7. Memberi Hadiah

Hafsa pulang dengan mata sembab. Dia sebisa mungkin menghindari bertemu orang lain, takut ada yang menyadari kalau dirinya habis menangis. Untunglah sore itu Umi Zahra masih berada di taman yang ada di belakang asrama santri, mengawasi para santri yang sedang bersih-bersih. Sementara Abah Baharuddin dan Gus Sahil belum pulang dari pengajian.

Malamnya, barulah mereka kembali berkumpul di meja makan. Hafsa sudah belajar dari kesalahan kemarin, kali ini memasakkan makanan khusus untuk Umi Zahra.

"Bagaimana dengan rencana bulan madu kalian Hil?" Abah Baharuddin membuka percakapan. "Jadi pergi ke Bali?"

"Tidak tahu Bah," Gus Sahil menyeruput kuah sup ayam sebelum menjawab lagi. "Tapi kayanya kami tidak jadi pergi,"

Hafsa yang mendengarnya jelas langsung mengerutkan kening heran. Sejak kapan mereka memutuskan untuk tidak jadi pergi? Apa pendapatnya tidak lagi diperlukan sekarang?

"Soalnya undangan pengajian sedang ramai Bah, belum lagi kita ada rencana untuk membangun asrama khusus anak-anak. Aku takut semuanya jadi terbengkalai kalau ditinggal-tinggal," Gus Sahil mencari alasan.

"Memang kamu mau pergi bulan madu berapa bulan? Paling cuman tiga hari kan? Sudahlah, tinggalkan dulu pekerjaanmu sebentar. Undangan pengajian biar Abah yang urus. Pembangunan nanti bisa dibicarakan setelah kalian pulang. Oh iya, Sahil sudah cerita belum soal rencana ngajar kamu Nduk?" Abah Baharuddin berganti menatap Hafsa.

Hafsa menggeleng, "Belum Bah. Memang rencana seperti apa?"

"Kamu itu gimana to Hil? Masa apa-apa nggak ada yang dibicarakan sama istrimu. Mbok ya ngobrol gitu loh!"

"Belum sempat Mi," Gus Sahil beralasan.

Hafsa kembali menyuapkan nasi di sendoknya dalam diam. Bagaimana mereka bisa mengobrol berdua kalau Gus Sahil saja masuk ke kamar setelah dirinya tidur?

"Begini loh Nduk Hafsa, jadi Abah berencana mau menempatkan kamu sebagai pengajar Alquran untuk anak-anak. Tahun ini kan anak-anak yang duduk di sekolah dasar banyak yang mendaftar di pondok ini. Abah ingin kamu dan Sahil yang merencanakan bagaimana pembelajaran mereka selanjutnya,"

Hafsa tersenyum sumringah mendengar perkataan Abah Baharuddin. Itu adalah satu-satunya kabar baik yang ia dengar hari ini.

"Terimakasih Bah, saya akan berusaha menjalankan amanah Abah sebaik mungkin,"

"Bagus, bagus, menantu Abah memang yang terbaik," Abah Baharuddin mengacungkan jempol.

"Oh iya, hampir lupa. Tadi Hafsa pergi ke pasar dan membeli oleh-oleh untuk Abah dan Umi,"

"Oh ya? oleh-oleh apa Nduk?"

"Sebentar, saya ambilkan dulu Mi," Hafsa beranjak dari meja makan dengan semangat. Ia kemudian mengambil dua kantong belanja yang berjajar di dalam kamarnya. Sementara kantong belanja yang berisi sarung untuk Gus Sahil ia tinggalkan di sana.

"Ini untuk Abah, ini untuk Umi," Hafsa menyerahkan kantong itu pada pemiliknya. Abah Baharuddin dan Umi Zahra segera membuka kantong tersebut, mengeluarkan isinya.

"MasyaAllah cantik sekali, kamu kok tahu kalau Umi naksir banget sama baju ini. Terimakasih ya Nduk,"

Umi Zahra memeluk Hafsa erat-erat. Hati Hafsa merasa lega sekali. Senyuman kedua mertuanya seketika membuatnya lupa sejenak pada masalah-masalahnya selama ini.

...----------------...

"Kamu nggak beli apa-apa untuk aku?" Gus Sahil tiba-tiba muncul saat Hafsa sedang melipat pakaian di dalam kamar.

"Ada kok Gus, saya sudah taruh di lemari njenengan,"

Lemari mereka berdua memang disediakan terpisah, lantaran sejak dulu Gus Sahil sudah sangat suka mengoleksi baju. Maka tidak heran kalau bajunya lebih banyak dari laki-laki pada umumnya. Gus Sahil juga lebih suka menata lemarinya sendiri, dan ide dua lemari dalam satu kamar itu adalah idenya juga.

Hafsa sebenarnya cukup kaget karena Gus Sahil bertanya demikian. Dia kira Gus Sahil tidak akan peduli mau dia berbuat apapun. Tapi tadi dia memang sengaja tidak langsung memberikan hadiahnya pada Gus Sahil, lantaran masih merasa tidak enak hati setelah mendengar cerita masa lalu sang suami.

Gus Sahil kemudian membuka lemari miliknya. Mengambil kantong belanja yang ditaruh di sana.

"Kamu yang beli sarung ini?" Gus Sahil tampaknya terkejut saat membuka isi kantong belanja itu.

"Iya Gus, tadi saya minta Mabrur antarkan ke toko sarung langganan njenengan. Saya juga sekalian mau minta maaf karena sudah merusak sarung kesayangan Gus. Saya belikan lagi dengan merek yang sama, meskipun modelnya tidak sama karena di tokonya sudah tidak readystock. Saya tahu, sarung yang baru tidak akan bisa menggantikan kenangan dari yang lama. Tapi saya harap sarung ini juga bisa menemani njenengan mengisi pengajian ke mana-mana,"

Gus Sahil terdiam sejenak, kemudian menyimpan sarung itu di dalam lemari paling atas. "Aku akan pakai Sa, tapi lain kali tidak usah memberikan hadiah yang mahal-mahal. Lebih baik kamu simpan uangmu. Atau kamu bisa pakai uangku saja. Mau bagaimanapun aku itu suamimu. Sudah tanggungjawab ku menafkahi kamu,"

Hafsa tidak menjawab. Entah bagaimana maksud Gus Sahil sebenarnya. Bukankah kemarin dia yang marah-marah karena Hafsa merusak sarung kesayangannya, lantas sekarang melarang dia untuk membeli hadiah? Rasanya sekali-sekali Hafsa ingin masuk ke dalam kepala Gus Sahil, demi melihat bagaimana cara berpikirnya. Tetap saja apa yang ia lakukan salah sepanjang waktu.

Gus Sahil tidak berkata apa-apa lagi. Seperti biasa, dia kembali keluar dari kamar tanpa berpamitan pada Hafsa.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar kembali terbuka. Kali ini bukan Gus Sahil, melainkan Umi Zahra yang masuk.

"Loh, ada apa Mi?" Hafsa buru-buru menuntun mertuanya duduk di atas ranjang.

"Umi mau gantian kasih hadiah untukmu Nduk," Umi Zahra menunjukkan kantong belanja di tangannya.

"Nggak usah repot-repot Umi,"

"Nggak, Umi sama sekali ndak repot," Umi Zahra mengeluarkan sesuatu dari kantong belanja. "Umi pilihkan khusus buat menantu kesayangan Umi,"

Hafsa menerima pemberian Umi Zahra ragu-ragu. Sebuah baju lingerie berwarna merah menyala dengan model yang lumayan terbuka. Kalau dipakai, sepertinya tidak ada bagian badan yang benar-benar tertutup.

"Umi, ini kan?"

"Kalian kan seminggu lagi mau pergi bulan madu. Ini nanti dipakai kalau sedang berduaan dengan Sahil. Jangan lupa pakai parfum yang paling wangi. Umi juga sudah siapkan jamu khusus buat kalian berdua,"

Hafsa tidak menjawab. Sebenarnya dia tahu persis apa yang dimaksud Umi Zahra, hanya saja ia bingung harus berekspresi seperti apa.

"Tenang saja Nduk, khasiat jamu yang Umi buat itu tidak main-main. Sudah Umi praktekan waktu bulan madu sama Abah dulu. Buktinya, pulang-pulang Umi sudah mengandung suamimu. InsyaAllah kalau kamu juga minum, pulang-pulang sudah mengandung cucu,"

Hafsa tersenyum kecut. Asal Umi Zahra tahu, bahkan sampai sekarang pun putra kesayangannya itu tidak pernah menyentuh Hafsa sama sekali. Jadi bagaimana mungkin mereka bisa memberikan cucu untuk Umi?

Namun, demi melihat Umi Zahra yang begitu antusias menyiapkan segala sesuatu membuatnya merasa bersalah, pada akhirnya tetap menerima semua pemberiannya, meski belum tahu apakah akan dia pakai atau tidak nantinya.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

g tau aja kamu umi kelakuan anakmu

2024-12-22

1

Bzaa

Bzaa

kok aku pengennya pisah aja gitu yaa

2025-01-01

0

Dewi Oktavia

Dewi Oktavia

hancur x mendengar y

2025-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 1. Aku Tidak Mencintaimu
2 2. Jangan Sentuh Aku
3 3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4 4. Namanya Roha
5 5. Dua : Kosong
6 6. Kenyataan Pahit
7 7. Memberi Hadiah
8 8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9 9. Mengobrol dengan Sahabat
10 10. Dirawat oleh Suami
11 11. Membuka Kotak Pandora
12 12. Kasih Sayang Umi
13 13. Ditolak Dua Wanita
14 14. Kedatangan Gus Ihsan
15 15. Mas Gus
16 16. Umi Zahra Sakit
17 17. Periksa ke Dokter
18 18. Terombang-ambing
19 19. Istri Kedua?
20 20. Minta Izin Poligami
21 21. Pergi Dari Rumah
22 22. Mengungkapkan Perasaan
23 23. Jangan Sampai Menyesal
24 24. Hasil Pemeriksaan
25 25. Kamu Minta Apa?
26 26. Pulang
27 27. Permintaan Maaf Roha
28 28. Berbahagialah Ning
29 29. Misi Gus Sahil
30 30. Suapi Aku
31 31. Cuma Mimpi Kan?
32 32. Alhamdulillah?
33 33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34 34. Bestie?
35 35. Kedatangan Syahla
36 36. Foto Bersama
37 37. Ketulusan Gus Sahil
38 38. Ibadah
39 39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40 40. Undangan dari Gus Ilham
41 41. Surga yang Tak Dirindukan
42 42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43 43. Mual
44 44. Dua Garis
45 45. Kehamilan Dua Minggu
46 46. Jatuh!
47 47. Badai
48 48. Orang Yang Pantas
49 49. Aku Sayang Kamu
50 50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51 51. Tidak Apa Mencintainya
52 52. Sampai Kamu Bosan
53 53. Berjuanglah
54 54. Ahlan Wa Sahlan
55 55. Pertanda?
56 56. Aisha
57 57. Aku Ibunya!
58 58. Nenek Yang Baik
59 59. Ibu-ibu Sejati
60 60. Ajwa dan Mabrur (1)
61 61. Ajwa dan Mabrur (2)
62 62. Ajwa dan Mabrur (3)
63 63. Ajwa dan Mabrur (4)
64 64. Ajwa dan Mabrur (5)
65 65. Ajwa dan Mabrur (6)
66 66. Tedak Siten
67 67. Perceraian Ning Arum (1)
68 68. Perceraian Ning Arum (2)
69 69. Perceraian Ning Arum (3)
70 70. Perceraian Ning Arum (4)
71 71. Takdir Tak Pernah Salah
72 72. After Ending
73 Akhir Kata
74 Juara
75 novel baru
76 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Aku Tidak Mencintaimu
2
2. Jangan Sentuh Aku
3
3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4
4. Namanya Roha
5
5. Dua : Kosong
6
6. Kenyataan Pahit
7
7. Memberi Hadiah
8
8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9
9. Mengobrol dengan Sahabat
10
10. Dirawat oleh Suami
11
11. Membuka Kotak Pandora
12
12. Kasih Sayang Umi
13
13. Ditolak Dua Wanita
14
14. Kedatangan Gus Ihsan
15
15. Mas Gus
16
16. Umi Zahra Sakit
17
17. Periksa ke Dokter
18
18. Terombang-ambing
19
19. Istri Kedua?
20
20. Minta Izin Poligami
21
21. Pergi Dari Rumah
22
22. Mengungkapkan Perasaan
23
23. Jangan Sampai Menyesal
24
24. Hasil Pemeriksaan
25
25. Kamu Minta Apa?
26
26. Pulang
27
27. Permintaan Maaf Roha
28
28. Berbahagialah Ning
29
29. Misi Gus Sahil
30
30. Suapi Aku
31
31. Cuma Mimpi Kan?
32
32. Alhamdulillah?
33
33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34
34. Bestie?
35
35. Kedatangan Syahla
36
36. Foto Bersama
37
37. Ketulusan Gus Sahil
38
38. Ibadah
39
39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40
40. Undangan dari Gus Ilham
41
41. Surga yang Tak Dirindukan
42
42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43
43. Mual
44
44. Dua Garis
45
45. Kehamilan Dua Minggu
46
46. Jatuh!
47
47. Badai
48
48. Orang Yang Pantas
49
49. Aku Sayang Kamu
50
50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51
51. Tidak Apa Mencintainya
52
52. Sampai Kamu Bosan
53
53. Berjuanglah
54
54. Ahlan Wa Sahlan
55
55. Pertanda?
56
56. Aisha
57
57. Aku Ibunya!
58
58. Nenek Yang Baik
59
59. Ibu-ibu Sejati
60
60. Ajwa dan Mabrur (1)
61
61. Ajwa dan Mabrur (2)
62
62. Ajwa dan Mabrur (3)
63
63. Ajwa dan Mabrur (4)
64
64. Ajwa dan Mabrur (5)
65
65. Ajwa dan Mabrur (6)
66
66. Tedak Siten
67
67. Perceraian Ning Arum (1)
68
68. Perceraian Ning Arum (2)
69
69. Perceraian Ning Arum (3)
70
70. Perceraian Ning Arum (4)
71
71. Takdir Tak Pernah Salah
72
72. After Ending
73
Akhir Kata
74
Juara
75
novel baru
76
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!