6. Kenyataan Pahit

Meskipun sedih karena menjadi sasaran kemarahan Gus Sahil seharian ini, Hafsa tetap merasa bersalah karena sudah merusak sarung kesayangan suaminya. Maka ia pun berniat untuk mengganti sarung tersebut.

Hanya saja Hafsa tidak tahu menahu kemana ia harus mencari sarung yang katanya harganya jutaan itu. Maka ia pun mencari Mabrur, yang untungnya pada hari itu tidak mengantarkan Gus Sahil mengisi pengajian.

"Mabrur," Hafsa memanggil Mabrur yang sedang sibuk mencuci mobil.

"Iya Ning?" Mabrur yang basah kuyup segera berlari mendekat.

"Itu, aku mau tanya sama kamu. Kemarin kan sarung kesayangannya Gus Sahil nggak sengaja rusak. Bisa nggak kalau sampean anterin saya ke toko sarungnya?"

"Bisa Ning, bisa," Mabrur mengangguk cepat. "Kebetulan saya sering ikut Gus Sahil kalau beliau lagi belanja sarung,"

"Yasudah, kalau begitu kamu siap-siap ya. Aku mau panggil mbak ndalem buat menemaniku,"

Mabrur mengangguk, segera melesat mengganti pakaiannya.

Hafsa sendiri sudah siap. Ia hanya tinggal mencari salah satu santriwati untuk menemaninya berbelanja. Dalam norma agama yang ia pelajari, seorang laki-laki dan perempuan muslim yang bukan mahram tidak diperbolehkan pergi berduaan saja. Maka untuk menghindari fitnah, dia juga harus membawa orang lain yang bisa menemani mereka.

Sampai di belakang, suasana terlihat sepi. Tidak ada satu batang hidung pun yang terlihat. Hafsa bergeser ke arah dapur yang jaraknya agak jauh dari ndalem. Dapur itu biasanya digunakan untuk memasak makanan para santri.

"Dulu aku kira yang bakal nikah sama Gus Sahil itu Mbak Roha loh," celetukan seorang santri lantas membuat langkah kaki Hafsa berhenti.

"Iya. Soalnya aku juga sering lihat Mbak Roha baca surat-surat dari Gus Sahil," suara lain menanggapi.

"Eh, eh, kalian pernah nyicip nggak kueh yang dikasih Gus Sahil ke Mbak Roha? Ya Alloh enak banget!"

"Iya, Mbak Roha juga udah sering dikasih kado sama Gus Sahil waktu ulang tahun. Yang terakhir kemarin aja Mbak Roha dikasih seperangkat alat sholat sama Alquran. Kita kira itu udah nyicil mahar!"

Suara cekikikan mereka membuat Hafsa mau tidak mau mengurungkan niatnya untuk masuk. Ah, bagaimana ini? Kenapa ia harus mendengarnya sekarang?

"Ning?" suara dari belakang Hafsa mengagetkan. Hafsa buru-buru menjaga raut wajahnya agar tidak terlihat muram. Seorang santri putri mendekat dan mencium tangan Hafsa.

"Saya Zulfa Ning, lurah putri pesantren ini. Ning ada apa kesini?"

(lurah putri: sebutan untuk ketua dari seluruh santri putri)

"Itu, sebenarnya—"

"Tapi kalau dilihat-lihat Mbak Roha sama Ning Hafsa itu cantikan mana ya?" suara-suara dari dalam dapur tidak henti-hentinya bergosip.

Zulfa yang mendengar perkataan itu lantas segera masuk ke dapur sambil berteriak marah,

"HEH! Bukannya masak malah gosip terus!"

Para santri yang terkejut melihat kedatangan Zulfa lantas menoleh. Bertambah terkejut ketika melihat Hafsa sudah berdiri di depan pintu dapur. Buru-buru mendekati Hafsa, berebut mencium tangan.

"Maafkan mereka ya Ning," Zulfa merasa bersalah. Para santri yang tadi asyik bergosip kini menunduk dalam-dalam, tidak berani menatap Hafsa.

"Sudah, nggak apa-apa mbak," Hafsa melambaikan tangan, tanda tidak masalah. "Oh iya, sampean sedang sibuk nggak ya Mbak? Bisa temani saya belanja?"

Zulfa mengangguk. Ia kemudian mengikuti Hafsa dari belakang. Sebelum itu ia terlebih dahulu memberikan kode pada para santri di dalam dapur untuk tidak berkata macam-macam.

...----------------...

Perkataan yang didengar Hafsa barusan jelas tidak bisa ia lupakan begitu saja. Tapi setelah sampai ke toko yang dikatakan Mabrur, segera saja fokus Hafsa teralihkan. Ia sibuk memilih motif sarung yang dirasa akan cocok. Bertanya pada Mabrur dan Zulfa seperti apa selera Gus Sahil.

Tak hanya itu, Hafsa juga turut memilih pakaian untuk Umi Zahra dan Abah Baharuddin. Bimbang memilih model dan warna apa yang lebih bagus.

"Yang ini bagus Ning," Zulfa menunjuk sebuah gamis berwarna pink salem. "Sepertinya cocok untuk dipakai njenengan,"

Hafsa melihat gaun yang dimaksud Zulfa. Benar, gamis itu bagus sekali. Pasti akan sangat cantik untuk dipakai mendampingi Gus Sahil mengisi pengajian. Tapi memikirkan Gus Sahil sekali lagi membuatnya kembali memikirkan perkataan para santri tadi. Benarkah hubungan Roha dan Gus Sahil sedekat itu?

"Brur, kamu turun ya. Tolong carikan roti buat Umi dan Abah," Hafsa mengulurkan uang pada Mabrur saat mobil mereka berhenti di depan sebuah toko roti.

"Roti apa Ning?"

"Apa saja. Belikan yang biasa dibeli Gus Sahil,"

Mabrur mengangguk, segera keluar dari mobil.

Di dalam mobil, tersisa Hafsa dan Zulfa. Zulfa tahu, Hafsa pasti ingin menanyakan sesuatu. Menyuruh Mabrur pergi hanya alasan agar mereka bisa bicara berdua saja.

"Tadi aku dengar sesuatu mbak," Hafsa memulai pembicaraan. "Katanya Mbak Roha sama Gus Sahil dulu ada hubungan spesial,"

Zulfa terdiam. Dia mulai berfikir, harus menjawab seperti apa?

"Apa yang aku dengar itu betulan Mbak?"

Zulfa masih terdiam.

"Nggak apa-apa Mbak, sampeyan bisa ceritakan semuanya sama saya,"

"Itu semua hanya masa lalu Ning," Zulfa berkata lirih. "Sekarang mereka sudah tidak ada apa-apa lagi,"

"Aku hanya ingin tahu Mbak. Supaya perasaanku jadi tenang, supaya tidak kepikiran yang macam-macam,"

"Tapi Ning?"

"Tolong Mbak. Sekali ini saja, tolong ceritakan padaku,"

Zulfa menghela napas berat. Hafsa sudah bertekad seperti itu, tentunya tidak ada alasan lain bagi dirinya untuk menghindar.

"Sebenarnya, hubungan mereka dimulai sejak tiga tahun lalu Ning,"

Hafsa mengerutkan kening heran. Tiga tahun? Itu kan sudah lama sekali.

"Saat itu Umi Zahra tiba-tiba masuk rumah sakit, dokter bilang beliau ada penyakit jantung. Gus Sahil yang waktu itu masih mondok di luar pulau cepat-cepat datang, rela tidak meneruskan pendidikan demi menemui uminya,"

"Saat itu juga, Mbak Roha mulai masuk sebagai abdi ndalem. Mbak Roha menjadi satu-satunya santri putri yang mengurus semua keperluan Umi Zahra,"

"Lama-lama, Gus Sahil dan Mbak Roha jadi sering ketemu. Entah saat mengantarkan Umi Zahra kontrol ke rumah sakit, atau saat menyiapkan sarapan Umi Zahra di ndalem. Saat itulah Gus Sahil mulai memperhatikan Mbak Roha. Setiap pulang dari luar kota, atau sekedar pulang dari pengajian, Gus Sahil pasti membelikan oleh-oleh untuk Mbak Roha,"

"Sebagai teman sekamar Mbak Roha, saya pikir itu adalah bentuk terimakasih Gus Sahil kepada Mbak Roha yang sudah mengurus Umi Zahra selama ini Ning, Tapi.. "

"..Suatu hari di dalam kotak oleh-oleh itu ada surat dari Gus Sahil. Saat itulah mereka berdua mulai bertukar surat,"

Hafsa menghembuskan napas panjang. Ia merasa bimbang sekarang. Haruskah ia lanjut mendengarkan cerita ini atau tidak?

"Terus bagaimana mbak?" Hafsa berusaha kuat. "Ceritakan semuanya sampai selesai,"

"Beberapa bulan kemudian, saat ulang tahun Mbak Roha, Gus Sahil memberikan hadiah ulang tahun. Sebagai ucapan terimakasih, Mbak Roha juga balas memberikan hadiah untuk Gus Sahil. Hadiahnya itu sarung mahal yang selama ini dipakai Gus Sahil kemana-mana. Mbak Roha sampai harus menabung berbulan-bulan untuk membeli sarung tersebut,"

Ah, sekarang Hafsa sepenuhnya mengerti. Sarung itu, bukan hanya sekedar sarung mahal yang disayangi Gus Sahil. Sarung yang kemarin ia rusak adalah kenang-kenangan, hadiah dari orang yang paling dicintai Gus Sahil.

Gawat, air matanya tidak berhenti menetes. Padahal masih ada Zulfa di sampingnya. Hafsa buru-buru memalingkan muka.

Zulfa yang mengerti keadaan Hafsa segera keluar dari mobil. Mencegah Mabrur yang sudah datang untuk masuk. Mengajak Mabrur pergi lagi, membiarkan Hafsa menghabiskan air matanya di dalam sana.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

g usah dipikirin sejauh apa mereka berhubungan tapi tetep kamu yg jadi pemenangnya.lw g kuat ya pisah aja ngapain bertahan toh kamu bisa dapetin yg lebih dari si sahil

2024-12-21

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

kasihan banget ya jadi si hafsa menikah bukannya bahagia malah nelangsa

2024-12-21

1

Dewi Oktavia

Dewi Oktavia

y Allah sakit x baca y

2025-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 1. Aku Tidak Mencintaimu
2 2. Jangan Sentuh Aku
3 3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4 4. Namanya Roha
5 5. Dua : Kosong
6 6. Kenyataan Pahit
7 7. Memberi Hadiah
8 8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9 9. Mengobrol dengan Sahabat
10 10. Dirawat oleh Suami
11 11. Membuka Kotak Pandora
12 12. Kasih Sayang Umi
13 13. Ditolak Dua Wanita
14 14. Kedatangan Gus Ihsan
15 15. Mas Gus
16 16. Umi Zahra Sakit
17 17. Periksa ke Dokter
18 18. Terombang-ambing
19 19. Istri Kedua?
20 20. Minta Izin Poligami
21 21. Pergi Dari Rumah
22 22. Mengungkapkan Perasaan
23 23. Jangan Sampai Menyesal
24 24. Hasil Pemeriksaan
25 25. Kamu Minta Apa?
26 26. Pulang
27 27. Permintaan Maaf Roha
28 28. Berbahagialah Ning
29 29. Misi Gus Sahil
30 30. Suapi Aku
31 31. Cuma Mimpi Kan?
32 32. Alhamdulillah?
33 33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34 34. Bestie?
35 35. Kedatangan Syahla
36 36. Foto Bersama
37 37. Ketulusan Gus Sahil
38 38. Ibadah
39 39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40 40. Undangan dari Gus Ilham
41 41. Surga yang Tak Dirindukan
42 42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43 43. Mual
44 44. Dua Garis
45 45. Kehamilan Dua Minggu
46 46. Jatuh!
47 47. Badai
48 48. Orang Yang Pantas
49 49. Aku Sayang Kamu
50 50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51 51. Tidak Apa Mencintainya
52 52. Sampai Kamu Bosan
53 53. Berjuanglah
54 54. Ahlan Wa Sahlan
55 55. Pertanda?
56 56. Aisha
57 57. Aku Ibunya!
58 58. Nenek Yang Baik
59 59. Ibu-ibu Sejati
60 60. Ajwa dan Mabrur (1)
61 61. Ajwa dan Mabrur (2)
62 62. Ajwa dan Mabrur (3)
63 63. Ajwa dan Mabrur (4)
64 64. Ajwa dan Mabrur (5)
65 65. Ajwa dan Mabrur (6)
66 66. Tedak Siten
67 67. Perceraian Ning Arum (1)
68 68. Perceraian Ning Arum (2)
69 69. Perceraian Ning Arum (3)
70 70. Perceraian Ning Arum (4)
71 71. Takdir Tak Pernah Salah
72 72. After Ending
73 Akhir Kata
74 Juara
75 novel baru
76 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Aku Tidak Mencintaimu
2
2. Jangan Sentuh Aku
3
3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4
4. Namanya Roha
5
5. Dua : Kosong
6
6. Kenyataan Pahit
7
7. Memberi Hadiah
8
8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9
9. Mengobrol dengan Sahabat
10
10. Dirawat oleh Suami
11
11. Membuka Kotak Pandora
12
12. Kasih Sayang Umi
13
13. Ditolak Dua Wanita
14
14. Kedatangan Gus Ihsan
15
15. Mas Gus
16
16. Umi Zahra Sakit
17
17. Periksa ke Dokter
18
18. Terombang-ambing
19
19. Istri Kedua?
20
20. Minta Izin Poligami
21
21. Pergi Dari Rumah
22
22. Mengungkapkan Perasaan
23
23. Jangan Sampai Menyesal
24
24. Hasil Pemeriksaan
25
25. Kamu Minta Apa?
26
26. Pulang
27
27. Permintaan Maaf Roha
28
28. Berbahagialah Ning
29
29. Misi Gus Sahil
30
30. Suapi Aku
31
31. Cuma Mimpi Kan?
32
32. Alhamdulillah?
33
33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34
34. Bestie?
35
35. Kedatangan Syahla
36
36. Foto Bersama
37
37. Ketulusan Gus Sahil
38
38. Ibadah
39
39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40
40. Undangan dari Gus Ilham
41
41. Surga yang Tak Dirindukan
42
42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43
43. Mual
44
44. Dua Garis
45
45. Kehamilan Dua Minggu
46
46. Jatuh!
47
47. Badai
48
48. Orang Yang Pantas
49
49. Aku Sayang Kamu
50
50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51
51. Tidak Apa Mencintainya
52
52. Sampai Kamu Bosan
53
53. Berjuanglah
54
54. Ahlan Wa Sahlan
55
55. Pertanda?
56
56. Aisha
57
57. Aku Ibunya!
58
58. Nenek Yang Baik
59
59. Ibu-ibu Sejati
60
60. Ajwa dan Mabrur (1)
61
61. Ajwa dan Mabrur (2)
62
62. Ajwa dan Mabrur (3)
63
63. Ajwa dan Mabrur (4)
64
64. Ajwa dan Mabrur (5)
65
65. Ajwa dan Mabrur (6)
66
66. Tedak Siten
67
67. Perceraian Ning Arum (1)
68
68. Perceraian Ning Arum (2)
69
69. Perceraian Ning Arum (3)
70
70. Perceraian Ning Arum (4)
71
71. Takdir Tak Pernah Salah
72
72. After Ending
73
Akhir Kata
74
Juara
75
novel baru
76
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!