8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu

Seminggu telah berlalu sejak hari itu. Tibalah saatnya keberangkatan bulan madu Hafsa dan Gus Sahil. Dengan diantar Mabrur dan Abah Baharuddin ke bandara, mereka berdua berangkat ke Bali dengan menggunakan pesawat.

"Aku nggak tahu kenapa kamu mau bulan madu ke tempat yang jauh begini," Gus Sahil menggerutu sepanjang perjalanan di dalam pesawat. "Kan waktunya jadi lebih efisien kalau pergi ke tempat yang dekat-dekat saja, biayanya juga jauh lebih murah,"

Hafsa menghela napas panjang. Dia sudah menduga kalau sang suami akan protes dengan pilihannya. Destinasi bulan madu mereka memang Hafsa yang memilih, karena dahulu ia kira Gus Sahil juga mencintainya, maka ia ingin perjalanan berdua mereka dilakukan sebaik mungkin. Namun sekarang ia tahu kalau apa yang ia impikan itu sia-sia saja.

Mau bagaimana lagi, tiket sudah dipesan jauh-jauh hari, sayang kalau dibatalkan begitu saja. Mau tidak mau, meskipun dengan muka masam yang tidak mengenakkan untuk dilihat, Gus Sahil menurut saja mengikuti keinginan Hafsa.

Lama mengomel, Gus Sahil akhirnya merasa capek sendiri. Laki-laki itu kemudian memilih membaca buku yang ia bawa dari rumah, sembari telinganya dipakaikan headset.

Hafsa sendiri juga asyik dengan bacaannya, buku panduan perjalanan honeymoon di Bali. Mulai merancang akan pergi kemana dan makan apa. Berusaha sekeras mungkin mengabaikan perkataan ketus Gus Sahil demi mempertahankan kewarasannya sendiri. Mumpung liburan, dia tidak ingin perasaannya dikacaukan oleh siapapun.

Tapi harapan memang tinggal harapan. Setelah sampai di tujuan dan usai memasukkan barang-barang bawaan ke dalam kamar hotel, tiba-tiba saja Gus Sahil sudah menghilang. Hafsa sampai bertanya ke resepsionis hotel kemana suaminya pergi, tapi tentu saja sang resepsionis tidak tahu.

Hafsa merasa kesal bukan kepalang. Pada akhirnya ia hanya makan di restoran hotel dan tidur seharian. Rusak sudah semua rencana liburannya.

Saat magrib, setelah Hafsa selesai melaksanakan sholat, barulah Gus Sahil muncul dengan kaus pendek khas Bali. Kemejanya sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik, basah semua.

"Njenengan darimana to Gus?" Hafsa tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. "Saya sudah cari kemana-mana njenengan tidak ada,"

"Oh, aku dari pantai. Mau cari tempat selancar, tadi sekalian berenang sambil lihat matahari terbenam,"

"Terus kenapa tidak mengajak saya?"

"Loh, memang kamu mau main selancar juga?"

Hafsa menghela napas jengkel. "Yasudah terserah njenengan lah Gus,"

"Yasudah, kalau gitu tak aku mandi dulu," Gus Sahil sama sekali tidak merasakan kekesalan Hafsa, malah cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Kantong plastiknya ditaruh begitu saja di atas kasur.

Hafsa meskipun masih merasa kesal, tetap membereskan barang suaminya. Menggantung pakaian basah itu agar tidak bau.

Sebenarnya, ada rencana lain yang ingin Hafsa lakukan malam ini. Apalagi kalau bukan untuk melaksanakan perintah Umi Zahra. Saat suaminya itu masih mandi, diam-diam Hafsa mengganti pakaiannya dengan lingerie merah pemberian mertuanya.

"Parfum.." Hafsa bergumam, mencari-cari parfum berbau menyengat yang ia beli sebelum pergi. Menyemprotkannya ke pergelangan tangan, leher dan bajunya. Tidak lupa, ia juga mengeluarkan racikan jamu dari Umi. Cepat-cepat diminum sebelum ketahuan.

Setelahnya, Hafsa tinggal menunggu. Ia duduk manis di pinggir ranjang dengan jantung berdegup cepat.

...----------------...

Gus Sahil keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Handuk kimono hotel membalut tubuh gagahnya. Ia lupa, biasanya masuk kamar mandi sudah membawa pakaian ganti. Namun karena tadi buru-buru, ia tidak sempat mengambilnya.

Bau parfum yang menyengat segera menyapa hidung Gus Sahil saat keluar dari pintu kamar mandi.

"Kamu pakai parfum apa to Sa? Kok baunya menyengat banget," Gus Sahil berseru protes. Ia kemudian mencari-cari darimana asal bau tersebut.

Mata Gus Sahil seketika berhenti berkedip saat melihat pemandangan di depannya. Hafsa terlihat sangat cantik dengan rambut panjang terurai, wajahnya yang memang sudah cantik terlihat alami dengan polesan yang begitu natural. Namun, Gus Sahil terkejut melihat baju yang dipakai Hafsa sangat terbuka. Kulit putih Hafsa terlihat di mana-mana, termasuk bagian-bagian yang sangat sensitif.

"Hafsa!" Gus Sahil buru-buru berbalik badan. "Cepat tutupi badanmu itu!"

"Ada apa Gus? Apa saya tidak pantas memakai baju ini?"

"Bukan begitu! Aku nggak bisa melihat kamu pakai baju seperti itu! Cepat tutup sekarang!"

"Tidak bisa Gus, saya harus melakukan ini demi menjalankan amanah Umi,"

"Amanah apa?!" Gus Sahil berbalik, dengan cepat meraih selimut, melemparkannya pada Hafsa. "Mana ada amanah Umi yang menyuruh kamu pakai baju kurang bahan begitu?!"

"Memang begitu Gus," Hafsa kali ini menutup badannya dengan selimut. "Umi bilang beliau ingin menimang cucu,"

"Ya Allah Hafsa.." Gus Sahil menepuk-nepuk keningnya sendiri. Dia masih shock dengan apa yang barusan ia lihat. "Kita itu kan tidak saling mencintai, bagaimana bisa kita memberi cucu?"

"Tapi kan Gus sendiri yang bilang pada saya kalau njenengan bisa melaksanakan kewajiban sebagai suami. Memangnya yang seperti ini tidak bisa?"

"Ya ndak bisa lah!" Gus Sahil menjawab setengah berteriak. "Aku tidak mau menyentuh orang yang tidak aku cintai!"

"Apa njenengan tidak mau mencoba mencintai saya Gus?"

"Maaf Hafsa," Gus Sahil mendesah berat. "Cintaku sudah habis untuk orang lain,"

"Siapa orang itu Gus?" Hafsa berdiri dari duduknya, bertanya dengan nada menuntut.

"Kamu ndak perlu tahu,"

"Mbak Roha?"

Gus Sahil yang sedang mengacak-acak koper demi mencari pakaian ganti segera menghentikan aktivitasnya. Ia tidak menyangka nama gadis itu disebut oleh Hafsa.

Dengan tatapan dingin, Gus Sahil melemparkan baju pada istrinya, "Pakai bajumu Hafsa, anggap kita tidak pernah membahas ini sebelumnya,"

Gus Sahil kemudian masuk lagi ke kamar mandi, berganti pakaian.

Keluar dari kamar mandi, sudah tidak ada Hafsa di sana. Gus Sahil menghembuskan napas panjang. Dia tahu kalau suatu saat Hafsa pasti akan mengetahuinya. Tapi ia tidak menyangka akan secepat ini.

"Maafkan aku Sa," Gus Sahil menatap ke arah ranjang seolah ada Hafsa di sana, "Kamu memang tidak pantas untuk bersama laki-laki pengecut seperti aku,"

...----------------...

Hafsa berjalan sendirian menyusuri pasir pantai dengan kaki telanjang. Sandalnya ditenteng di kedua tangan. Cuacanya jelas amat dingin, tapi ia tidak peduli.

Hafsa memandang jauh ke arah laut. Langit sudah mulai gelap. Meski begitu, suasana si sekitar pantai masih terlihat ramai, lantaran banyak pasangan muda mudi yang sedang asyik bermesraan di sana.

Hafsa dulu juga pernah mendambakan momen itu. Bergandengan mesra dengan Gus Sahil sambil bercerita banyak hal. Berjalan sepanjang garis pantai tanpa tujuan yang jelas, hanya ingin berduaan saja.

Tapi semua itu hanya mimpi. Kali ini ia pergi sendirian, mengharap sendirian.

Hafsa memilih duduk di atas pasir, membiarkan gamis putihnya kotor. Menghirup napas dalam-dalam. Membiarkan angin malam menerpa wajahnya.

Ya Allah, sampai kapan ia harus bertahan dalam pernikahan yang menyakitkan ini? Apakah cerai adalah satu-satunya solusi, meskipun perbuatan itu sangat dibenci oleh-Mu?

"Astaghfirullah," Hafsa buru-buru mengenyahkan pikiran jeleknya.

Jangan terlalu cepat mengambilnya keputusan Hafsa, Hafsa menenangkan dirinya sendiri. Percayalah kalau Allah tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya.

"Aku harus berjuang. Perjalananku masih panjang," Hafsa mengusap air matanya. Mengepalkan tangan kuat-kuat.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

bener banget tuh biarkan aja sisahil dan nikmati liburanmu dengan baik dan happy

2024-12-22

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

semoga kamu g kecewa ya hafsa demi menyenangkan mertua kamu sampai segitunya

2024-12-22

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

ya g apa" dari pada bertahan hanya makan hati

2024-12-22

1

lihat semua
Episodes
1 1. Aku Tidak Mencintaimu
2 2. Jangan Sentuh Aku
3 3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4 4. Namanya Roha
5 5. Dua : Kosong
6 6. Kenyataan Pahit
7 7. Memberi Hadiah
8 8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9 9. Mengobrol dengan Sahabat
10 10. Dirawat oleh Suami
11 11. Membuka Kotak Pandora
12 12. Kasih Sayang Umi
13 13. Ditolak Dua Wanita
14 14. Kedatangan Gus Ihsan
15 15. Mas Gus
16 16. Umi Zahra Sakit
17 17. Periksa ke Dokter
18 18. Terombang-ambing
19 19. Istri Kedua?
20 20. Minta Izin Poligami
21 21. Pergi Dari Rumah
22 22. Mengungkapkan Perasaan
23 23. Jangan Sampai Menyesal
24 24. Hasil Pemeriksaan
25 25. Kamu Minta Apa?
26 26. Pulang
27 27. Permintaan Maaf Roha
28 28. Berbahagialah Ning
29 29. Misi Gus Sahil
30 30. Suapi Aku
31 31. Cuma Mimpi Kan?
32 32. Alhamdulillah?
33 33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34 34. Bestie?
35 35. Kedatangan Syahla
36 36. Foto Bersama
37 37. Ketulusan Gus Sahil
38 38. Ibadah
39 39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40 40. Undangan dari Gus Ilham
41 41. Surga yang Tak Dirindukan
42 42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43 43. Mual
44 44. Dua Garis
45 45. Kehamilan Dua Minggu
46 46. Jatuh!
47 47. Badai
48 48. Orang Yang Pantas
49 49. Aku Sayang Kamu
50 50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51 51. Tidak Apa Mencintainya
52 52. Sampai Kamu Bosan
53 53. Berjuanglah
54 54. Ahlan Wa Sahlan
55 55. Pertanda?
56 56. Aisha
57 57. Aku Ibunya!
58 58. Nenek Yang Baik
59 59. Ibu-ibu Sejati
60 60. Ajwa dan Mabrur (1)
61 61. Ajwa dan Mabrur (2)
62 62. Ajwa dan Mabrur (3)
63 63. Ajwa dan Mabrur (4)
64 64. Ajwa dan Mabrur (5)
65 65. Ajwa dan Mabrur (6)
66 66. Tedak Siten
67 67. Perceraian Ning Arum (1)
68 68. Perceraian Ning Arum (2)
69 69. Perceraian Ning Arum (3)
70 70. Perceraian Ning Arum (4)
71 71. Takdir Tak Pernah Salah
72 72. After Ending
73 Akhir Kata
74 Juara
75 novel baru
76 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Aku Tidak Mencintaimu
2
2. Jangan Sentuh Aku
3
3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4
4. Namanya Roha
5
5. Dua : Kosong
6
6. Kenyataan Pahit
7
7. Memberi Hadiah
8
8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9
9. Mengobrol dengan Sahabat
10
10. Dirawat oleh Suami
11
11. Membuka Kotak Pandora
12
12. Kasih Sayang Umi
13
13. Ditolak Dua Wanita
14
14. Kedatangan Gus Ihsan
15
15. Mas Gus
16
16. Umi Zahra Sakit
17
17. Periksa ke Dokter
18
18. Terombang-ambing
19
19. Istri Kedua?
20
20. Minta Izin Poligami
21
21. Pergi Dari Rumah
22
22. Mengungkapkan Perasaan
23
23. Jangan Sampai Menyesal
24
24. Hasil Pemeriksaan
25
25. Kamu Minta Apa?
26
26. Pulang
27
27. Permintaan Maaf Roha
28
28. Berbahagialah Ning
29
29. Misi Gus Sahil
30
30. Suapi Aku
31
31. Cuma Mimpi Kan?
32
32. Alhamdulillah?
33
33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34
34. Bestie?
35
35. Kedatangan Syahla
36
36. Foto Bersama
37
37. Ketulusan Gus Sahil
38
38. Ibadah
39
39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40
40. Undangan dari Gus Ilham
41
41. Surga yang Tak Dirindukan
42
42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43
43. Mual
44
44. Dua Garis
45
45. Kehamilan Dua Minggu
46
46. Jatuh!
47
47. Badai
48
48. Orang Yang Pantas
49
49. Aku Sayang Kamu
50
50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51
51. Tidak Apa Mencintainya
52
52. Sampai Kamu Bosan
53
53. Berjuanglah
54
54. Ahlan Wa Sahlan
55
55. Pertanda?
56
56. Aisha
57
57. Aku Ibunya!
58
58. Nenek Yang Baik
59
59. Ibu-ibu Sejati
60
60. Ajwa dan Mabrur (1)
61
61. Ajwa dan Mabrur (2)
62
62. Ajwa dan Mabrur (3)
63
63. Ajwa dan Mabrur (4)
64
64. Ajwa dan Mabrur (5)
65
65. Ajwa dan Mabrur (6)
66
66. Tedak Siten
67
67. Perceraian Ning Arum (1)
68
68. Perceraian Ning Arum (2)
69
69. Perceraian Ning Arum (3)
70
70. Perceraian Ning Arum (4)
71
71. Takdir Tak Pernah Salah
72
72. After Ending
73
Akhir Kata
74
Juara
75
novel baru
76
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!