. Kamu Minta Apa?
26 26. Pulang
27 27. Permintaan Maaf Roha
28 28. Berbahagialah Ning
29 29. Misi Gus Sahil
30 30. Suapi Aku
31 31. Cuma Mimpi Kan?
32 32. Alhamdulillah?
33 33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34 34. Bestie?
35 35. Kedatangan Syahla
36 36. Foto Bersama
37 37. Ketulusan Gus Sahil
38 38. Ibadah
39 39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40 40. Undangan dari Gus Ilham
41 41. Surga yang Tak Dirindukan
42 42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43 43. Mual
44 44. Dua Garis
45 45. Kehamilan Dua Minggu
46 46. Jatuh!
47 47. Badai
48 48. Orang Yang Pantas
49 49. Aku Sayang Kamu
50 50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51 51. Tidak Apa Mencintainya
52 52. Sampai Kamu Bosan
53 53. Berjuanglah
54 54. Ahlan Wa Sahlan
55 55. Pertanda?
56 56. Aisha
57 57. Aku Ibunya!
58 58. Nenek Yang Baik
59 59. Ibu-ibu Sejati
60 60. Ajwa dan Mabrur (1)
61 61. Ajwa dan Mabrur (2)
62 62. Ajwa dan Mabrur (3)
63 63. Ajwa dan Mabrur (4)
64 64. Ajwa dan Mabrur (5)
65 65. Ajwa dan Mabrur (6)
66 66. Tedak Siten
67 67. Perceraian Ning Arum (1)
68 68. Perceraian Ning Arum (2)
69 69. Perceraian Ning Arum (3)
70 70. Perceraian Ning Arum (4)
71 71. Takdir Tak Pernah Salah
72 72. After Ending
73 Akhir Kata
74 Juara
75 novel baru
76 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Aku Tidak Mencintaimu
2
2. Jangan Sentuh Aku
3
3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4
4. Namanya Roha
5
5. Dua : Kosong
6
6. Kenyataan Pahit
7
7. Memberi Hadiah
8
8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9
9. Mengobrol dengan Sahabat
10
10. Dirawat oleh Suami
11
11. Membuka Kotak Pandora
12
12. Kasih Sayang Umi
13
13. Ditolak Dua Wanita
14
14. Kedatangan Gus Ihsan
15
15. Mas Gus
16
16. Umi Zahra Sakit
17
17. Periksa ke Dokter
18
18. Terombang-ambing
19
19. Istri Kedua?
20
20. Minta Izin Poligami
21
21. Pergi Dari Rumah
22
22. Mengungkapkan Perasaan
23
23. Jangan Sampai Menyesal
24
24. Hasil Pemeriksaan
25
25. Kamu Minta Apa?
26
26. Pulang
27
27. Permintaan Maaf Roha
28
28. Berbahagialah Ning
29
29. Misi Gus Sahil
30
30. Suapi Aku
31
31. Cuma Mimpi Kan?
32
32. Alhamdulillah?
33
33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34
34. Bestie?
35
35. Kedatangan Syahla
36
36. Foto Bersama
37
37. Ketulusan Gus Sahil
38
38. Ibadah
39
39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40
40. Undangan dari Gus Ilham
41
41. Surga yang Tak Dirindukan
42
42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43
43. Mual
44
44. Dua Garis
45
45. Kehamilan Dua Minggu
46
46. Jatuh!
47
47. Badai
48
48. Orang Yang Pantas
49
49. Aku Sayang Kamu
50
50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51
51. Tidak Apa Mencintainya
52
52. Sampai Kamu Bosan
53
53. Berjuanglah
54
54. Ahlan Wa Sahlan
55
55. Pertanda?
56
56. Aisha
57
57. Aku Ibunya!
58
58. Nenek Yang Baik
59
59. Ibu-ibu Sejati
60
60. Ajwa dan Mabrur (1)
61
61. Ajwa dan Mabrur (2)
62
62. Ajwa dan Mabrur (3)
63
63. Ajwa dan Mabrur (4)
64
64. Ajwa dan Mabrur (5)
65
65. Ajwa dan Mabrur (6)
66
66. Tedak Siten
67
67. Perceraian Ning Arum (1)
68
68. Perceraian Ning Arum (2)
69
69. Perceraian Ning Arum (3)
70
70. Perceraian Ning Arum (4)
71
71. Takdir Tak Pernah Salah
72
72. After Ending
73
Akhir Kata
74
Juara
75
novel baru
76
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!