5. Dua : Kosong

Kegiatan di Pesantren Darul Quran sudah dimulai sejak sebelum subuh. Pukul tiga pagi, para santri dibangunkan untuk sama-sama melaksanakan sholat tahajud berjamaah. Setelahnya mereka boleh tidur lagi sampai adzan subuh tiba. Barulah setelah subuh mereka akan mulai kegiatan mengaji Alquran bersama-sama.

Hafsa yang sudah terbiasa bangun pagi-pagi tentunya tidak bisa berpangku tangan begitu saja. Karena dirinya masih tergolong orang baru, belum ada kegiatan yang bisa ia lakukan untuk membantu kegiatan pesantren. Maka pagi ini Hafsa berinisiatif untuk pergi ke ndalem belakang, demi menyiapkan sarapan untuk suami dan mertua.

Tepat saat ia akan memasuki dapur yang masih kosong, Hafsa mendengar suara orang menyikat baju dari dalam kamar mandi. Ia pun menghampiri asal suara, melihat siapa gerangan orang yang sepagi buta sudah mencuci baju.

"Mbak Roha?" Hafsa memanggil memastikan. Gadis jangkung yang sedang berjongkok menyikat pakaian itu lantas menoleh, terkejut melihat kedatangan Hafsa.

"Eh, Ning?" Roha spontan menghentikan aktivitasnya, mendekati Hafsa.

"Mbak Roha nggak ngaji? Kok pagi-pagi sudah mencuci?"

"Iya Ning, kebetulan saya masih datang bulan. Makanya sekalian dicuci sekarang supaya nanti siang langsung bisa disetrika,"

Mata Hafsa lantas tertuju pada tumpukan pakaian yang menggunung. Sepertinya cucian hari ini begitu banyak setelah kemarin ada acara besar-besaran di pesantren. Terlihat beberapa baju dirinya dan Gus Sahil juga ikut bertumpuk di sana.

"Bagaimana kalau saya bantu mbak?" Hafsa menawarkan diri. "Baju sebanyak itu kapan selesainya kalau dikerjakan sendirian?"

"Tidak usah Ning," Roha cepat menjawab, merasa tidak enak hati. "Saya sudah biasa. Sudah jadi tugas saya sebagai abdi ndalem untuk melakukan ini semua,"

"Hmm, kalau begitu begini saja," Hafsa berpikir sejenak, kemudian memilah beberapa pakaiannya dan Gus Sahil. "Mulai sekarang baju saya dan Gus Sahil biar tak cuci sendiri ya mbak,"

"Eh, tapi Ning?"

"Nggak apa-apa mbak. Sebagai istri, saya punya kewajiban melayani suami saya. Biar saya yang bertanggungjawab mencuci baju Gus Sahil, ya?"

Mendengar jawaban Hafsa, Roha tentu tidak bisa membantahnya. Ia hanya mampu mengangguk sambil berkata lirih,

"Njeh Ning,"

Maka dari itulah kegiatan Hafsa bertambah pagi ini. Ia sibuk mencuci pakaian, sembari turut mempersiapkan sarapan. Beberapa santriwati yang sudah selesai mengaji turut membantu mempersiapkan bumbu, membuat masakan siap lebih cepat.

Usai menempatkan hasil masakannya di atas meja, Hafsa tersenyum puas. Pagi ini ia memasak tumis kangkung, ayam lengkuas goreng, sambal terasi dan terong hijau sebagai lalapan. Hafsa yakin masakannya pasti akan disukai semua orang. Ia memang bukan seseorang yang pintar dalam urusan memasak, tapi setidaknya Umi dan Abah sering memuji kalau masakannya enak.

"Semoga Abah, Umi, dan Gus Sahil suka," Hafsa berharap sungguh-sungguh.

...----------------...

"Kenapa sayur bening Umi nggak ada?!" seruan protes Gus Sahil dari arah ruang makan sukses membuat Hafsa datang tergopoh-gopoh.

"Mbak, ini tadi yang tugas masak siapa ya? Kok sayur buat Umi nggak disiapkan sekalian?" Gus Sahil bertanya dengan nada tinggi pada seorang santri yang sedang mencuci piring di dapur.

"Saya yang masak Gus," Hafsa menjawab lirih. "Maaf, saya tadi nggak tanya dulu sama mbak ndalem yang biasa masak,"

Gus Sahil berdecak. Sepertinya dia sudah mau melampiaskan amarahnya pada Hafsa, tapi sentuhan lembut Umi Zahra membuatnya kembali melunak.

"Sudah Hil, nggak papa. Toh ini masih ada sayuran juga. Kamu juga kenapa nggak kasih tahu Hafsa tadi?"

"Aku ndak tahu kalau Hafsa mau masak Mi,"

"Loh, kok bisa ndak tahu? Kamu itu gimana sih? Makanya jadi suami itu yang perhatian dong sama istrinya," Abah Baharuddin beralih pandangan pada Hafsa. "Sudah nggak papa Nduk, sini kamu duduk saja. Umi masih bisa kok makan sayur kangkung. Duh, kayanya enak deh masakan menantu kita ya Mi,"

Hafsa tersenyum kecut. Ia menempatkan diri duduk di sebelah Gus Sahil. Gus Sahil masih menberikan tatapan menyeramkan, seolah hendak menerkamnya saat itu juga.

"Assalamu'alaikum Umi," suara lembut Roha lantas mencuri perhatian semua orang di ruangan itu.

"Ini sayur beningnya Umi,"

Hafsa terdiam. Roha datang sembari membawa mangkuk berisi sayur bening. Lengkap dengan brokoli yang sudah direbus.

"Ealah, ndak usah repot-repot Ha," ucap Gus Sahil. "Sini, ikut sarapan sama kita,"

Hafsa serta merta menoleh pada Gus Sahil. Memperhatikan sorot mata suaminya yang terlihat melembut.

"Tidak usah Gus, saya mau sarapan sama kawan-kawan di belakang," Roha menolak halus, lantas dengan langkah kecil segera ke luar dari ruangan.

Hafsa jelas sudah tidak ingat makanan pagi itu masuk lewat mulut atau hidung. Pujian Umi Zahra dan Abah Baharuddin pada masakannya juga hanya ia tanggapi dengan senyuman. Ayam goreng yang melewati tenggorokannya juga terasa pahit, padahal ia ingat tidak pernah memasukkan temulawak sebagai bumbunya.

Satu kosong, poin untuk Roha atas Hafsa di mata Gus Sahil.

...----------------...

Rupa-rupanya, kemarahan Gus Sahil pada sang istri tidak berhenti di pagi hari saja. Siangnya, saat akan berangkat pengajian ke pondok pesantren lain, Gus Sahil keluar dari kamar sembari menenteng sebuah sarung.

"Ini siapa tadi yang cuci sarungku?!"

Hafsa yang sedang menonton televisi bersama Umi Zahra di ruang tengah sontak menjawab. "Saya Gus,"

"Tadi kamu cuci sarung ini gimana caranya?"

"Ee.. saya cuci biasa saja Gus, pakai mesin cuci,"

"Pakai mesin cuci?!" suara Gus Sahil meninggi. Umi Zahra sampai terlonjak kaget dibuatnya.

"Kenapa teriak-teriak sih Hil?" Umi Zahra mengusap-usap dadanya, jantungnya langsung berdegup cepat.

Gus Sahil merasa bersalah, lantas ia memberikan kode pada Hafsa. "Sini kamu," begitu katanya.

Hafsa mengikuti Gus Sahil takut-takut. Gus Sahil mengajak Hafsa masuk ke dalam kamar, memastikan Umi Zahra tidak mendengar ucapan mereka.

Di sisi lain, Hafsa menebak-nebak apa yang akan dikatakan suaminya itu. Gus Sahil bahkan sampai mengunci pintu kamar, membuat jantung Hafsa semakin berdebar-debar.

"Ada apa Gus?" Hafsa bertanya lirih. Duh, apa lagi salahnya kali ini?

"Kamu tahu nggak ini sarung apa?"

Hafsa menggeleng, dia tidak tahu jenis-jenis sarung. "Tidak tahu Gus,"

"Ini tuh sarung mahal Hafsa, harganya hampir dua jutaan. Pembuatannya saja dengan cara ditenun pakai benang sutra asli. Kamu ngawur banget nyucinya di mesin cuci. Coba lihat ini, kainnya jadi nggak halus lagi, warnanya juga kelunturan!"

Hafsa menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahu kalau sarung ada yang harganya begitu mahal.

"Maaf Gus, saya beneran tidak tahu,"

"Makanya," Gus Sahil menuding Hafsa dengan telunjuknya. "Kalau ndak tahu, nggak usah sok tahu. Biarkan orang yang lebih tahu yang mengerjakan ini, ndak usah kamu repot-repot nyuci sendiri!"

"Tapi saya kan istri njenengan Gus, saya ingin jadi istri yang bisa melayani suami saya sebaik mungkin,"

"Terus memangnya ini baik? Coba lihat, sekarang sarung ini sudah nggak bisa dipakai lagi. Padahal ini sarung kesayangan yang selalu aku pakai kalau lagi ngisi pengajian!"

Hafsa hanya mampu terdiam. Kali ini memang benar-benar salahnya.

"Kamu itu—"

"Hil? Belum siap toh? Kok lama banget? Sudah ditunggu sama para jamaah," suara Abah Baharuddin dari arah luar memotong Perkataan Gus Sahil.

"Sudah Bah!" Gus Sahil buru-buru menjawab, menghempaskan begitu saja sarung mahal itu ke atas kasur.

"Sudah ya. Aku nggak mau berdebat lagi sama kamu. Mulai sekarang biarkan bajuku tetap diurus sama Mbak Roha. Kalau kamu mau mencuci, cuci bajumu sendiri,"

Tentu saja Gus Sahil tidak mau repot-repot mendengarkan penjelasan Hafsa.Dia pergi begitu saja meninggalkan Hafsa yang masih tertunduk dalam diam.

Sepeninggal Gus Sahil, Hafsa memungut kembali sarung yang dilemparkan suaminya. Menahan air matanya agar tidak jatuh.

Sabar Hafsa, sabar. Semuanya pasti akan segera berlalu. Hafsa sebisa mungkin menenangkan hatinya sendiri.

Dua kosong, nilai Roha atas Hafsa di mata Gus Sahil.

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

cuekin aja lah urus aja urusanmu sendiri dari pada makan hati ngurusin si gus gadungan.toh yg dosa dia bukan kamu sebagai istri kamu udah berusaha tapi selalu salah dimata dia

2024-12-21

1

May Keisya

May Keisya

ya kasih tau dong...lah situ hdp ga ada komunikasi ma istri,klo emg ga suka udah balikin aja jgn nyakitin anak org

2025-01-04

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

bisa g lw ngomong tuh lebih sopan dan lembut katanya gus tapi g punya adab lw ngomong

2024-12-21

1

lihat semua
Episodes
1 1. Aku Tidak Mencintaimu
2 2. Jangan Sentuh Aku
3 3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4 4. Namanya Roha
5 5. Dua : Kosong
6 6. Kenyataan Pahit
7 7. Memberi Hadiah
8 8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9 9. Mengobrol dengan Sahabat
10 10. Dirawat oleh Suami
11 11. Membuka Kotak Pandora
12 12. Kasih Sayang Umi
13 13. Ditolak Dua Wanita
14 14. Kedatangan Gus Ihsan
15 15. Mas Gus
16 16. Umi Zahra Sakit
17 17. Periksa ke Dokter
18 18. Terombang-ambing
19 19. Istri Kedua?
20 20. Minta Izin Poligami
21 21. Pergi Dari Rumah
22 22. Mengungkapkan Perasaan
23 23. Jangan Sampai Menyesal
24 24. Hasil Pemeriksaan
25 25. Kamu Minta Apa?
26 26. Pulang
27 27. Permintaan Maaf Roha
28 28. Berbahagialah Ning
29 29. Misi Gus Sahil
30 30. Suapi Aku
31 31. Cuma Mimpi Kan?
32 32. Alhamdulillah?
33 33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34 34. Bestie?
35 35. Kedatangan Syahla
36 36. Foto Bersama
37 37. Ketulusan Gus Sahil
38 38. Ibadah
39 39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40 40. Undangan dari Gus Ilham
41 41. Surga yang Tak Dirindukan
42 42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43 43. Mual
44 44. Dua Garis
45 45. Kehamilan Dua Minggu
46 46. Jatuh!
47 47. Badai
48 48. Orang Yang Pantas
49 49. Aku Sayang Kamu
50 50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51 51. Tidak Apa Mencintainya
52 52. Sampai Kamu Bosan
53 53. Berjuanglah
54 54. Ahlan Wa Sahlan
55 55. Pertanda?
56 56. Aisha
57 57. Aku Ibunya!
58 58. Nenek Yang Baik
59 59. Ibu-ibu Sejati
60 60. Ajwa dan Mabrur (1)
61 61. Ajwa dan Mabrur (2)
62 62. Ajwa dan Mabrur (3)
63 63. Ajwa dan Mabrur (4)
64 64. Ajwa dan Mabrur (5)
65 65. Ajwa dan Mabrur (6)
66 66. Tedak Siten
67 67. Perceraian Ning Arum (1)
68 68. Perceraian Ning Arum (2)
69 69. Perceraian Ning Arum (3)
70 70. Perceraian Ning Arum (4)
71 71. Takdir Tak Pernah Salah
72 72. After Ending
73 Akhir Kata
74 Juara
75 novel baru
76 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Aku Tidak Mencintaimu
2
2. Jangan Sentuh Aku
3
3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4
4. Namanya Roha
5
5. Dua : Kosong
6
6. Kenyataan Pahit
7
7. Memberi Hadiah
8
8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9
9. Mengobrol dengan Sahabat
10
10. Dirawat oleh Suami
11
11. Membuka Kotak Pandora
12
12. Kasih Sayang Umi
13
13. Ditolak Dua Wanita
14
14. Kedatangan Gus Ihsan
15
15. Mas Gus
16
16. Umi Zahra Sakit
17
17. Periksa ke Dokter
18
18. Terombang-ambing
19
19. Istri Kedua?
20
20. Minta Izin Poligami
21
21. Pergi Dari Rumah
22
22. Mengungkapkan Perasaan
23
23. Jangan Sampai Menyesal
24
24. Hasil Pemeriksaan
25
25. Kamu Minta Apa?
26
26. Pulang
27
27. Permintaan Maaf Roha
28
28. Berbahagialah Ning
29
29. Misi Gus Sahil
30
30. Suapi Aku
31
31. Cuma Mimpi Kan?
32
32. Alhamdulillah?
33
33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34
34. Bestie?
35
35. Kedatangan Syahla
36
36. Foto Bersama
37
37. Ketulusan Gus Sahil
38
38. Ibadah
39
39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40
40. Undangan dari Gus Ilham
41
41. Surga yang Tak Dirindukan
42
42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43
43. Mual
44
44. Dua Garis
45
45. Kehamilan Dua Minggu
46
46. Jatuh!
47
47. Badai
48
48. Orang Yang Pantas
49
49. Aku Sayang Kamu
50
50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51
51. Tidak Apa Mencintainya
52
52. Sampai Kamu Bosan
53
53. Berjuanglah
54
54. Ahlan Wa Sahlan
55
55. Pertanda?
56
56. Aisha
57
57. Aku Ibunya!
58
58. Nenek Yang Baik
59
59. Ibu-ibu Sejati
60
60. Ajwa dan Mabrur (1)
61
61. Ajwa dan Mabrur (2)
62
62. Ajwa dan Mabrur (3)
63
63. Ajwa dan Mabrur (4)
64
64. Ajwa dan Mabrur (5)
65
65. Ajwa dan Mabrur (6)
66
66. Tedak Siten
67
67. Perceraian Ning Arum (1)
68
68. Perceraian Ning Arum (2)
69
69. Perceraian Ning Arum (3)
70
70. Perceraian Ning Arum (4)
71
71. Takdir Tak Pernah Salah
72
72. After Ending
73
Akhir Kata
74
Juara
75
novel baru
76
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!