19. Istri Kedua?

Hafsa menyelimuti Umi Zahra yang tertidur lelap. Setelahnya, ia mulai membereskan beberapa barang yang berserakan di dalam ruangan. Sejak kemarin, banyak sekali orang yang datang menjenguk mertuanya. Sebagai istri seorang pemuka agama, Umi Zahra memang cukup dikenali banyak orang.

Hafsa mulai membersihkan sofa yang berada di sana, menyiapkan selimut untuk tidur. Setelah dirasa beres, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Roha. Dirasa tidak ada gadis itu di sekitarnya, Hafsa berjalan keluar. Ia bermaksud mengajak Roha tidur bersama karena waktu sudah malam.

"Aku janji akan segera menghalalkan kamu, aku akan membawa kamu pergi dari pondok ini,"

Suara seorang laki-laki membuat Hafsa mau tidak mau menghentikan langkahnya. Tampak Roha sedang berbicara dengan seorang santri laki-laki.

"Aku nggak mau pergi, aku mau menjaga Umi. Kalau kamu mau menikah denganku, kamu harus tinggal bersamaku di sini," Suara lembut Roha menjawab tegas.

"Oke, aku akan usahakan. Asalkan kamu bisa segera melupakan Gus Sahil, aku tidak masalah,"

"Aku sudah bilang, aku akan melupakannya,"

"Sebaiknya begitu. Karena nanti setelah Umi Zahra keluar dari rumah sakit, aku akan segera minta restu ke keluarga ndalem untuk melamarmu,"

Laki-laki itu kemudian pergi. Hafsa sekilas dapat melihat wajahnya. Rupanya Kang Alwi, lurah putra ponpes Darul Quran.

Hafsa tidak segera muncul menghampiri Roha, ia takut Roha akan merasa canggung. Tapi memang dasar kakinya tidak bisa diajak kompromi, tiba-tiba saja kaki Hafsa tidak sengaja menendang kotak sampah di sampingnya.

"Allahu Akbar!" Hafsa kaget sendiri. Isi kotak sampah berserakan di mana-mana. Ia buru-buru memungut sampah-sampah yang didominasi botol-botol air mineral dan plastik makanan ringan.

"Saya bantu Ning," Roha turut berjongkok, memungut sampah bersama Hafsa.

"Aku minta maaf mbak," Ujar Hafsa setelah kotak sampah itu dikembalikan ke tempat semula. "Aku tidak bermaksud menguping pembicaraan sampeyan,"

"Tidak apa-apa Ning," Roha menggelengkan kepalanya. "Tapi, njenengan sudah dengar pembicaraan kami sejak kapan?"

"Oh, sejak Kang Alwi janji mau menikahi sampeyan,"

Sejenak, Roha terdiam. Hafsa juga ikut terdiam. Suasana di antara dua wanita muda itu terlihat canggung satu sama lain.

"Mohon maaf karena njenengan harus mendengar hal yang tidak enak didengar Ning," Ucap Roha beberapa saat kemudian.

"Maksud.. Sampeyan?"

"Soal.. Soal saya yang belum melupakan Gus Sahil," Roha menjawab sembari tertunduk.

Hafsa tidak menjawab. Dia tidak menyangka akhirnya akan membahas perihal ini dengan Roha.

"Saya mengerti kok mbak, semua orang berhak punya masa lalu,"

"Tapi saya sudah tidak pernah berhubungan lagi dengan Gus Sahil Ning,"

"Aku tahu, aku tahu."

"Saya juga akan segera melupakan beliau Ning,"

"Iya mbak, saya mengerti."

Canggung lagi. Keheningan dengan cepat berputar mengelilingi mereka berdua.

"Jadi, sebentar lagi sampeyan bakal dilamar sama Kang Alwi?" Hafsa berusaha mengalihkan topik.

"Rencananya begitu Ning,"

"Alhamdulillah, semoga lancar ya mbak,"

Hafsa mengucapkan syukur benar-benar dari sudut hatinya yang terdalam. Bukan hanya karena sebentar lagi suaminya bisa terlepas dari bayang-bayang Roha, Hafsa juga berharap gadis itu bisa segera menemukan kebahagiaannya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Hafsa dan Roha duduk-duduk di kursi tunggu depan kamar pasien. Selain mereka berdua, memang masih ada tiga orang santri putra yang ikut menjaga di rumah sakit, termasuk Kang Alwi tentunya. Tapi mereka memilih menunggu di lobby sembari mengobrol di sana.

"Rumah sampeyan dimana mbak?" Tanya Hafsa basa-basi. Sejujurnya, dia memang penasaran dengan asal usul Roha.

"Lumayan jauh Ning, beda kabupaten dari sini,"

"Oh ya? Terus orang tua sampeyan di sana juga?"

"Tinggal nenek, paman dan bibi saja yang tinggal di sana Ning. Kalau bapak saya sudah pergi ke kalimantan bersama istrinya. Kalau ibu, sudah lama meninggal," Hafsa bisa mendengar nada suara Roha terdengar lirih dibagian akhir.

"Oh, maaf," Sesal Hafsa. Dia benar-benar tidak tahu kisah pilu tentang keluarga gadis itu.

"Tidak apa-apa Ning, saya sudah biasa. Dulu saya dimasukkan pondok ya karena bapak mau nikah lagi. Bapak sudah nggak mau mengurus saya, nggak mampu katanya. Kalau mau ikut nenek, beliau sudah sangat tua, kasihan kalau ketambahan beban satu lagi. Terus ketika saya masuk pondok, Umi Zahra yang minta saya untuk ngabdi di ndalem. Makanya sekarang saya sudah menganggap Umi Zahra seperti ibu saya sendiri,"

Hafsa mengangguk mengerti. Wajar saja jika hubungan Roha dan Umi Zahra terlihat cukup erat. Bahkan kalau saja orang-orang tidak memperhatikan kemiripan wajah mereka berdua, mungkin sudah dikira ibu dan anak kandung.

"Dulu, waktu Umi sering bolak-balik ke rumah sakit, sampeyan juga yang mendampingi mbak?" Kali ini pertanyaan Hafsa penuh selidik, seolah memastikan apa yang dikatakan orang-orang benar adanya.

"Iya Ning, saya ikut mendampingi beliau kemana-mana. Saya mau minta maaf soal kemarin ya Ning, karena terlalu egois minta menemani Umi Zahra di sini,"

"Nggak apa-apa kok mbak," Hafsa menggelengkan kepala, tanda tidak masalah. Ternyata Umi Zahra sangat berharga bagi Roha. Mungkin jika dia Roha, dia akan melakukan hal yang sama.

Setelah waktu menunjukkan pukul dua belas malam, Hafsa dan Roha masuk ke dalam kamar untuk tidur. Setelah berdebat panjang, Hafsa akhirnya tidur di atas Sofa dan Roha di atas lantai dengan beralaskan karpet. Hafsa sudah memaksa Roha untuk tidur bersamanya di atas sofa, tapi Roha merasa dirinya tidak pantas dan menolak.

Sembari berusaha memejamkan matanya untuk tidur, Hafsa kembali dibuat berpikir. Kira-kira apa reaksi Gus Sahil nanti setelah tahu Roha akan menikah?

...----------------...

Gus Sahil tampak gelisah sendirian di dalam kamarnya. Ia terlihat mondar-mandir di sekitar ruangan dengan raut kebingungan.

Perlahan, Gus Sahil membuka lemari pakaiannya. Ia kemudian membuka laci yang tersembunyi di dalam lemari, mengambil sepucuk kertas yang terlipat rapi.

Berkali-kali, Gus Sahil membaca surat-surat dari Roha dulu. Surat-surat yang membuatnya kuat menjalani hidup setelah sang ibunda divonis menderita penyakit jantung.

Gus Sahil sadar, ia sudah menikah. Istrinya juga bukan wanita sembarangan. Hafsa orang yang baik, terlalu baik malah. Tapi Gus Sahil tidak bisa melepaskan kenangannya bersama Roha begitu saja.

Gus Sahil merebahkan badannya di atas kasur. Ia teringat perkataan Roha kemarin, bahwa gadis itu akan menikah dengan Kang Alwi.

Gus Sahil jelas mengenal siapa Kang Alwi. Lurah putra pondok pesantren Darul Quran dengan kecerdasan di atas rata-rata, mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an dalam waktu empat bulan. Santri unggulan yang sering diutus untuk mengikuti lomba nasional, dan sering pula meraih medali emas. Jelas tidak mungkin bagi Gus Sahil untuk melarang pernikahan mereka berdua.

Suara dering telepon membuyarkan lamunan Gus Sahil. Temannya yang juga seorang Gus dari pesantren lain menelepon. Ia pun segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum Gus Ilham!" Gus Sahil menyapa dengan suara yang dibuat ceria.

"Wa'alaikumsalam! Apa kabar Gus Sahil?" Suara Gus Ilham terdengar semangat di seberang sana. "Aku sudah menunggu kamu untuk datang ke pernikahan keduaku kemarin, kenapa nggak datang?"

"Maaf Gus, maaf sekali," Suara Gus Sahil terdengar menyesal. "Umi sedang dirawat di rumah sakit. Aku sibuk bolak-balik ke sana menemani Umi,"

"Iya, aku juga sebenarnya sudah dengar dari istriku. Bagaimana sekarang, sudah mulai sehat apa belum?"

"Alhamdulillah sudah Gus, cuma harus dirawat dulu beberapa hari di rumah sakit,"

"Alhamdulillah kalau begitu. Nanti minta tolong sampaikan salamku sama Umi Zahra ya? sekarang aku sedang pergi, jadi tidak bisa menjenguk,"

"InsyaAllah Gus, nanti tak sampaikan. Memangnya sekarang njenengan ada dimana to? Kok kedengerannya ramai sekali?"

Gus Ilham terkekeh. "Biasa, istri muda ribut minta honeymoon. Sekarang sedang liburan di Bali,"

Gus Sahil tertawa. Gus Ilham memang baru menikah dengan istri keduanya, karena istri pertama tidak bisa memberikan keturunan.

Setelah mengakhiri telepon, Gus Sahil buru-buru bangkit dari tempat tidurnya. Ia jadi kepikiran sesuatu. Istri kedua? Mungkinkah itu?

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

dia tambah setress gesrek egois😂

2025-01-04

0

Bzaa

Bzaa

satu aja blm beres udah Mao nambah

2025-01-01

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

kenapa mau poligai juga yakin bakalan adil nih dan emangnya si hafsa mau dimadu

2024-12-22

2

lihat semua
Episodes
1 1. Aku Tidak Mencintaimu
2 2. Jangan Sentuh Aku
3 3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4 4. Namanya Roha
5 5. Dua : Kosong
6 6. Kenyataan Pahit
7 7. Memberi Hadiah
8 8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9 9. Mengobrol dengan Sahabat
10 10. Dirawat oleh Suami
11 11. Membuka Kotak Pandora
12 12. Kasih Sayang Umi
13 13. Ditolak Dua Wanita
14 14. Kedatangan Gus Ihsan
15 15. Mas Gus
16 16. Umi Zahra Sakit
17 17. Periksa ke Dokter
18 18. Terombang-ambing
19 19. Istri Kedua?
20 20. Minta Izin Poligami
21 21. Pergi Dari Rumah
22 22. Mengungkapkan Perasaan
23 23. Jangan Sampai Menyesal
24 24. Hasil Pemeriksaan
25 25. Kamu Minta Apa?
26 26. Pulang
27 27. Permintaan Maaf Roha
28 28. Berbahagialah Ning
29 29. Misi Gus Sahil
30 30. Suapi Aku
31 31. Cuma Mimpi Kan?
32 32. Alhamdulillah?
33 33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34 34. Bestie?
35 35. Kedatangan Syahla
36 36. Foto Bersama
37 37. Ketulusan Gus Sahil
38 38. Ibadah
39 39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40 40. Undangan dari Gus Ilham
41 41. Surga yang Tak Dirindukan
42 42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43 43. Mual
44 44. Dua Garis
45 45. Kehamilan Dua Minggu
46 46. Jatuh!
47 47. Badai
48 48. Orang Yang Pantas
49 49. Aku Sayang Kamu
50 50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51 51. Tidak Apa Mencintainya
52 52. Sampai Kamu Bosan
53 53. Berjuanglah
54 54. Ahlan Wa Sahlan
55 55. Pertanda?
56 56. Aisha
57 57. Aku Ibunya!
58 58. Nenek Yang Baik
59 59. Ibu-ibu Sejati
60 60. Ajwa dan Mabrur (1)
61 61. Ajwa dan Mabrur (2)
62 62. Ajwa dan Mabrur (3)
63 63. Ajwa dan Mabrur (4)
64 64. Ajwa dan Mabrur (5)
65 65. Ajwa dan Mabrur (6)
66 66. Tedak Siten
67 67. Perceraian Ning Arum (1)
68 68. Perceraian Ning Arum (2)
69 69. Perceraian Ning Arum (3)
70 70. Perceraian Ning Arum (4)
71 71. Takdir Tak Pernah Salah
72 72. After Ending
73 Akhir Kata
74 Juara
75 novel baru
76 Permaisuri Pengganti
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Aku Tidak Mencintaimu
2
2. Jangan Sentuh Aku
3
3. Untuk Siapa Senyuman Itu Gus?
4
4. Namanya Roha
5
5. Dua : Kosong
6
6. Kenyataan Pahit
7
7. Memberi Hadiah
8
8. Aku Tidak Mau Menyentuhmu
9
9. Mengobrol dengan Sahabat
10
10. Dirawat oleh Suami
11
11. Membuka Kotak Pandora
12
12. Kasih Sayang Umi
13
13. Ditolak Dua Wanita
14
14. Kedatangan Gus Ihsan
15
15. Mas Gus
16
16. Umi Zahra Sakit
17
17. Periksa ke Dokter
18
18. Terombang-ambing
19
19. Istri Kedua?
20
20. Minta Izin Poligami
21
21. Pergi Dari Rumah
22
22. Mengungkapkan Perasaan
23
23. Jangan Sampai Menyesal
24
24. Hasil Pemeriksaan
25
25. Kamu Minta Apa?
26
26. Pulang
27
27. Permintaan Maaf Roha
28
28. Berbahagialah Ning
29
29. Misi Gus Sahil
30
30. Suapi Aku
31
31. Cuma Mimpi Kan?
32
32. Alhamdulillah?
33
33. Selamat Tinggal Cinta Pertamaku
34
34. Bestie?
35
35. Kedatangan Syahla
36
36. Foto Bersama
37
37. Ketulusan Gus Sahil
38
38. Ibadah
39
39. Malam Pertama yang Bukan Malam Pertama
40
40. Undangan dari Gus Ilham
41
41. Surga yang Tak Dirindukan
42
42. Bukit Bintang dan Kembang Api
43
43. Mual
44
44. Dua Garis
45
45. Kehamilan Dua Minggu
46
46. Jatuh!
47
47. Badai
48
48. Orang Yang Pantas
49
49. Aku Sayang Kamu
50
50. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
51
51. Tidak Apa Mencintainya
52
52. Sampai Kamu Bosan
53
53. Berjuanglah
54
54. Ahlan Wa Sahlan
55
55. Pertanda?
56
56. Aisha
57
57. Aku Ibunya!
58
58. Nenek Yang Baik
59
59. Ibu-ibu Sejati
60
60. Ajwa dan Mabrur (1)
61
61. Ajwa dan Mabrur (2)
62
62. Ajwa dan Mabrur (3)
63
63. Ajwa dan Mabrur (4)
64
64. Ajwa dan Mabrur (5)
65
65. Ajwa dan Mabrur (6)
66
66. Tedak Siten
67
67. Perceraian Ning Arum (1)
68
68. Perceraian Ning Arum (2)
69
69. Perceraian Ning Arum (3)
70
70. Perceraian Ning Arum (4)
71
71. Takdir Tak Pernah Salah
72
72. After Ending
73
Akhir Kata
74
Juara
75
novel baru
76
Permaisuri Pengganti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!